kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mengantongi laba dari kreasi tas dalam tas


Kamis, 16 Mei 2013 / 13:57 WIB
Mengantongi laba dari kreasi tas dalam tas
ILUSTRASI. Opening Ceremony Presidensi G20 Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu (1/12/2021). Presidensi G20 Indonesia dimulai pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 mengusung tema 'Recover Together, Recover Stronger'. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Barang-barang yang tersusun rapi di dalam tas, tentu, mempermudah kita ketika mencari sesuatu. Kenyamanan semacam itu yang ditawarkan oleh beragam produk bag in bag atau bag organizer. Tak heran, produk ini kian diminati. Produk dan pasarnya pun masih terus berkembang, asalkan rajin berkreativitas.

Aktivitas atau kesibukan yang kian bertambah memunculkan kebutuhan untuk menyusun secara rapi. Berbagai barang serta pernak-pernik, yang menjadi pendukung kegiatan, juga harus tersimpan dengan baik. Alhasil, ketika suatu barang dibutuhkan, pemilik bisa menemukan dengan cepat dan mudah.

Franky Pranoto, pemilik D’renbellony, melihat kebutuhan semacam itu. Ia pun terpikir membuat tempat penyimpanan berbagai pernak-pernak yang bisa dimasukkan dalam sebuah tas. Barang semacam itu biasa disebut bag in bag atau organizer bag. Produk ini seperti tas  atau dompet yang sederhana dengan banyak kantong atau sekat hingga penyimpanannya lebih rapi dan teratur.

Ada banyak jenis bag in bag. Mulai dari tas-tas yang mengakomodasi berbagai kebutuhan kantor, seperti tas penyimpan kartu nama, telepon genggam, buku-buku rekening bank dan wadah penyimpan charger berbagai gadget, hingga bag in bag yang dipakai saat bepergian. Untuk kebutuhan itu, ada tas khusus untuk menyimpan pakaian, sepatu dan toiletris, yang semuanya bisa ditata rapi dalam sebuah koper besar.

Franky yang memproduksi berbagai bag in bag dengan merek dagang D’renbellony menilai usaha ini kian menjanjikan seiring kian beragamnya kegiatan seseorang. Apalagi, makin banyak orang yang sering bepergian ke luar kota atau luar negeri. Permintaan pun terus membesar. “Potensi usaha ini masih sangat besar, meski kami harus rajin memberi edukasi ke pasar,” jelas Franky.

Kini, D’renbellony memiliki 25 jenis bag in bag. Mereka pun rajin meluncurkan produk baru untuk memenuhi kebutuhan para konsumennya. Tak hanya untuk merapikan isi tas, mereka juga mengembangkan produk wadah untuk pernak-pernik atau alat-alat rumah tangga.

Untuk menjangkau pasar yang semakin besar, D’renbellony yang membuat semua produknya di Semarang itu, makin giat membuka gerai di pusat-pusat belanja. “Meski hanya outlet kecil, kami bisa memberi informasi tentang manfaat produk bag in bag bagi konsumen,” tutur Franky yang memiliki pasar terbesar di Jabodetabek ini.

Dalam sebulan, Franky bisa menjual 200 unit hingga 700 unit berbagai jenis bag in bag untuk setiap gerainya di mal. Tergantung dari model, harga bag in bag ini berkisar dari Rp 70.000 hingga Rp 295.000 per unit. Yang paling mahal adalah diaper bag eksklusif.

Bukan hanya berguna untuk merapikan isi tas, perkembangan produk organizer bag juga menginspirasi pelaku usaha membuat rak kain untuk menyimpan berbagai barang di rumah. Adalah Elyusra Mualimin yang membuat berbagai tempat penyimpanan untuk tas, helm, dan hijab, sejak tahun lalu.

Kebutuhan terhadap rak kain ini juga dirasakan mereka yang tinggal di apartemen atau hunian mungil. Tempat semacam itu dibutuhkan karena praktis dan tak makan banyak tempat.  “Rak-rak organizer ini tinggal digantung saja di tembok atau lemari,” kata Ira.

Awalnya, Ira hanya memproduksi rak tas, rak sepatu, dan rak jilbab. Namun, pada pengembangannya, ia juga memproduksi bag in bag bagi wanita yang suka gonta-ganti tas.  “Bahan bakunya hampir sama, proses pembuatannya juga tak jauh berbeda,” kata Ira.

Meski baru setahun, Ira sudah mempunyai 20 produk organizer. Penjualan produk yang berlabel Organizer itu pun terus melonjak. Kini, ia bisa mengirim hingga 4.000 unit produk bag organizer ke berbagai kota di Indonesia. Ira menuturkan, dari usaha ini, ia bisa mengantongi margin keuntungan hingga 30%.


Ide dan inovasi

Apakah Anda tertarik menggeluti usaha ini? Kedua pemain ini melihat potensi bisnis bag in bag atau organizer masih sangat besar lantaran belum banyak konsumen yang mengenal produk ini. Apalagi, perkembangan gaya hidup juga menuntut orang untuk tampil semakin rapi dan elegan.

Ide dan kreativitas merupakan modal utama di bisnis ini. Pasalnya, usaha seperti ini mudah ditiru. Karena itu, Anda harus rajin mengembangkan inovasi produk untuk mengambil celah pasar yang ada.

Ide bisa digali dari berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Franky menuturkan, ia banyak menemukan ide saat sharing bersama teman-temannya. Jadi, ketika ada temannya yang bercerita tentang hobinya berolahraga, ia pun terinspirasi untuk membuat tas khusus untuk sepatu. “Kelihatan lebih elegan jika menggunakan tas, daripada dibawa dengan kresek. Apalagi jika dibawa menjadi satu dengan pakaian di tas traveling,” tutur dia.

Ira pun punya pengalaman yang sama. Ia melihat, adanya kebutuhan rak untuk menyimpan helm supaya lebih rapi di rumah-rumah yang kecil. Oleh karena itu, Ira berpesan, agar pelaku usaha rajin mendengar masukan dari sekitarnya.

Modal untuk memulai usaha ini pun cukup terjangkau. “Yang penting mesin jahit,” kata Ira yang mengawali usahanya dengan sebuah mesin jahit seharga Rp 2,5 juta. Selanjutnya, Anda bisa berburu bahan baku ke pusat-pusat tekstil.

Bahan baku yang dipakai untuk membuat produk ini adalah kain sejenis poliester. Pemilihan bahan baku ini juga menentukan pasar yang akan Anda bidik. Karena mengutamakan kualitas, Franky pun mendatangkan bahan baku dari luar negeri. “Karena kain dan aksesori seperti yang saya inginkan tak ada di sini,” katanya.

Pengembangan produk berdasarkan bahan baku pun dilakukan Franky. Untuk membidik konsumen kelas atas, mereka membuat seri luxury dengan merek The Renbellony, yang memakai bahan kulit.

Pemakaian bahan baku berkualitas, desain, kerapian, dan kekuatan jahitan menjadi nilai lebih produknya. “Kami memang mengutamakan kualitas,” ujarnya. Karena itu, pemilihan penjahit yang andal termasuk kunci sukses di bisnis ini. Selain bisa mengerjakan dengan cepat, jahitan yang dihasilkan juga harus rapi dan kuat. Untuk menarik minat konsumen, D’renbellony memberi garansi bagi produknya.

Anda juga harus jeli melihat peluang pasar produk ini. Saat awal memulai usahanya, Ira rajin ikut bazar di kantor-kantor. “Saya berbekal brosur pula, sambil berharap konsumen yang berbelanja akan melakukan repeat order,” terangnya.

Ira yang memproduksi tas ini di Jakarta. juga menawarkan sistem keagenan untuk memperluas jaringan pemasaran hingga ke kota-kota di luar Jawa. “Saat ini, ada distributor besar kami di 15 provinsi,” ujarnya. Untuk penjualan langsung, Ira menawarkan produknya secara online melalui produsen-allorganizer.blogspot.com.

Meski telah membuka sejumlah gerai, D’renbellony juga menggenjot penjualan online. Mereka membuat beberapa alamat web, seperti   www.bagorganizerku.com dan www.firstbagorganizer.com.

Untuk gerai di pusat belanja, mereka kerja sama dengan reseller. “Butuh modal besar untuk membuka gerai sendiri di mal,” kata Franky.  Jadi, D’renbellony menerima reseller yang ingin membuka gerai di pusat belanja. Saat ini, D’renbellony telah membuka 37 outlet baru, di dalam dan luar Pulau Jawa.

Tertarik?            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×