Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Tri Adi
Seiring dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, kepemilikan mobil tidak lagi dipandang sebagai sebuah prestise. Belakangan, kepemilikan mobil malah dianggap sebagai suatu keharusan. Apalagi bagi mereka yang telah berkeluarga dan memiliki anak. Maklum, mereka mempunyai kebutuhan mobilitas bersama, sementara fasilitas transportasi umum yang ada saat ini masih buruk. Alhasil, membeli mobil pun menjadi pilihan walaupun kadang harus terjebak kemacetan sebagai konsekuensi populasi mobil yang meningkat pesat.
Data Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan, hingga akhir 2013, populasi mobil di seluruh Indonesia meningkat sekitar 11% dari tahun sebelumnya menjadi 10,54 juta unit. Adapun, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dari tahun ke tahun, penjualan mobil selalu di atas 1 juta unit sejak tahun 2012. Tahun lalu, penjualan mobil baru mencapai lebih dari 1,2 juta unit. Tahun ini pun, meski penjualan melambat, populasi mobil baru diperkirakan masih akan bertambah 1,1 juta unit. Dengan kata lain, populasi mobil meningkat sekitar 10% per tahun.
Peningkatan populasi kendaraan pribadi tak pelak memicu banyak persoalan baru. Tak cuma kemacetan, tapi juga polusi. Namun, di sisi lain, kondisi ini pun melahirkan berbagai macam peluang bisnis di seputar otomotif, mulai dari bengkel hingga penjualan onderdil atau sekadar cuci mobil.
Nah, di musim hujan ini, salah satu yang menonjol adalah bisnis sarung penutup kendaraan bermotor. Maklum, tidak semua pemilik mobil mempunyai garasi yang layak untuk memarkir mobil mereka. Alhasil, tudung alias sarung mobil menjadi kebutuhan untuk melindungi mobil dari hujan, juga panas matahari, debu, serta kemungkinan goresan dari tangan-tangan jahil. Siapa, sih, yang tidak ingin mobilnya awet mulus, baik mesin maupun tampilan cat luarnya?
Modal bisa minimal
Sebenarnya, usaha tudung atau sarung mobil bukanlah bisnis baru. Namun, seiring dengan pertumbuhan mobil tadi, peluangnya masih menarik hingga sekarang. Apalagi, produsen mobil menawarkan juga mobil-mobil dengan harga yang semakin terjangkau.
Salah satu yang jeli menangkap peluang tersebut adalah Dani Prawira. Semula, Dani hanya menjadi pedagang alias menjual kembali barang yang ia ambil dari produsen. Menjadi reseller tudung mobil, ia lakoni sejak 2009 hingga 2014. Namun, keluhan-keluhan dari konsumen membuatnya berpikir untuk membangun usaha sarung mobil sendiri. “Ada konsumen yang protes bahwa produk sarungnya luntur dan tipis,” tutur Dani, yang kebetulan memiliki hobi otomotif dan tergabung dalam klub mobil.
Sejak menerima protes tersebut, Dani memutuskan untuk menciptakan produk tudung mobil sendiri, yang ia namakan sarungmobil.com.
Setelah membulatkan tekad, Dani mengawali ikhtiarnya dengan melakukan riset tentang bahan baku yang berkualitas baik untuk tudung mobil. Dia pun mencari bahan tersebut ke produsen garmen di Bandung dan menemukan bahan baku yang baik berasal dari Korea Selatan.
Sesudah memastikan sumber bahan baku, Dani membutuhkan modal untuk menjalankan usaha. Dia mengaku tidak mengeluarkan modal karena sumber uangnya berasal dari investor yang mengucurkan dana sebesar Rp 50 juta. Dari modal tersebut, Dani mulai memproduksi sarung mobil pada akhir tahun 2014.
Saat itu, Dani hanya menjual produk sarungmobil.com berdasarkan pesanan dan membuka workshop di sebuah ruko di kawasan Bogor, Jawa Barat. Dani masih belum berani memproduksi banyak tudung mobil lantaran harga bahan baku yang ia rasa mahal. Jadi, ia hanya membuat sesuai pesanan agar modalnya tidak terlalu banyak. Dengan demikian pula, konsumen dapat memilih model dan warna tudung mobil sesuai dengan keinginan mereka.
Dani tak begitu kesulitan memasarkan produknya. Ia menjualnya mulai dari lingkungan terdekatnya, yakni para pengguna mobil yang tergabung dalam komunitas mobil tempat ia pun menjadi anggota. “Anggota klub mobil biasanya lebih tahu kualitas bahan sarung mobil yang bagus atau tidak dibanding penggunaan kendaraan lain,” ujar Dani.
Saat ini, Dani menjual produk sarungmobil.com mulai harga Rp 450.000–Rp 1 juta untuk sarung mobil dan sekitar Rp 200.000–Rp 400.000 untuk sarung ban, tergantung ukuran.
Untuk memproduksi sarung mobil, Dani tidak membutuhkan banyak karyawan. Hingga saat ini, ia mempekerjakan enam orang karyawan dengan kapasitas produksi rata-rata 10 unit tudung mobil per hari. “Dari itu, omzet kami sekitar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan. Tapi kalau lagi ada pesanan ekspor, omzetnya dapat naik dua kali lipat,” tutur Dani.
Keberuntungan di bisnis tudung mobil juga menyertai Satia Pradana dan Afrig Waseso, dua pendiri sarung kendaraan Cover Super. Mereka pun memulai usahanya dengan modal minimal di Wirobrajan, Yogyakarta, pada 2012 silam. Modal nekad, demikian Satia menyebutnya.
Maklum, keputusan berbisnis tersebut mereka ambil bermodalkan pengamatan sederhana, yakni melihat semakin banyak kendaraan pribadi memadati jalanan di Kota Gudeg. Lebih dari itu, mereka tidak mempunyai modal dan mesin jahit, apalagi kemampuan menjahit. “Jadi, awalnya kami beli kain gulungan,” ujar Satia.
Gulungan kain itu lalu mereka bawa ke tukang jahit. Penjahit itulah yang kemudian membentuk gulungan kain tersebut menjadi penutup kendaraan, baik mobil maupun motor. Oleh Satia, sarung kendaraan itu lalu dipasarkan ke internet. Dan, ternyata, laku!
Sekarang, produk Cover Super tidak hanya sarung mobil tapi juga sarung motor dan juga sarung tas (cover bag). Adapun harga jual untuk sarung mobil Rp 350.000, sarung motor Rp 120.000, dan cover bag Rp 30.000 per unit.
Namun, menurut Afrig, pada tahun ini terjadi pergeseran pesanan. Bila tadinya pesanan sarung motor lebih banyak, kini pesanan sarung mobil menyusul. Dia menghitung, sepanjang 2014, penjualan sarung motor mendominasi sebanyak 85% dan sarung mobil 10% dan sisanya sarung tas. Sedangkan, di tahun 2015, komposisi sarung motor menjadi 60% dan sarung mobil menjadi 40%, sedangkan untuk sarung tas angkanya masih sangat sedikit.
Memasuki tahun keempat, Cover Super kini memiliki 15 karyawan sendiri dan ditambah tiga kelompok penjahit untuk membantu memproduksi sarung kendaraan. Alhasil, kapasitas produksi Cover Super mencapai ratusan produk per hari dengan volume penjualan per bulan lebih dari 5.000 produk. Sayang, untuk omzet dan margin, Afrig tak bersedia mengungkap. “Untuk angkanya, saya tidak bisa jelaskan,” kata Afrig.
Andalkan kualitas
Nah, jika Anda tertarik untuk ikut terjun ke bisnis produksi sarung mobil, modal semestinya bukanlah kendala utama. Seperti kisah dua pengusaha tadi, modal usaha tudung mobil tidaklah besar.
Yang terpenting dalam bisnis ini, baik menurut Dani maupun dua pendiri Cover Super, terletak pada kualitas bahan dan kerapian pengerjaan. Soal variasi warna dan model, tentu bisa menjadi nilai lebih.
Bagi pemilik kendaraan, mobil atau motor merupakan harta mereka yang berharga. Maklum, selain berfungsi sebagai sarana transportasi sehari-hari, harganya pun cukup mahal. Apalagi, bila kendaraan itu mobil. Dus, pastikan, bahan baku sarung mobil produksi Anda berkualitas tinggi.
Dani mengklaim, produk sarungmobil.com memiliki kualitas tinggi karena bahan yang digunakan berbeda dengan bahan baku yang banyak beredar di pasaran. Dia menjelaskan, meski bahan bakunya hanya terdiri dari satu lapisan, bagian luarnya terdapat lapisan waterproof liquid yang berfungsi agar cairan dapat cepat turun seperti air di daun talas. Adapun, bagian dalam sarung lebih lembut dibandingkan bagian luar sehingga tidak menggores cat mobil. “Saya tidak bisa sebutkan nama bahannya karena rahasia perusahaan, tapi kami impor dari Korea Selatan,” ujar Dani.
Dia juga menjelaskan, untuk membuat sebuah produk sarung ini menghabiskan waktu dari 1-4 hari tergantung seberapa banyak antrean pesanan yang sedang dikerjakan. Semua ini tentu demi menjaga kualitas kerapian jahitan.
Tak jauh berbeda, Afrig juga menegaskan bahwa produk Cover Super memiliki kualitas yang mumpuni. Untuk sarung motor, Cover Super menggunakan bahan dari Poliester sedangkan untuk sarung mobil menggunakan bahan yang lembut dan halus agar sesuai dengan mobil yang berbahan dasar besi.
Pilihan warna sarungnya pun beragam, mulai dari hitam, merah muda, biru, merah, oranye, hijau stabilo, dan warna-warna lain. Sama seperti Dani, Afrig mengaku, semua bahan baku sarung Cover Super berasal dari Korea Selatan.
Karena memiliki kualitas produk yang baik, produk Cover Super sempat merambah pasar ekspor di tahun 2014, yakni ke Australia, Singapura, dan India. Penjualan ekspor itu memungkinkan karena pemasaran Cover Super menggunakan internet. Namun, Afrig mengaku, tahun ini, mereka sudah tidak melanjutkan pengiriman ke luar negeri dengan alasan proses bisnis pasar domestik lebih sederhana dibanding pasar ekspor. “Selain itu, kami kesulitan bahasa karena karyawan kami kurang paham berbahasa Inggris sehingga jika ada pesanan dari luar negeri, selalu ditangani oleh para pendiri,” ujar Afrig.
Karena memakai bahan baku berkualitas baik, produk sarungmobil.com pun sudah menembus pasar ekspor berkat keajaiban internet. Sejak Juni 2015, Dani mengirimkan produk sarung mobil sarungmobil.com ke Jepang sekitar 50 unit per bulan.
Inovasi produk
Meski terkesan sebagai bisnis yang sederhana, baik Cover Super maupun sarungmobil.com merasa perlu untuk tetap berinovasi. Inovasi memang menjadi kunci untuk keberlanjutan sebuah usaha.
Ambil contoh, mulai tahun depan, sarungmobil.com berencana memproduksi sarung mobil untuk segmen konsumen satu level lebih rendah dari yang sekarang. Dengan begitu, harga jual produknya dapat lebih rendah ketimbang harga produk yang ada saat ini. Dani juga berencana memproduksi sarung motor besar dengan kualitas bahan yang sama baiknya dengan mobil.
Tidak hanya itu, tahun depan, sarungmobil.com juga siap masuk di rak-rak pusat perbelanjaan modern, seperti supermarket dan hipermarket. “Saat ini kami sedang membicarakan harganya. Insyaallah, Januari 2016, produk kami sudah ada di supermarket,” ungkap Dani.
Dani juga akan mempertahankan cara pemasaran dengan mengikuti acara klub-klub mobil agar dapat mengenalkan produk sarungmobil.com dan berjualan di acara tersebut.
Setali tiga uang, Cover Super juga menambah produk sarung mobilnya. Tapi, berkebalikan dengan sarungmobil.com, Cover Super mengincar segmen premium untuk produk barunya. Produksinya sudah dimulai dua bulan lalu. Produk baru ini dipatok di harga Rp 940.000.
Afrig menegaskan, Cover Super akan terus mempertahankan kualitas dengan cara selalu meneruskan riset dan pengembangan produk. Dengan demikian, mereka bisa membuat inovasi produk baru.
Bagaimana, tertarik untuk mengikuti jejak Cover Super dan sarungmobil.com?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News