Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini
Pabrik milik Hanif Wahyudi kini menjadi salah satu yang terbesar dari sisi kapasitas produksi dan tenaga kerja di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Dia bilang, saat ini, tercatat ada sekitar 150 usaha pengecoran logam yang beroperasi di Desa Batur Jaya. Jumlah itu sudah lebih sedikit dibandingkan dulu, karena sekarang sebagian pengusaha pengecoran logam beralih ke usaha lain.
Tentu ada persaingan di antara sesama pengusaha, namun hal itu tidak membuat Hanif gentar. Dia tetap optimistis bahwa usahanya akan bertahan lama. Ia bilang, tidak ada strategi khusus untuk menghadapi persaingan usaha. Hanya saja, Hanif berusaha untuk terus menjaga kepercayaan pelanggan yang sudah ada. Selain itu, dia juga terus menjaga kualitas produk-produknya agar memenuhi standar. "Bahkan jika ada kerusakan, pelanggan bisa meminta ganti atau diperbaiki," kata pria berusia 47 tahun itu.
Hanif merupakan sosok pria yang kalem. Dalam mengerjakan sesuatu, dia melakukannya dengan hati-hati dan tidak asal dengan modal nekat. Saat merintis usaha, ia sangat memperhitungkan segala sesuatu, termasuk saat memutuskan melebarkan pabriknya. "Saya tidak mau gegabah karena modalnya terbatas dan segala sesuatu mesti diperhitungkan betul-betul," kata dia.
Selain mengelola perusahaan, Hanif juga membuka koperasi simpan pinjam untuk memudahkan para pengusaha pengecoran logam lain untuk mencari sumber permodalan. Saat ini, dia menjabat sebagai Ketua Umum Koperasi Simpan Pinjam Sarana Aneka Jasa yang telah berdiri sejak tahun 2010.
Membuat koperasi dilatarbelakangi oleh pengalamannya yang cukup kesulitan mencari permodalan ketika usahanya masih berskala kecil. Hanif bilang, perhatian pemerintah dalam memberi dukungan untuk pemasaran produk ke industri-industri besar saat ini sudah berkurang dibanding dulu. "Dukungan permodalan juga sulit sekarang," kata dia.
Selain mendirikan koperasi, Hanif juga aktif menjadi pengurus yayasan yang bergerak di bidang sosial dan rumah sakit. Ia juga kerap memberi saran bagi para pengusaha pengecoran logam berskala rumahan, tentang cara-cara membesarkan usaha. Salah satunya dengan mendorong mereka untuk tidak lagi menggunakan teknik tradisional.
Biasanya dalam mengecor, para perajin masih menggunakan tungku besalen yang berupa tobong batu bata berbentuk pipa. Dan dengan teknik sederhana itu, perajin logam hanya mampu mengecor dua kuintal logam. Nah, dengan beralih ke mesin induksi yang lebih modern, produksi bisa minimal 10 ton logam per hari.
Ke depannya, Hanif berencana tetap akan berekspansi usaha pengecoran logam. Dia akan mencoba mengganti bahan baku produknya dengan yang jauh lebih bagus lagi dan akan berinvestasi untuk pengadaan mesin-mesin. Ayah dari tiga orang anak ini mengaku sedang melanjutkan pendidikan formal di Akademi Teknologi AUB di Surakarta, Jawa Tengah. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News