Reporter: Leni Wandira | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berawal dari kegemaran Merri membawa bekal makanan berupa suwiran rendang, tercetus gagasan untuk membuat usaha kuliner. Dia ingin menyajikan rendang kemasan.
Kejadian tersebut bermula di tahun 2009 saat Merri memberanikan diri menawarkan rendang racikannya ke para kolega. Adapun rendang tersebut ia buat berdasarkan ramuan keluarganya secara turun temurun.
"Awalnya aku maksa teman-teman beli. Tapi langsung laku hampir 100 kilohgram (kg). Itu titik baliknya," kenang Merri kepada KONTAN, belum lama ini.
Mendapat pesanan yang lumayan banyak, perempuan 53 tahun ini pun langsung merogoh kocek sebagai modal awal, yakni sebesar Rp 2 juta.
Awal pesanan itulah yang menjadi cikal bakal Merri mulai menekuni usaha kuliner siap saji tersebut. Merri mengusung merek produknya bernama Uninam. Langkah berikutnya adalah mencari kemasan yang tepat untuk Uninam.
Baca Juga: Rendang Buya, UMK Binaan Bukit Asam (PTBA) yang Bersiap Mendunia
Selanjutnya adalah strategi pemasaran. Lantaran belum punya toko offline, Merri langsung menghampiri Tokopedia yang kala itu baru tahap awal beroperasi. Tujuannya untuk bisa langsung memanfaatkan marketplace tersebut.
"Saking semangatnya, aku sampai datang ke kantor Tokopedia waktu masih di Kebon Jeruk, bolak-balik belajar langsung," kenang dia.
Tidak sia-sia, perjuangan Merri masuk ke pasar e-commerce membuahkan hasil. Penjualannya pun tumbuh. Mulai tahun 2014, Uninam mulai merambah pasar ritel. Produknya pun bisa ditemui di sejumlah ritel modern. Sebut saja Kem Chicks di Kemang, Foodhall, Ranch Market, hingga toko buah tangan.
Inilah yang membuat label Uninam semakin dikenal. Alhasil, permintaan rendang kemasan semakin melonjak, terutama saat Ramadan dan Lebaran hingga Natal. Termasuk juga saat masa pandemi Covid-19.
"Ketika pandemi, justru bagus. Pernah dapat pesanan masak sampai 1 ton daging," ungkap Merri.
Usai pandemi, justru keadaan bertolak belakang. Penjualan Uninam langsung menurun drastis. Rupanya kala itu Merri hanya fokus di pasar ritel.
Melihat kondisi tersebut, dia langsung mengevaluasi lagi bisnisnya. Merri pun kembali ke khitah awal, yakni mengoptimalkan penjualan online secara optimal.
Tak hanya Tokopedia, Merri mulai merambah marketplace lainnya. Selain itu, dia juga langsung melayani pesanan via Whatsapp.
"Kalau untuk ritel, sekarang tidak menguntungkan lagi," ucap dia.
Meski begitu, Merri tidak patah arang, dengan lebih fokus ke pasar online, dia optimistis Uninam masih bisa terus eksis.
Selain mengembangkan pasar domestik, Merri ingin memperluas pasar global. Salah satu incarannya adalah Uni Emirat Arab.
"Di sana banyak diaspora. Biasanya kangen makanan lokal, termasuk rendang," harap dia.
Selanjutnya: Gerak Rupiah dalam Sepekan Terangkat Data Ekonomi
Menarik Dibaca: Manfaat Jalan Kaki Metode 6-6-6 yang Bisa Turunkan Berat Badan Menurut Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News