Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Usaha kedai kopi yang di Malaysia dan di daerah yang dekat dengan Malaysia disebut kopitiam (dari kata kopi dan tiam atau kedai dalam bahasa Hokkien) tak pernah mati. Bahkan, istilah kopitiam juga mulai marakdi Jakarta beberapa tahun terakhir.
Inilah yang menginspirasi Carolus Kristinus Wijasena membuka kopitiam di Semarang pada 2010. Maklum, ketika itu belum ada usaha kopitiam di wilayah Semarang. Ia mengawali usahanya dengan mengusung merek Nyonya Kopitiam di Paragon City, Semarang.
Nyonya Kopitiam merupakan tempat nongkrong berkonsep kedai kopi yang menawarkan menu ala Semarang. Carolus menambahkan unsur fashion di dalam kedainya, terutama pada seragam pegawai yang unik dan interior kedainya.
Ini tidak terlepas dari latar pemilik kedai ini. Asal tahu saja, Carolus adalah suami dari perancang busana Intan Avantie, yang juga putri Anne Avantie. “Seragam yang digunakan pegawai kami adalah rancangan Intan Avantie,” kata Carolus.
Selain menyediakan kopi, kedai ini menawarkan roti bakar dan pancake yang khas. Dia mengklaim pancake di kedai ini paling diminati. Lantaran usahanya kini sudah mapan, Carolus pun berani menawarkan kemitraan Nyonya Kopitiam sejak awal tahun ini. Satu gerai milik mitra akan segera dibuka di Surabaya. "Kami ingin mempercepat pengembangan usaha lewat sistem kemitraan," ujar Carolus.
Investasi Rp 200 Juta
Nah, bagi calon Mitra, Nyonya Kopitiam menawarkan paket dengan investasi senilai Rp 200 juta. Dengan paket tersebut, mitra akan memperoleh perlengkapan lengkap seperti mesin pembuat kopi, grinder, lalu bahan baku awal, desain interior, resep, dan training.
“Untuk interior kami hanya memberikan desain saja, sedangkan pengerjaannya disesuaikan keinginan mitra,” kata Carolus. Sebelum bermitra, dia akan meninjau lokasi yang dipilih mitra.
Mitra diperkirakan dapat meraup omzet sekitar Rp 100 juta tiap bulan. Dari omzet tersebut, mitra berpeluang mengantongi laba bersih berkisar 20%-25%. Carolus mengutip royalty fee 4% dari omzet mitra setiap bulan. Dia memperkiraan, mitra bisa balik modal dalam setahun.
Carolus tidak mempersulit calon mitra. Dia bilang, calon mitra hanya harus menentukan lokasi dan memiliki keseriusan untuk berbisnis. Bahkan, jika mitra kesulitan mendapatkan karyawan, pusat siap membantu.
Mitra juga boleh mengembangkan menu sendiri yang diinginkan. “Kalau menu-menu inti semua dikunci, tidak boleh diubah. Tapi kalau mau bikin menu lain seperti bubur ayam, silahkansaja,” ujar Carolus.
Konsultan waralaba dari International Franchise Business Management Evi Diah Puspitawati menilai, kopitiam bukan hal baru. Masyarakat di daerah seperti Pekanbaru bahkan sudah akrab dengan usaha semacam ini. Namun, sejauh ini, bisnis makanan masih tetap berpeluang bagus, baik di kota besar maupun daerah. "Yang penting konsep dan target pasarnya jelas, supaya bisa menentukan lokasi yang tepat,” kata Evi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News