Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Usaha kedai kopi hingga kini masih menjadi salah satu alternatif usaha dari kebanyakan orang. Maklum, para penggemar kopi kini makin banyak.
Tak cuma kalangan dewasa saja tapi juga sudah menyasar ke segmen anak muda. Penetrasi kedai kopi pun kini sudah melebar ke kota-kota kecil.
Kondisi inilah yang membuat sebagian orang melihat adanya potensi bisnis dan mencoba peruntungan dengan membuka kedai kopi. Salah satunya adalah Rustam Amirullah yang membesut usaha Kopi Daeng pada tahun 2003 lalu di Bandung, Jawa Barat.
Tak disangka, kedai kopi besutannya mendapat respon positif. Ia pun mulai memperbayak kedai hingga menjadi empat kedai. Selain itu, mulai tahun 2014, Rustam mulai menawarkan program kemitraan.
Sampai sekarang ada dua mitra yang bergabung, satu di Bandung dan satu lagi di Manado. "Saya cukup selektif dalam memilih mitra untuk membuka usaha," katanya pada KONTAN, Selasa (12/12).
Kopi Daeng sendiri menyasar segmen kelas menengah bawah. Maklum, harga kopi di kedai itu ramah di kantong, sekitar Rp 10.000 sampai Rp 17.000 per gelas. Ia mengklaim, bijih kopi yang dipakai di kedai kelolaannya menggunakan kopi Toraja. Kopi tersebut Rustam datangkan langsung dari Kalosi, Enrekang, Makasar, Sulawesi Selatan.
Selain berbahan baku kopi Toraja, salah satu hal yang membuat kedai ini kerap dikunjungi pelanggan adalah banyaknya menu varian kopi yang tersaji hingga 30 varian menu kopi. Termasuk di dalamnya menu kopi hitam, kopi susu, kopi coklat atau kopi buah (fruit coffee).
Nah, bila ada yang tertarik, Kopi Daeng menawarkan kemitraan dengan investasi Rp 35 juta. Fasilitas yang didapat adalah peralatan lengkap, bahan baku biji kopi, pelatihan, branding, dan lainnya. Mitra wajib mengambil biji kopi dari pusat.
Berdasarkan perhitungannya, waktu balik modal yang dibutuhkan mitra sekitar enam bulan. Dengan asumsi, dalam sehari dapat menjual sekitar 50-100 gelas. Setelah dikurangi biaya bahan baku dan operasional, porsi keuntungan bersih yang didapatkan mitra masih sekitar 30% dari omzet saban bulannya.
Meski bisnis kedai kopi makin ketat, Rustam masih optimistis bila potensi bisnis ini masih ada. Apalagi masih banyak orang yang sekedar ngupi saja tanpa tahu tentang manfaat kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News