kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.331.000   32.000   1,39%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Mencicip kerupuk pasir di Subang (1)


Senin, 11 Januari 2016 / 14:21 WIB
Mencicip kerupuk pasir di Subang (1)


Reporter: Nicholas Gandhi | Editor: Tri Adi

Kerupuk sudah menjadi camilan populer di masyarakat. Biasanya digunakan sebagai pelengkap aneka menu makanan Indonesia yang banyak miliki kuah. Jenisnya pun beragam diantaranya kerupuk kulit, kerupuk bangka, dan kerupuk udang. Nah, ada satu lagi jenis kerupuk yakni kerupuk pasir yang biasanya banyak ditemukan di daerah Jawa Barat.

Seperti namanya, pembuatan kerupuk ini lumayan unik karena menggunakan pasir. Warnanya dominan merah muda, kuning dan putih. Tidak sedikit masyarakat menyebut kerupuk ini dengan nama kerupuk miskin, lantaran pembuatannya hanya menggunakan pasir bukan minyak goreng.  

Salah satu lokasi penjualan kerupuk pasir ini berada di dua sisi Jalan Lebaksiuh, Kecamatan Dawuan, Subang. Jika dari Sadang, Anda masih harus menempuh perjalanan kurang lebih 90 menit untuk sampai ke daerah Lebaksiuh menggunakan kendaraan roda empat.

Ketika KONTAN menyambangi sentra penjualan kerupuk ini, terlihat ada lebih dari 40 kios berderet di samping kanan dan kiri jalan. Satu kios berukuran sekitar 5 meter x 4 meter. Kerupuk pasir yang telah terbungkus plastik bening tampak tergantung di depan kios berdampingan dengan oleh-oleh lainnya seperti tapai, kerupuk bumbu khas Cirebon, serta kerupuk Palembang.

Bagian belakang kios biasanya digunakan pedagang sebagai tempat penyimpanan kerupuk. Agus Supriana, pedagang kerupuk pasir di sentra ini bilang, pasokan kerupuk diambil dari pabrik di Purwodadi. Biasanya distributor datang ke sentra ini tiga hari sekali untuk memasok kerupuk ke kios-kios pedagang.

Menurut Agus, kerupuk pasir menjadi primadona oleh-oleh yang diburu oleh pelancong. "Rasa krupuknya lebih gurih dan citarasanya khas dibanding kerupuk lainnya karena prosesnya menggunakan pasir," ujar Agus.

Kerupuk pasir ini dijual seharga Rp 5.000 per bungkus kecil dan untuk ukuran besar seharga Rp 10.000 per bungkus. Sementara, oleh-oleh lainnya seperti tapai dibanderol seharga Rp 10.000 per kg. Pria yang sudah berjualan di tempat ini sejak delapan tahun silam ini mengaku bisa meraih omzet rata–rata Rp 2 juta per minggu atau sekitar Rp 8 juta per bulan.

Alan, pedagang kerupuk pasir lainnya menjelaskan, untuk penentuan harga jual kerupuk  memang telah disepakati oleh semua pedagang di tempat ini. Sehingga tidak ada perbedaan harga jual di satu kios dengan kios lainnya. Namun, perbedaan harga jual terjadi ketika ada pembeli yang membeli kerupuk dalam porsi besar atau borongan. Tentunya si pedagang akan memberikan potongan harga sebagai apresiasi barang dagangannya telah diborong.

Untuk oleh-oleh lainnya, Alan juga menjual nanas dan singkong mentah. Harga jual nanas Rp 15.000 per buah hingga Rp 25.000 per buah. Sementara singkong mentah dijual Rp 15.000 per kg.

Omzet yang dikantongi Alan berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per minggu. Jika dihitung-hitung, dalam sebulan, Alan bisa meraup omzet hingga Rp 6 juta.            n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×