Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Melestarikan tradisi dan budaya kini menjadi tantangan tersendiri di jaman modern ini. Dengan menggandeng perajin kain dari kulit kayu, Novieta Taurisia pun mencoba melestarikan budaya tanah Poso, Sulawesi Tengah.
Para generasi muda tak tertarik menekuni kerajinan ini lantaran harga kain kulit kayu murah, hanya Rp 100.000-Rp 150.000 per lembar. Sementara, jumlah perajinnya kini terus berkurang karena banyak yang sudah berusia tua. Kain ini biasanya dipakai untuk baju sehari-hari, pernikahan hingga upacara adat.
Kerjasama ini dimulai sejak 2013 lalu. Awalnya, Novieta hanya bertemu dengan dua orang perajin. Dari situ, dia terus membangun kelompok perajin yang berada di tiga desa, yakni Lengkeka, Tuare, dan Bewa di Lembah Bada. Sampai sekarang ada 12 perajin yang bergabung.
Tak berhenti hanya merangkul perajin, Novi juga membuat sejumlah produk dari kain kulit kayu, sehingga nilainya bertambah. Produknya antara lain, tas, dompet, dan ragam aksesori.
Setelah melewati masa percobaan selama tiga tahun, untuk menciptakan barang dengan kualitas baik, pada Juli 2016 lalu, dia resmi meluncurkan produknya dengan merek Cinta Bumi Artisan. Kini, ada 40-60 jenis barang yang dia pasarkan.
Dalam setahun, Novieta hanya meluncurkan produk baru sebanyak dua kali. Sebab, ia harus menyesuaikan hasil produksi para perajin. "Membuat kain bukanlah mata pencaharian utama, jadi produksinya masih sangat terbatas," jelas nya pada KONTAN.
Tidak hanya sekedar menampung kain, anak pertama dari tiga bersaudara ini juga membeli hasil produksi perajin dengan harga diatas rata-rata yaitu Rp 125.000 sampai Rp 200.000 per lembar. Namun, kualitas kain harus sesuai permintaan. Sekedar info, untuk menenun selembar kain berukuran 2x1 m2 butuh waktu sekitar dua minggu.
Proses produksi dari bahan setengah jadi menjadi barang siap pakai pun masih dilakukan secara tradisional. Bahkan, pewarnaan menggunakan bahan baku alam yang berasal dari berbagai jenis tanaman, misalnya indigo, turi, mengkudu, dan daun mangga. Dia dibantu oleh tiga karyawan di workshop-nya yang ada di Bali.
Harga produknya bervariasi, mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 900.000 per item. Selama ini, konsumennya banyak datang dari manca negara. Sebut saja, Prancis, Belanda, Jepang, Jerman dan lainnya.
Kedepan, Novieta pun berharap dapat terus melestarikan dan menarik anak muda untuk menjadi perajin kain kulit kayu. Lainnya, dia juga ingin membangun koperasi dan galeri untuk mereka agar dapat memamerkan produknya, serta mendapatkan suntikan modal.
Supaya produksi berkesinambungan dan tidak punah, dia juga menggalakkan penanaman kembali kayu yang selama menjadi bahan baku kain tradisional ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News