kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menanam fulus dari budidaya jamur tiram


Minggu, 11 Agustus 2019 / 12:35 WIB
Menanam fulus dari budidaya jamur tiram


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu jenis jamur yang banyak dibutuhkan untuk dibuat ragam produk makanan adalah jamur tiram. Bentuk jamur yang seperti cangkang tiram ini bisa dipakai sebagai bahan masakan, atau juga produk camilan seperti keripik jamur atau jamur krispi.

Nah, salah satu daerah yang punya sentra pembuatan produk jamur tiram adalah Nagari Suayan Tinggi, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Di daerah tersebut terdapat para pembuat produk makanan dan camilan berbasis jamur tiram.

Melihat hal tersebut, para penduduk di Nagari Suayan Tinggi pun mencoba untuk bisa memenuhi kebutuhan jamur tiram di wilayahnya. Caranya dengan melakukan budidaya jamur tiram. Salah satu pelaku usahanya adalah Yuharmonis. Ia baru saja menggeluti budidaya jamur tiram sejak Februari 2019.

Baca Juga: Gurih laba jamur masih memikat

Kebetulan, dalam memulai usaha ini, ia mendapat bantuan modal dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sebesar Rp 2,5 juta. Dengan modal tersebut, ia memulai usaha budidaya jamur tiram dengan membeli sejumlah bahan baku, seperti serbuk gergaji halus, gilingan padi atau dedak, serta kapur bukit. Semua komponen tersebut diperlukan sebagai sarana untuk membudidayakan jamur tiram yang punya nama latin pleourotus ostreatus.

Agar bisa menghasilkan media tanam tersebut, seluruh bahan baku dicampur menjadi satu dan kemudian dihaluskan dengan alat pencampur. Setelah menjadi satu, diamkan hingga satu hari penuh. Setelah itu dimasukkan kedalam wadah plastik.

Baca Juga: Pulang kampung, angkat derajat warga lewat jamur

Kemudian media tanam ini dikukus selama delapan jam untuk membuat bahan baku media tanam tersebut steril dan bersih. Setelah selesai, bahan baku media tanam tersebut yang juga disebut baglog tersebut dikeluarkan dan langsung diisi dengan bibit jamur tiram. Lantas didiamkan selama kurang lebih 30 hari sampai 40 hari.

Yuharmonis sendiri mengklaim bisa memanen jamur tiram kurang dari periode tersebut. "Untuk panen kuang dari satu bulan," katanya kepada KONTAN di kediamannya di Nagari Suayan Tinggi, belum lama ini.

Saat ini, dia sudah mempunyai lebih dari 2.000 media tanam jamur tiram (baglog). Satu baglog sendiri bisa bertahan hingga lima bulan sebelum diganti dengan media tanam yang baru. "Dalam sebulan bisa panen rata-rata 500 jamur tiram," katanya.

Baca Juga: Yuk, mengunjungi sentra olahan jamur (1)

Untuk memasarkan jamur tiram tersebut, ia mengaku tidak mengalami kesulitan. Selain di wilayahnya sendiri yang terdapat pengrajin olahan jamur tiram, juga ia pasarkan ke daerah Sumatera Barat lainnya, yakni di sekitar Padang dan Bukit Tinggi, bahkan hingga ke Pekanbaru.

Dengan jangkauan pasar yang sudah meluas, saat ini Yuharmonis bisa meraup omzet Rp 100.000–Rp 150.000 per hari. Sedangkan untuk target sampai akhir tahun ini adalah bisa meraup pendapatan hingga Rp 1 juta per hari. Caranya adalah dengan memperbanyak jumlah baglog mencapai 10.000 media tanam jamur tiram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×