kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencicip laba segar dan sehat dari selada romaine


Sabtu, 28 Juli 2018 / 14:05 WIB
Mencicip laba segar dan sehat dari selada romaine


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Selada merupakan sayuran yang umum bagi masyarakat. Namun, beberapa waktu belakangan, Anda bisa menemukan jenis selada yang agak berbeda di supermarket. Yakni, selada romaine, yang mulai banyak menghiasi deretan rak sayuran bersanding dengan kale, pokcoy, bayam dan sebagainya.  

"Sebenarnya selada romaine ini sudah ada sejak lama. Tapi memang beberapa bulan belakangan, permintaan dari supermarket terus meningkat," kata Muslih, petani selada romaine hidroponik dari Cianjur, Jawa Barat. Muslih sendiri sudah membudidayakan selada romaine dalam delapan tahun terakhir.   

Ia mengatakan, banyaknya permintaan beberapa bulan belakangan datang dari peritel, seperti supermarket. Hampir 80% hasil panen selada romaine milik Muslih terserap oleh supermarket asal Jakarta. Sisanya, untuk kebutuhan pribadi dan pebisnis kuliner di sekitar Cianjur dan Jakarta.

Dalam sehari, Muslih bisa menjual sekitar 100 pak. Satu pak itu seberat seperempat kilogram (kg). Jadi, total penjualan per hari mencapai  25 kg. Ia menjelaskan, harga selada romaine hasil panennya dibanderol Rp 20.000 per kg.  

Muslih mengaku kerap kewalahan dalam melayani permintaan dari supermarket. Ia bilang kerap kekurangan pasokan dalam memenuhi permintaan pelanggannya. "Ini semua hasil panen sudah pesanan semua. Jadi agak susah kalau ada orang yang mau pesan dan dikirim," ujarnya.

Penuturan yang sama dilontarkan juga oleh Anwarul Masalik, petanik organik asal Kabupaten Bogor. Ia membudidayakan selada romaine sejak Desember 2015. Ia pun mengatakan. permintaan selada romaine terus meningkat sejak ia awal membudidayakan.

"Saya jual selada romaine ini pribadi, tidak masuk ke supermarket karena biasanya permintaannya banyak dan lahan saya masih terbatas," ungkapnya. Anwarul menjual hasil panennya di area perumahan sekitar Bogor maupun ke beberapa restoran atau kafe yang membutuhkan.

Berbeda dengan Muslih yang menggunakan sistem hidroponik, Anwarul memilih membudidayakan seladanya dengan media tanah. Semua proses dikelolanya secara organik, mulai dari bibit sampai pupuk.

Anwarul mengaku bisa panen setiap seminggu sekali. Dalam sekali panen, ia bisa mendapatkan sekitar 25 kg selada romaine. Dalam sebulan, Anwarul bisa memanen sekitar 100 kg selada romaine. Selada romaine hasil panen tersebut dibanderol Rp 12.000 per 250 gram. "Selama ini pelanggan masih di sekitar Bogor saja. Ada juga beberapa waktu lalu yang saya kirim ke BSD, Tangerang," ujarnya.     

Ada dua cara budidayakan selada romaine

Romaine lettuce atau yang lebih dikenal dengan selada romaine masuk dalam keluarga Lactuca Sativa (selada). Tanaman sayur yang bernama latin Lactuca Sativa var. Longifolia ini dapat dibudidayakan dengan dua cara, yakni cara konvensional lewat tanah dan hidroponik lewat media air.

Para petani selada air di Indonesia pun bisa memilih diantara kedua cara budidaya tersebut. Muslih, petani hidroponik asal Cianjur, Jawa Barat mengatakan bahwa sistem hidroponik merupakan cara tercepat untuk membudidayakan selada romaine dibandingkan cara konvensional. Mahalnya harga bibit selada romaine membuat para petani harus memutar otak untuk menutup biaya produksi dengan waktu panen lebih cepat.

"Benih selada romaine harganya mencapai Rp 400.000 per 100 gram. Sistem hidroponik lebih cepat dan praktis. Tidak perlu repot memindahkan media tanam juga. Kalau di tanah, harus dipindah ke media yang lebih luas," kata Muslih. Butuh waktu sekitar 50 hari selada romaine siap panen.

Namun, menanam selada romaine lewat hidroponik membutuhkan pasokan air dan kondisi wadah yang bersih. Selain itu, nutrisi berupa pupuk cair juga harus rutin diberikan. Pupuk cair diberikan setiap pergantian air yang dilakukan satu atau dua minggu sekali.  

Muslih menjelaskan kebersihan air dan wadah ini bakal berpengaruh pada timbulnya penyakit yang kerap menyerang tanaman selada romaine. "Kalau air dan wadahnya kotor, penyakit gampang datang. Kalau musim kemarau biasanya kutu, kalau musim hujan biasanya jamur atau mata kodok," terangnya.     

Wabah kutu maupun jamur menyerang daun tanaman selada romaine. Penyakit tersebut cepat menular. Cara yang paling ampuh untuk menghentikannya adalah dengan menyiangi daun yang terkena kutu atau jamur.

Berbeda dengan Muslih, Anwarul Masalik membudidayakan selada romaine lewat media tanah. Menurutnya, hasil panen dari media tanah ukurannya lebih besar dan segar. Biaya operasionalnya juga lebih murah.

"Biayanya lebih murah karena saya dapat benihnya dari sesama petani organik. Jadi saya pakai bibit organik, bukan yang produksi pabrik, harganya lebih murah," tutur Anwarul. Ia butuh waktu 60 hari untuk memanen seladanya.  

Mulanya, penyemaian benih dilakukan di media semai yang kecil atau polybag. Setelah bertunas, baru tanaman selada romaine dipindahkan ke lahan yang lebih luas. Jarak tanam antar tanaman yang dianjurkan yakni 20x20 centimeter (cm).

Pemberian pupuk pada tanaman dilakukan saat pertama kali proses penanaman, berlanjut rutin  sebulan atau dua bulan sekali untuk mempercepat pertumbuhan. Penyiraman juga harus rutin, dua kali sehari, terutama saat musim kemarau. Pada musim hujan, penyiraman cukup tiga hari sekali.    

Selada romaine yang ditanam di tanah rentan dengan penyakit daun berkarat. Biasanya, di bagian daun bakal timbul bintik-bintik kuning, kemudian daun akan layu. Jika dibiarkan bisa menyebabkan tanaman mati.
Anwarul akan menyiangi daun yang terkena penyakit.Untuk daun yang belum berbintik dia akan membilasnya, karena semua proses dilakukan secara alami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×