kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mendaki rezeki wisata Tebing Keraton bersama warga


Minggu, 07 Desember 2014 / 15:41 WIB
Mendaki rezeki wisata Tebing Keraton bersama warga
ILUSTRASI. Petugas memperlihatkan emas batangan pecahan 10 gram di Galeri 24 Pegadaian Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/07/06/2023.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Bandung merupakan daerah yang memiliki banyak tempat wisata alam. salah satunya adalah Tebing Keraton yang berada Desa Ciharegem Puncak, Ciburial, Kabupaten Bandung. Tebing Keraton merupakan destinasi wisata baru yang diperkenalkan sejak Mei 2014.

Adalah Asep Sobana yang jeli melihat peluang dan tergerak hatinya untuk menyulap kawasan ini menjadi destinasi wisata. Sebelumnya, daerah ini hanya menjadi pemukiman penduduk. Asep sendiri termasuk salah warga yang tinggal di Tebing Keraton.  

Sadar bahwa daerah tempat tinggalnya memiliki panorama alam yang indah, ia lalu berusaha membangun infrastruktur dan fasilitas seadanya. Kebetulan Tebing Keraton ini berada persis di depan rumah Asep.

Sejak Mei 2014 lalu, ia mulai menata daerah itu dengan menyediakan tempat parkir motor, membuat petunjuk jalan, dan membetulkan jalan yang rusak. "Semua itu saya kerjakan sendiri, tidak ada yang bantu. Butuh waktu dua bulan membuat semua itu," katanya kepada KONTAN.

Nama Tebing Keraton pun Asep yang memberikannya. Bagi Asep nama itu berarti tebing yang memperlihatkan kemegahan alam, sehingga pengunjung seperti berada di istana megah yang dikelilingi hutan pinus.

Luas Tebing Keraton sekitar 700 meter persegi. Untuk mencapai tebing ini harus melewati tanah halaman depan rumah Asep seluas 200 meter. Lahan wisatanya sendiri bukan milik Asep, tapi milik pemerintah.

Sejak Asep menyediakan fasilitas, walau masih serba minim, banyak orang mulai berdatangan. Awalnya anak muda sekitar, lalu lama-lama menyebar dari mulut ke mulut dan sosial media.

Setelah ramai, baru sekitar akhir Agustus lalu pemerintah daerah setempat mengomersialkan tempat ini. Setiap pengunjung harus membeli tiket Rp 11.000 dan uangnya masuk kas pemerintah. Padahal, kata Asep, tidak fasilitas apapun yang diberikan pemerintah.

Asep mengaku tak pernah mendapat bagian dari pemerintah kendati dirinya mengelola Tebing Keraton. Namun, lahan miliknya seluas 200 meter disewakan bagi warga sekitar yang mendirikan usaha.  

Asep sendiri membuka warung bandrek, tempat penitipan motor, dan juga toilet umum. Selebihnya disewakan kepada warga sekitar untuk dijadikan tempat usaha. Ada yang menjual bandrek, pisang goreng, dan makanan khas Sunda lainnya. Warga sekitar pun banyak yang memiliki pekerjaan baru.

Yang tadinya hanya bertani jagung, kini warga mempunyai tambahan penghasilan sebagai tukang ojek. Maklum, akses menuju Tebing Keraton harus melewati jalan setapak sejauh 5 kilometer (km) . Saat ini, ada sekitar 80 warga Ciharegem berprofesi sebagai tukang ojek.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×