Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi hijau mulai menjadi tren di Indonesia. Salah satunya, lewat pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
Pengguna PLTS atap di Indonesia terus bertambah. Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga Juni 2022, ada sekitar 5.800 pengguna PLTS atap, baik rumahtangga maupun industri, dengan kapasitas terpasang total 62 MW.
Kementerian ESDM menargetkan, kapasitas PLTS atap tahun depan bertambah menjadi 450 MW. Alhasil, energi bersih ini menjadi pasar yang menjanjikan.
Sejumlah startup pun terjun ke bisnis panel surya. Sebut saja, Suryanesia.
Rheza Adhihusada, Chief Executive Officer Suryanesia, menyatakan, usahanya baru bergulir 2021. Dia tertarik terjun ke bisnis panel surya karena melihat upaya pemerintah yang terus mendorong pengembangan energi hijau lewat PLTS atap. Apalagi, Indonesia merupakan negara tropis yang tentu saja kaya akan sinar matahari.
Hanya, Suryanesia tidak menjual panel surya ke konsumen, melainkan menyewakannya lewat layanan solar as a service. Tak cuma sekadar menyewakan, startup ini melayani desain pemasangan hingga pengoperasian dan perawatan dari panel surya.
Baca Juga: Timang-timang, Bisnis Instalasi Solar Panel Banyak Peluangnya
Durasi sewa PLTS atap sesuai permintaan klien. Ada yang 10 tahun, 15 tahun, hingga 25 tahun. Bahkan, Rheza mengungkapkan, ada klien yang langsung menyewa panel surya dari Suryanesia dengan jangka waktu hingga 30 tahun.
Menurutnya, ketertarikan para klien memakai PLTS atap adalah karena pembangkit energi terbarukan ini bisa menghemat biaya listrik.
Salah satu klien Suryanesia adalah PT PIM Pharmaceuticals. Direktur PT PIM Pharmaceuticals Tirta Kusuma mengatakan, semenjak memakai PLTS atap milik Suryanesia, perusahaannya bisa menghemat biaya listrik 10%-15%.
Rheza mengklaim, ada pabrik yang beroperasi dari pagi sampai sore dengan memanfaatkan panel surya dari Suryanesia, bisa menghemat biaya listrik antara 20% dan 40%.
"Selain itu, instalasi dan pengoperasiannya juga mudah," ungkap dia belum lama ini.
Selain PIM Pharmaceuticals, ada PT Helmigs Prima Sejahtera yang menjadi klien Suryanesia. Sayang, Rheza tidak memerinci berapa banyak jumlah kliennya hingga saat ini. Yang jelasnya, klien Suryanesia berasal dari kalangan industri serta pengelola pusat belanja.
Rheza juga belum bersedia memaparkan target bisnis yang akan Suryanesia capai tahun ini. Termasuk, rencana ekspansi ke depan.
Yang terang, untuk bisa ekspansi, Suryanesia membutuhkan pendanaan dari luar. Dan, rencananya, startup ini akan mendapat suntikan dana dari investor dalam negeri, yang identitasnya masih Rheza rahasiakan.
Selain itu, dia menambahkan, Suryanesia juga tengah menjajaki pendanaan dari investor luar negeri, terutama pemodal yang berbasis di kawasan Asia Pasifik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News