kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Menekuni hobi, menuai laba


Sabtu, 13 Agustus 2016 / 10:20 WIB
Menekuni hobi, menuai laba


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Untuk hobi, kita terkadang mau bersusah payah untuk melakukan sesuatu yang menurut orang sia-sia. Bahkan, untuk hobi kita pun rela mengeluarkan duit yang cukup besar.  Lalu, bagaimana kalau kita hobi kita ternyata malah bisa menghasilkan uang. Wah, pasti menyenangkan. Kita dapat menyalurkan hobi, tapi juga dapat duit.

Berbisnis dengan hobi membuat kita mampu bertahan dalam bisnis yang kita geluti. Hobi membuat kita tidak gampang menyerah ketika usaha kita mengalami kesulitan. Kita tidak mudah pindah ke lain bisnis. Kesulitan yang dihadapi bisa dianggap biasa saja, toh kita masih bisa menikmati hobi kita sendiri. Pendeknya, hobi membuat bisnisnya kokoh bergeming dihantam badai sedahsyat apa pun.

Ngomong-ngomong soal hobi jadi bisnis, beberapa waktu lalu KONTAN pernah menyajikan orang-orang muda yang berbisnis dengan hobinya. Orang-orang yang begitu menikmati menjalankan bisnisnya. Mereka terampil dalam berbisnis karena hobinya. Inilah orang-orang yang membuktikan kekuatan hobi.


Keshia Deisra, Pemilik Usaha Dulcet Patisserie

Siapa nyana, hobi membuat kue membuat dara cantik kelahiran Jakarta, 30 Desember 1994 mempunyai usaha yang bernama Dulcet Patisserie. Bukan cuma itu, ternyata Keshia juga hobi menulis. Malah, sejak SMP sudah menerbitkan beberapa buku.  Sampai sekarang hobi itu masih ditekuninya disela-sela kesibukannya mengelola bisnis kue.

Keshia yang hobi bikin berbagai macam kue sejak kecil.  Tapi, dia baru merintis usaha kuenya sekitar tahun 2011. Waktu itu ia baru lulus sekolah menengah atas (SMA) yang ia jalani secara home schooling sejak tingkat SMP. “Awalnya saya hanya senang membuatkan kue untuk keluarga, kemudian saya terpikir untuk menawarkan ke teman, saudara, dan kerabat dekat saja. Mulai dari situ, permintaan meningkat. Akhirnya saya putuskan untuk menekuni secara serius bisnis ini di akhir tahun 2011,” terangnya.

Kenapa mendirikan usaha? Keshia hanya senyum. Namun, dengan lincah cerita pun meluncur dari mulutnya.  Menurut Keshia, dia merintis usaha bersama kakaknya, Karina Mecca. Waktu mereka berdua mengalami bahwa semua kue yang tawarkan ke  beberapa toko dan restoran di tolak. “Dari situ, kami semakin yakin untuk berdiri sendiri dan menjadi bisnis yang mandiri,” tutur Keshia. Atas usul kakaknya, Karina, kue bikinan Keshia pun dipasarkan melalui media sosial. “Dari situlah kami mantap untuk menjadikan Dulcet Patisserie sebagai online cakeshop,” tambah Keshia.

Kini hobi Keshia berbuah manis. Dari usaha kuenya, dara yang merintis usahanya sejak berusia 17 tahun ini bisa mengantongi omzet Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per bulan. Ya, wajar saja sih, soalnya dalam sehari saja Keshia bisa mendapat 30 pesanan. Kue buatan Keshia harganya mulai dari Rp 200.000 hingga kisaran Rp 500.000.

Yang istimewa, Keshia tidak belajar membuat kue secara khusus. Misalnya, mengikuti kelas baking atau semacamnya. "Saya mempelajari semuanya secara otodidak," ujarnya. Maju terus Keshia.

Yusup Suparman, Pembuat Aplikasi Android

Tidak sedikit orang yang telah membuktikan bahwa dari sebuah hobi bisa membuahkan penghasilan yang tidak sedikit. Itulah yang Yusup Suparman alami.  Pria kelahiran Depok pada 22 Februari 1977 yang memiliki hobi membuat program aplikasi di komputer ini bisa meraup penghasilan US$ 5.000 hingga US$ 6.000 per bulan. Itu dihasilkan dari aplikasi edukasi buatannya yang bisa diunduh pengguna ponsel pintar Android di Google Play Store.

Yusuf yang  karyawan swasta itu, aktif membuat aplikasi sejak 2014. Hingga saat ini dia telah membuat 51 software berkonten edukasi. Lulusan teknologi informasi Universitas Padjadjaran ini pernah membuat aplikasi game dan diunggah ke Google Playstore. Namun, aplikasinya tidak mendapat sambutan yang baik dari pengguna Android.  

Setelah itu dia pun memutuskan untuk membuat aplikasi edukasi yang dirasa memiliki potensi pasar yang lebih menjanjikan. Selain itu, menurut Yusup, aplikasi seperti ini pembuatan kontennya lebih gampang. Sudah begitu, aplikasi ini tidak memerlukan banyak modal dalam proses produksinya. Hanya berbekal komputer dan ponsel pintar saja.

Komputer digunakan untuk membuat bahasa pemrograman dan handphone untuk merekam suara-suara agar user interface aplikasi lebih menarik. "Suara mengaji misalnya. Itu suara anak saya yang direkam lewat ponsel pintar. Jadi bisa dibilang tidak keluar modal," ujarnya.

Dari kepiawaiannya membuat aplikasi pendapatannya tergolong cukup besar, namun Yusup belum berniat membuat sebuah kelompok usaha. Alasannya, karena baru dua tahun belakangan ia aktif memanfaatkan Google Console untuk aplikasi bikinannya.


Ghaida Tsurayya, Pendiri Gdas by Ghaida

Satu lagi, Ghaida Tsurayya  membuktikan hobinya bisa memberi nilai lebih pada kehidupannya. Dia bisa memberi inspirasi berbusana muslimah yang ceria dan syariah kepada orang lain, selain juga bisa menebalkan isi koceknya.  Semua itu bermula dari hobi ngeblog-nya.

Awal ngeblog pada 2009, alumni fisika Institut Teknologi Bandung ini lebih banyak bercerita soal kehidupan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga mulai dari memasak, bermain dengan anak, berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, dan sebagainya. Di dalamnya juga berisi bagaimana dia berbusana muslimah.

Gaya berbusananya yang selalu menampilkan warna-warna ceria dan santun ternyata juga menarik perhatian publik sehingga mereka ingin menirunya. Karena itu, sejak 2010 ia meluncurkan lini pakaian muslimah bernama Gdas by Ghaida lantaran banyak yang meminta dibuatkan baju seperti yang dia gunakan. Soal desain produk, semua buatannya sendiri. Ia senang dengan tema cotton candy yang memang menampilkan warna yang lembut dan ceria.

Aktivitas ngeblog-nya ini ternyata membuat salah satu perusahaan kosmetik yang khusus menampilkan keanggunan perempuan berbusana muslim mengajak bekerja sama dan mengontraknya. Alhasil, lewat kontrak dengan beberapa perusahaan yang kini terjalin, Ghaida bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 50 juta sebulan.  Bukan cuma itu, saban bulan putri sulung ulama kondang Abdullah Gymnastiar ini  bisa menjual  400 potong produk fashion-nya lewat butik offline dan online.

Wah, usaha dengan hobi itu sama saja dengan menjalankan bisnis dengan sepenuh hati. Hati kita ada dalam bisnis yang kita lakoni. Alhasil, kita bisa menekuni bisnis kita dengan gembira dan tanpa beban. Tekunilah hobi kita dengan sungguh-sungguh siapa tahu dari situlah keberuntungan kita dalam berbisnis. Salam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×