Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Munculnya gerai-gerai ritel baru, restoran, maupun hotel mendongkrak permintaan kereta dorong atau troli untuk alat angkut barang atau belanjaan. Si pembuat troli pun mampu meraih omzet hingga ratusan juta setiap bulan.
Kereta dorong atau troli berperan penting dalam aktivitas belanja di supermarket, atau kegiatan pengangkutan lainnya, seperti di restoran, hotel, dan bandara. Makin maraknya gerai-gerai ritel di Tanah Air, restoran, dan hotel tentu saja membawa berkah tersendiri bagi produsen troli.
Aris Widiyanto, Manajer Marketing perusahaan pembuat troli PT Dharma Polimetal, mengakui supermarket baru meningkatkan pesanan troli di perusahaannya. Bahkan, meski banyak pemain baru dan produk impor, permintaan troli untuk perusahaan di Tangerang ini tak pernah surut. "Secara kualitas produk buatan kami masih bisa bersaing dengan troli buatan impor," jelasnya.
Sejak berdiri 12 tahun lalu, Aris bilang, Dharma Polimetal banyak menerima order troli dari perusahaan ritel atau supermarket dari seluruh Indonesia. "Namun, pesanan ini tak datang setiap bulan, karena sifatnya tender," ujar Aris.
Biasanya, supermarket akan memesan troli saat akan membuka gerai baru. Kebutuhan tiap supermarket bisa mencapai 500 unit - 750 unit troli per gerai.
Selain pengadaan troli lewat tender, Dharma Polimetal menerima pesanan order minimal, yakni sebanyak 50 unit troli. "Kebanyakan troli yang digunakan adalah yang ukuran 180 liter hingga 210 liter," kata Aris. Tapi, Dharma Polimetal juga menyediakan troli mulai kapasitas 110 liter hingga 250 liter.
Dharma Polimetal menjual troli mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 800.000 per unit, tergantung ukuran dan dimensi produk yang diinginkan. "Harga kami cukup kompetitif, sesuai dengan kualitas produk," ujar Aris, berpromosi.
Dalam sebulan, Dharma Polimetal bisa menjual hingga 800 troli. Alhasil, perolehan omzet rata-rata bisa mencapai Rp Rp 400 juta per bulan. Bahkan, jumlah itu bisa melonjak hingga dua kali lipat ketika mendekati Lebaran. "Hampir seluruh supermarket melakukan penggantian atau menambah jumlah trolinya saat lebaran tiba," katanya.
Kendati bisa meraup laba bersih hingga 15%, namun Aris mengakui, usaha ini memiliki kendala dalam pengadaan bahan baku. Meski jumlahnya selalu tersedia, namun harga bahan baku sangat fluktuatif. Maklum, stainless steel dan komponen besi yang menjadi material utama masih harus diangkut dari luar negeri. "Kurs dolar yang tak stabil juga masalah," tandasnya.
Meski begitu, Aris sangat optimistis bisnis pembuatan troli ini akan terus berkembang. Makin menjamurnya supermarket, berpotensi meningkatkan permintaan troli, baik untuk memenuhi kebutuhan troli baru saat mereka membuka gerai baru maupun penggantian troli-troli yang rusak. "Sejauh ini permintaan yang datang mayoritas berasal dari wilayah Jabodetabek. Dan, itu berarti masih ada pasar di wilayah lain yang belum kami garap," tuturnya.
Adapun Muhammad Mubarraq, Manajer Pemasaran Jaya Stainless Steel, nampak pesimistis. Menurut Mubarraq, meski pasar troli kian lebar, persaingan bisnis ini juga semakin ketat.
Ketatnya persaingan itulah yang Jaya Stainless tak terlalu merasakan kenaikan penjualan. "Bahkan di tahun 2011 kami memperkirakan terjadi penurunan permintaan," ungkapnya.
Berbeda dengan Dharma Polimetal, Jaya Stainless tak memproduksi troli belanja. Perusahaan yang berdiri sejak 2009 ini membuat troli dua susun yang kerap dipakai di restoran. "Walau sepi, permintaan troli jenis ini masih rutin datang setiap bulan," jelas Mubarraq.
Selain restoran, troli dua susun ini juga kerap dipesan oleh beberapa minimarket untuk mengangkut stok barang. Dalam sebulan, Jaya Stainless Steel bisa menjual 70 unit troli susun.
Berbeda dengan troli untuk pengunjung, harga troli susun ini lebih mahal, yakni berkisar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, tergantung ukuran dan bahan yang dipakai. Dari penjualan troli susun ini, Jaya Stainless bisa mendulang omzet lebih dari Rp 200 juta per bulan.
Sebenarnya, permintaan yang masih mungil ini lantaran Jaya Stainless Steel baru fokus memproduksi troli dua susun sejak setahun lalu dan berhenti membuat troli keranjang. "Tapi kami optimistis penjualan kami akan bangkit dalam beberapa bulan ke depan," ujar Mubarraq. Kini, ia masih mencari pasar potensial untuk produk trolinya ini.
Mubarraq pun siap bersaing dengan produk impor. Itulah sebabnya, Jaya Stainless terus menambah model baru serta memperkokoh kerangka troli. "Kami selalu yakin, produk anak negeri tak kalah dengan produk luar negeri," pungkas Mubarraq penuh semangat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News