kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengecap nikmat laba resto khas Korea


Rabu, 30 Oktober 2013 / 13:30 WIB
Mengecap nikmat laba resto khas Korea
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja pada fasilitas pengolahan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO).


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. kuliner bercita rasa asing  kian marak dijajakan, terutama di perkotaan. Salah satu yang populer, yaitu menu khas Korea. Maklum, budaya negeri Ginseng memang sedang digandrungi kawula muda di tanah air.

Peluang inilah yang menginspirasi Friska Permata Indah sehingga membuka usaha resto ala Korea, Bokki Bowl di Bogor, Jawa Barat.

Resto yang dirintis sejak Oktober 2012 ini menyajikan aneka makanan khas Korea, seperti topokki, rabokki, ramyon, bibimbap, kimchi, dan kimbap. Harganya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 25.000 per porsi.

Lantaran banyak yang berminat menjajal bisnis kuliner ala Bokki Bowl, Friska pun membuka peluang bermitra sejak April tahun ini. Kini, sudah empat gerai Bokki Bowl yang beroperasi di Bandung, Bogor dan Banjarmasin. Satu gerai punya pusat, sementara tiga gerai lagi milik mitra.

Tertarik? Anda bisa memilih dua paket kemitraan yang ditawarkan Bokki Bowl. Pertama, paket mini kafe atau kedai seharga Rp 30 juta. Mitra akan mendapatkan peralatan masak, perlengkapan makan, bahan baku awal, pelatihan karyawan, pemasaran, dan sudah termasuk franchise fee untuk lima tahun.

Mitra harus menyiapkan ruangan seluas 50 meter persegi (m2) yang cukup untuk 20 kursi.

Lalu, paket premium dengan investasi Rp 75 juta. Fasilitas yang didapat hampir sama dengan paket mini kafe. Namun, mitra harus menyiapkan ruang seluas 100 m², atau berkapasitas 100 kursi.

Janji laba bersih 40%

Friska menyebut, khusus paket premium, selama tiga bulan pertama, manajemen restoran akan dipegang pihak pusat. Perhitungan bagi hasil 70% untuk mitra, sisanya untuk pusat. Selanjutnya, pengelolaan diserahkan ke mitra.

Ia menghitung, setiap resto bisa menghasilkan omzet berkisar Rp 1,7 juta hingga Rp 5 juta sehari, tergantung skala resto. Dengan target laba bersih rata-rata 40% dari omzet bulanan, mitra diperkirakan bisa kembali modal sekitar enam bulan hingga 16 bulan.

Pihak pusat tidak memungut biaya royalti dari mitra. Namun, semua bahan baku yang diimpor langsung dari Korea, wajib dibeli dari pusat. “Untuk menyeragamkan rasa, bumbu dan bahan baku resto disuplai dari pusat, khususnya nori atau rumput laut dan bahan dasar teopbokki,” ujarnya.

Friska mengklaim, harga menu Bokki Bowl terjangkau, sehingga ia optimistis bisa menambah 30 mitra baru pada tahun depan.
Pengamat waralaba Levita Supit menilai, bisnis kuliner Korea masih menjanjikan, karena pesaingnya belum terlalu banyak.

Namun, ia mengingatkan, pemilik bisnis ini harus kreatif supaya bisa cepat menguasai pasar. “Hidangan Korea asli tidak terlalu cocok di lidah orang Indonesia, di situlah tantangannya untuk membuat makanan Korea ini disukai di dalam negeri,” tuturnya.

Penentuan lokasi merupakan kunci bisnis kuliner. "Mengingat harganya, Bokki Bowl menyasar kelas menengah, lokasinya pun harus mendukung target yang dibidik," ujar Levita.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×