Reporter: Dea Chadiza Syafina, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Restoran atau kafe-kafe kini lebih suka menggunakan gula saset, gula kemasan dalam ukuran mini. Itulah sebabnya, penjualan gula saset pun kini laris manis. Itulah sebabnya, banyak pengusaha yang kini bermain di kemasan gula mini tersebut.
Meningkatnya kebutuhan gula saset seiring bertumbuhnya bisnis perhotelan, restoran, dan kafe, membuat gula dalam kemasan mini ini laris manis di pasaran. Tentu ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Salah satu yang menikmati tingginya kebutuhan gula saset itu adalah adalah Partogi Sitinjak, pemilik CV Kebutuhan Hotel di Pamulang, Tangerang Selatan. Perlu diketahui, Partogi sudah sejak 1996 menjadi pemasok berbagai kebutuhan pribadi seperti peralatan mandi, sandal, kantong plastik serta tissu, terutama untuk hotel.
Menurut Partogi, ia mulai memasukkan gula saset dalam daftar dagangannya pada 2007 silam. Ketika itu, dia mendapatkan tawaran dari sebuah hotel langganannya untuk menjadi pemasok gula kemasan ukuran mini tersebut.
Sebagai pedagang, tentu tabu bagi Partogi menolak permintaan itu. Sejak itu pula, Partogi rutin memasok kebutuhan gula saset untuk berbagai hotel langganannya sebanyak 170.000 saset per bulan. "Harga per sasetnya Rp 135," ujar Partogi.
Harga gula kemasan tersebut belum dihitung dengan ongkos kemasan. Untuk setiap satu warna kantong kemasan selain putih, Partogi mengenakan biaya sebesar Rp 500.000 sebagai biaya cetak film untuk gula kemasan. Namun biaya ini dia pungut hanya dari pelanggan yang pertama kali membeli. Nah, untuk pembelian berikutnya, Partogi sudah tak memungut ongkos cetak saset.
Oh, ya, pelanggan Partogi saat ini hampir semua hotel bintang dua hingga hotel bintang lima di seluruh Jabodetabek. Selain itu masih ada lima restoran dan lima buah kafe.
Untuk memenuhi seluruh permintaan pelanggannya itu, saban bulan Partogi harus kulakan 1.400 kg gula. Gula sebanyak itu kemudian dia kemas dalam kemasan dengan isi seberat 8 gram gula atau setara dengan dua sendok teh gula.
Namun, kadangkala, Partogi bisa memproduksi gula saset lebih banyak lagi. "Ya, kalau ada pesanan dari bukan pelanggan, masak ditolak," ujarnya, renyah.
Partogi mengungkapkan, pendapatan tertinggi dari penjualan gula saset itu berasal dari hotel. Maklum, hotel tentu memesan gula saset ini dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari pesanan restoran atau kafe.
Dengan pesanan sebanyak itu, omzet Partogi dari jualan gula kemasan saja mencapai Rp 23 juta per bulan. Dari omzet segitu, dia bisa mengantongi laba hingga 40%.
Pemain gula saset lainnya adalah Wibowo Hidayat. Pemilik CV Telaga Sejahtera di Bekasi, Jawa Barat ini menyatakan, permintaan gula saset cenderung meningkat tiap tahunnya.
Saat ini dari Wibowo bisa menerima pesanan sebanyak 150.000 kantung per bulan dengan harga Rp 125 per kantung. Dari situ, Wibowo bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 18 juta per bulan. "Keuntungan sekitar 30%," ujar Wibowo.
Yang membuat Wibowo senang, permintaan gula saset ini terus naik dari tahun ke tahun. "Tahun lalu hanya 120.000 saset," gambarnya.
Itulah sebabnya, Wibowo yang menekuni bisnis gula saset sejak 2008 ini optimistis bisnis ini akan tetap menjanjikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News