Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Komunikasi, menjaga hubungan baik, serta saling membantu telah menjadi budaya antar penampung ikan dan nelayan. Hal ini dibutuhkan agar kerjasama keduanya berlangsung baik dan langgeng.
Zulkifli, nelayan sekaligus penampung ikan mengatakan, mereka kerap memberikan pinjaman modal melaut untuk nelayan. Maklum, para nelayan sering kehabisan dana untuk membeli semua perbekalan.
Pembayarannya dengan memotong hasil penjualan ikan. "Budaya ini sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu," katanya. Oleh karena itu, modal tengkulak harus besar. Karena, selain membeli ikan juga harus siaga sebagai pemberi modal nelayan. Zulkifli bilang, nelayan enggan pinjam dari kepada rentenir karena takut tercekik bunga tinggi.
Sayangnya, kondisi keuangan para tengkulak pun tidak selamanya baik. Mereka pun sering kekurangan modal untuk memenuhi seluruh kebutuhan.
Saat modal menipis, Baharudin yang juga berprofesi sebagai nelayan dan tengkulak justru memilih berutang pada rentenir. Alasannya, dana cepat cair dan tak perlu agunan. Bunga tinggi tak menjadi masalah, asal bisa membayar hasil tangkapan ikan nelayan dan mengirimkannya ke pelanggan, serta sebagai modal melaut.
Baharudin kesulitan menembus kredit perbankan. Dari pengalaman, ia selalu tidak mendapat persetujuan dengan beragam alasan. "Kalau tahu bisnis kami nelayan maka langsung dicoret namanya," cetusnya.Ia pun berharap ada bank yang mau percaya dan melihat kondisi lapangan sehingga pinjaman pun dapat diberikan.
Selain itu, dia merasa bantuan pemerintah masih minim. Meski rumah sandar yang ditempati adalah milik pemerintah, namun tak pernah diperhatikan dan tak dilengkapi fasilias memadai. Sehingga, tengkulak yang harus merogoh koceknya untuk membeli perlengkapan seperti es batu, bak penampung, hingga selang air.
Bila ada bantuan dari pemerintah, kebanyakan justru salah sasaran. Sehingga, tidak dapat merubah nasib para nelayan atau tengkulak disana.
Zulkifli pun berharap, kedepan pemerintah mau untuk memberikan bantuan penyediaan es batu sehingga, mereka tak pusing untuk mencari lagi. Lainnya, dia cukup kecewa dengan pemerintah setempat yang hanya melakukan kunjungan tapi tidak pernah ada aksi nyata perbaikan lokasi.
Terdapat banyak belasan nelayan dan tengkulak, menciptakan persaingan kekat di pusat jual beli ikan di Desa Bagan, Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang ini. Terutama, bersaing soal harga. Bagi para tengkulak yang punya modalnya kuat, dapat memberikan harga tinggi pada nelayan bila hasil tangkapannya bagus. Sauag. belum banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News