kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menata laba apik dari pembuatan rak


Sabtu, 16 Juni 2018 / 10:05 WIB
Menata laba apik dari pembuatan rak


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Persaingan minimarket di tanah air semakin sengit. Pemain-pemain baru terus bermunculan di tengah dominasi peritel raksasa Alfamart dan Indomaret.

Sebut saja, 212 Mart, Sodaqo Mart, dan LEUMart yang kompak mengusung minimarket syariah. Meski persaingan kian keras, masing-masing peritel tetap percaya diri menambah ratusan gerai tahun ini.

Contoh, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pemilik Alfamart, berencana membuka 800 gerai lagi. PT Indomarco Prismatama, pemilik Indomaret, lebih ekspansif lagi, menambah 1.000 gerai.

Sermentara PT Hydro Perdana Retailindo, pemilik Sodaqo Mart, ingin mengoperasikan 500 gerai sampai akhir 2018. Itu berarti, menambah sekitar 300 gerai.

Adapun Lembaga Ekonomi Umat (LEU), yang merilis minimarket perdananya Maret 2018 lalu, ingin membuka 1.000 gerai LEUMart di Jabodetabek.

Tentu, penambahan gerai minimarket bakal mendorong permintaan rak untuk etalase barang dagangan. Menurut Andri Husin, produsen rak merek Hokey di Sidoarjo, Jawa Timur, order rak terus menanjak dalam dua tahun belakangan.

Sebelumnya, ia menjual 70 rak sampai 80 rak standar per bulan. Sejak 2016, penjualannya rata-rata jadi 100 rak tiap bulan.

Harga per unit rak standar mulai Rp 1,2 juta sampai Rp 3 juta tergantung ukuran. Selain minimarket, “Klien kami juga toko-toko kelontong di wilayah Jawa Timur,” ujar Andri.

Begitu juga dengan Herman Abimanyu, pemilik Rakindo di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Memulai usaha pada 2010 silam, produk rak buatannya mengalami peningkatan permintaan semenjak tiga tahun lalu. “Permintaan tumbuh 40% dibanding tahun 2014,” katanya.

Herman mengklaim, rak bikinannya memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk dari luar negeri, namun dengan harga lebih terjangkau. Ia membanderol rak dengan harga mulai Rp 600.000 hingga Rp 2 juta tergantung ukuran.

Produk yang dia jual beragam, mulai rak gondola, freezer, hingga displai yang biasanya dipajang di belakang kasir minimarket.

Tidak hanya menyediakan produk jadi, Herman juga siap mengerjakan pesanan sesuai desain dari konsumen. “Kalau yang customize, harganya lebih mahal 20%,” sebut dia.

Pelanggan Rakindo bukan cuma berasal dari Jabodetabek, tapi juga dari Sumatra. Saat ini 80% konsumennya masih dari seputaran Ibu Kota RI.

Pesanan juga datang dari pemilik minimarket termasuk Indomaret dan Alfamart, meski jumlahnya hanya 5% dari total produksi Rakindo. Secara umum, Herman mengungkapkan, bisnis pembuatan rak memberi keuntungan bersih 20%–30%.

Sedang Andri, selain menjual rak, juga menyediakan jasa pembuatan dan penataan rak minimarket lengkap. Salah satu konsumennya adalah gerai Surya Mart di Sidoarjo. Info saja, Surya Mart ialah jaringan minimarket Muhammadiyah.

Menurut Andri, dengan menawarkan jasa tersebut, maka konsumen bisa memiliki banyak pilihan. “Banyak juga konsumen yang tidak mau repot dan punya dana cukup, sehingga menggunakan jasa kami,” ujarnya tanpa mau membeberkan berapa total biaya untuk pembuatan dan penataan rak minimarket lengkap.

Peluang dari renovasi

Bagi yang tertarik menggeluti bisnis ini, Andri menuturkan, yang perlu jadi perhatian utama adalah punya tenaga kerja dan konsep pembuatan rak yang menyesuaikan perkembangan tren.

Untuk tenaga kerja, bisa memulai usaha ini dengan memiliki minimal tiga karyawan. Dua orang fokus pada bagian produksi dan desainer, sisanya mengurus pemasaran.

Saat ini, strategi pemasaran yang terbaik adalah saluran online. Artinya, Anda bisa langsung menjajakan produk lewat website dan media sosial. Kalau usaha berkembang, Andri menambahkan, baru menggandeng mitra untuk jadi agen di kota-kota besar di Indonesia.

Untuk pengusaha pemula, ujar Herman, kudu pintar membaca peluang pasar yang ada di sekitar lokasi usaha. Terutama, pemilik toko yang masuk kategori minimarket dan toko kelontong. Mereka calon konsumen potensial.

Herman menjelaskan, para pemilik toko tersebut cenderung mencari rak dan perlengkapannya dengan harga yang lebih terjangkau. Asalkan bisa meyakinkan kualitas produk, maka peluang mereka untuk membeli produk Anda sangat besar. “Jangan lupa, kasih garansi produk minimal selama satu tahun,” imbuhnya.

Baik Herman maupun Andri sepakat, bisnis pembuatan rak ke depan akan lebih banyak menyedot peminat dari daerah ketimbang kota besar. Soalnya, perkembangan gerai minimarket dan toko kelontong di daerah bakal lebih pesat. Tapi, “Minimarket pasar utama dari bisnis ini,” kata Herman.

Pangsa pasar lain dari bisnis ini juga datang dari pemilik minimarket yang ingin merenovasi gerai mereka. Bukan rahasia, sebuah minimarket atau toko kelontong butuh penyegaran tampilan untuk bisa menarik perhatian konsumen.

Bahkan, tidak jarang ada pemilik yang berani melakukan penataan ulang tampilan toko mereka untuk menyambut momen-momen tertentu. Ambil contoh, Lebaran, Natal, ataupun Hari Kemerdekaan RI.

Tentu, upaya ini membutuhkan rak baru dan memperbarui cat rak yang ada. Nah, “Ini menjadi peluang besar yang bisa digarap,” ungkap Herman.

Dengan begitu, pemasaran juga harus menyentuh toko-toko kelontong yang sudah eksis. Baik Herman maupun Andri sama-sama memberikan gambaran, bahwa konsumen mereka dari pemilik toko lama berkisar 20% hingga 35%.

Herman menambahkan, hal penting lainnya yang harus Anda siapkan adalah bahan baku dan peralatan produksi. Untuk bahan baku, biasanya terdiri dari besi, hollow, galvanis, serta galvalum. Ini bisa Anda peroleh di toko-toko besi yang banyak bertebaran.

Sementara alat produksi terdiri dari mesin pemotong atau gerinda, bor, kunci, dan baut drill. Kemudian, ada juga perlengkapan finishing, seperti oven, mesin pengering, serta alat cat. Semuanya juga bisa Anda peroleh dengan mudah. “Untuk perlengkapan dan bahan baku awal, butuh modal total sekitar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta,” ujar Herman.

Bicara tempat produksi, Herman menyarankan, sebaiknya memiliki bengkel pembuatan rak sendiri. Tidak mesti luas ukurannya, tapi harus terpisah dari rumah tempat tinggal.

Sedangkan untuk tempat displai, bisa Anda satukan sama bengkel produksi. Tujuannya, biar konsumen bisa melihat langsung proses pembuatannya.

Mengikuti tren

Meski prospek bisnis ini sangat cerah, tantangan selalu akan ada. Yang menyangkut pembuatan rak, misalnya. Herman memberikan tip agar pemain di bisnis ini selalu peduli dengan tren perubahan.

Herman bercerita, awal mula membangun usaha pembuatan rak, tipe yang lagi booming adalah model single. Tapi sekarang, rak model double hingga triple mendominasi permintaan. Menyikapi perubahan pasar, jelas pelaku usaha harus tanggap dengan mengikuti tren.

Cara cepat mengetahui perkembangan tren, papar Herman, adalah rajin mengikuti pameran furnitur. Selain tentunya, aktif mencari tahu dengan browsing di dunia maya.

Hal lain yang harus Anda perhatikan saat memulai usaha pembuatan rak adalah menyediakan varian produk. Memang, tidak salah memfokuskan pada rak minimarket dan toko kelontong.

Tapi, kata Herman, alangkah lebih baik jika Anda juga menyediakan produk rak lain. Misalnya, rak untuk keperluan kantor. Ini penting untuk memberikan pilihan dan mengincar pasar yang lebih luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×