kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.933.000   17.000   0,89%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Menenun Fulus dari Tenun Tradisional


Sabtu, 23 Agustus 2025 / 08:00 WIB
Menenun Fulus dari Tenun Tradisional
ILUSTRASI. Kain produksi Tenun D'Utan


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkadang, mengisi waktu luang bisa menjadi inspirasi untuk memulai sebuah usaha, lo. Inilah yang Mersia Duo Moong alami.

Saat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sebuah perusahaan kayu di Kalimantan Utara pada 2013,  wanita asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini memutar otak untuk mengisi waktunya. Pilihan jatuh ke kegiatan memenun, yang memang menjadi kebiasaan warga di daerahnya. 

Saat itu, tenun buatan Mersia boleh dibilang langka di Kalimantan. Pasalnya, ia menenun dengan nuansa  motif-motif tanah kelahirannya. Kekhasan motif tenun Flores itu membuat produknya dikenal dari mulut ke mulut.

Hingga akhirnya, tenun yang awalnya untuk keperluan pribadi mulai mendapat pesanan dari kolega. Mulanya, tetangga dan teman-temannya. 

Perlahan, jumlah pesanan terus bertambah, Merasa kewalahan, Mersia mengajak wanita-wanita di daerah tempat tinggalnya yang jadi korban PHK untuk menenun bersama. Dari situ, terbentuklah kelompok Tenun  D’Utan Kalimantan. 

Selang dua tahun kemudian, Mersia dan kelompok tenunnya mendapat kesempatan mengembangkan bisnis melalui pembinaan dari Dinas Perindustrian setempat. Dari situ, ia mulai banyak terpapar berbagai macam kesempatan untuk mengembangkan bisnis kecilnya, mulai dari pameran hingga gelar produksi. 

Baca Juga: Berdayakan Kaum Wanita Program Klasterkuhidupku BRI Buat Usaha Tenun Ulos Ini Sukses

Pada 2018, Mersia mulai juga ikut pembinaan dari Bank Indonesia Kalimantan Utara (BI Kaltara) yang kemudian mengantarkannya pada pagelaran Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta belum lama ini. Dia sudah tiga kali memamerkan hasil tenunnya di KKI.

Keikutsertaan Tenun D’utan di berbagai acara, pada gilirannya menambah jejaring Mersia, dan tentunya, meningkatkan exposure bisnisnya. Kini, tenun buatannya sudah hadir dalam bentuk tas, hasil kolaborasinya dengan label lokal Dapoza pada tahun ini.

Tak hanya itu, Mersia mengaku, dirinya juga sudah sering menyuplai kain ke desainer lokal. Dus, hasil karya Mersia dan kelompok tenunnya bisa dibeli dalam bentuk baju modern bercorak Nusantara. 

Dia mengklaim, produk Tenun D’utan unggul dari penawaran corak Kalimantan Utara yang kental. Selain itu, teknik produksi tradisional dengan tenun manual dan pewarnaan alami, juga menjadi nilai tambah tenun dari Tenun D'utan. 

Tapi, ia tak memungkiri, kekhasan produk Tenun D’utan turut menjadi tantangan tersendiri. Mersia bilang, kini pasar mulai menyukai corak-corak rapat yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

"Motif ini pembuatannya bisa lebih lama," katanya kepada KONTAN.

Dia menjual tenun di harga Rp 1,4 juta sampai Rp 2 juta per helai. Ia memilih tak mematok harga lebih mahal demi menjaga pasar.

Dengan upaya tersebut, omzet Tenun D'utan bisa Rp 70 juta hingga Rp 80 juta per tahun. Mesia pun terbuka berkolaborasi bisnis.

Selanjutnya: Duit Rp 3 Miliar Mengalir ke Wamenaker

Menarik Dibaca: Promo Merdeka Raa Cha sampai 31 Agustus 2025, Nikmati 2 Paket Spesial Hemat 17%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×