kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.938.000   14.000   0,73%
  • USD/IDR 16.300   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Menengok produksi tempe di Gang Sonton (1)


Senin, 18 April 2016 / 15:30 WIB
Menengok produksi tempe di Gang Sonton (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

Geliat perekonomian di ibukota Jakarta yang dinamis dengan aktivitas perkantoran dan industri besar, diwarnai pula oleh kegiatan industri kecil dan menengah yang bergulir di dalamnya. Salah satunya adalah industri pengolahan tahu dan tempe di Jl. Seratus Gang Sonton, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Sentra produksi dan penjualan tahu dan tempe ini terletak di sebuah gang perkampungan yang cukup terpencil dari hiruk pikuk kesibukan warga ibukota.

Dari arah Pasar Minggu, Anda harus  menyusuri Jl.Tanjung Barat untuk bisa menuju sentra ini. Di ujung jalan ini, Anda akan mudah mengenali sentra produksi tahu dan tempe lantaran terdapat gapura bertuliskan ‘Selamat Datang di Sentra Produksi Tempe Tahu Primkopti Jakarta Selatan.

Sentra ini layaknya perkampungan dengan deretan rumah yang berjejer rapi yang tersebar dalam tiga gang bercat biru. "Di sini ada sekitar 22 perajin. Tiga di antaranya perajin tahu dan selebihnya adalah perajin tempe," terang Sungkono, salah satu produsen tahu sekaligus ketua kelompok perajin tahu tempe Gang Sonton.

Hanya saja, mereka tidak menggunakan semua rumah sebagai tempat produksi, melainkan terpusat pada empat ruangan yang digunakan bersama-sama dalam satu bangunan dengan panjang 48 m dan lebar 6 m.

Tempat produksi tahu dan tempe berbentuk huruf U yang berisi peralatan-peralatan memasak seperti panci kukusan berukuran besar untuk merebus kedelai dan saringan untuk menyaring sari tahu. Ada juga cetakan tahu dan sejumlah kompor berukuran besar yang diletakkan berderet dua baris.  

Sungkono menekuni  usaha pembuatan tahu sejak sentra ini berdiri. Dalam sehari, Sungkono dapat menghabiskan setengah kuintal kedelai untuk memproduksi tahu. Kapasitas produksi dari tahun ke tahun memang hanya sebanyak itu. "Kalau ditotal dari 22 perajin yang beroperasi, kami mengolah sekitar dua ton kedelai setiap hari," terangnya.

Sungkono menjual tahu yang sudah digoreng. Harga jualnya berkisar Rp 250 per buah hingga Rp 400 per buah,  tergantung ukuran tahu. Dalam satu bulan, Sungkono dapat meraup omzet Rp 2,6 juta hingga Rp 6 juta per bulan dari situ.

Sementara Usman Juhari, produsen tempe di sentra ini bercerita, dia sudah sepuluh tahun bergabung menjadi anggota koperasi dan menjalankan usaha produksi tempe. "Saya biasanya menghabiskan satu kuintal kedelai saban hari dengan dibantu satu pegawai untuk produksi," terang Usman.

Ia menjual tempe dengan harga yang bervariasi, mulai Rp 2.500, Rp 6.000, Rp 8.000 dan Rp 40.000, tergantung ukuran. Tempe terpanjang yang ia buat yakni berukuran 2 m seharga Rp 40.000. Dalam satu bulan omzet Usman rata-rata Rp 5 juta hingga Rp 6 juta.

Baik Sungkono maupun Usman menjual hasil produksinya ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta seperti ke Pasar Minggu, Pasar Kramat Jati, Pasar Lenteng Agung, dan sekitar daerah Jakarta Selatan lainnya. Mereka juga mengaku kerap mendapat permintaan secara khusus juga dari warung nasi, penjual gorengan dan pemilik katering makanan.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×