Reporter: Jane Aprilyani, Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Meski berasal dari Amerika Tengah, tanaman pachira banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Selain bernilai ekonomis, tanaman ini memiliki mitos bisa mendatangkan rezeki bagi sang empunya pohon. Dalam sekali panen, pembudidaya pohon pachira bisa meraup pendapatan hingga Rp 100 juta.
Nama tanaman pachira, boleh jadi, belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Tapi, bagi sebagian etnis tertentu di tanah air, pachira sangat popular.
Tanaman yang memiliki nama latin Pachira aquatica ini lebih dikenal dengan sebutan pohon duit. Disebut demikian karena di negara Eropa, tanaman asal Amerika Tengah ini mendapat julukan money tree alias pohon uang.
Konon, pohon pachira memiliki mitos sebagai tanaman pembawa rezeki. Itu sebabnya, banyak masyarakat di Indonesia membudidayakan pohon pachira. Salah satunya adalah Andy Jaya Saputra, pembudidaya asal Tangerang Selatan, Banten.
Andy mulai membudidayakan pohon pachira sejak tahun 2008 di bawah bendera usaha Jaya Tani Saluyu (Jatayu). Ia menanam pohon pachira di dua lahan berbeda.
Di kebunnya yang berada di Pondok Kacang, Tangsel, Andy menanam pachira di lahan seluas 200 meter dan di Bogor, Jawa Barat, di lahan hampir 2.000 meter persegi.
Andy bilang, biasanya di toko-toko tanaman hias, pohon pachira dijual dalam bentuk bonsai dengan tinggi 10 sentimeter (cm)-100 cm dan batangnya terkepang.
Menurut Andy, batang pachira memang dapat dikepang menjadi lima sampai sembilan batang. Di pasaran, biasanya batang pohon pachira hanya dikepang tiga. Pengepangan batang memiliki mitos agar si empunya pohon bisa mendulang rezeki berlimpah.
Untuk menghasilkan tanaman pachira kepang siap jual dengan ukuran 15 cm-20 cm, Andy butuh waktu tiga bulan mulai dari penyemaian sampai panen. Jika ingin menjual pachira ukuran 1 meter, ia harus menunggu hingga usia tanaman enam bulan. Tapi, umumnya Andy biasa panen secara berkala setiap tiga bulan sekali.
Sekali panen, biasanya Andy dapat menghasilkan 3.000 pohon dari dua lahan kebunnya. Pachira berukuran 40-50 cm dibanderol Rp 60.000 per pohon dan ukuran dua meter Rp 2,5 juta.
Andy memasarkan pohon pachira ke berbagai kota seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Palembang, Pontianak, dan Banjarmasin. Dari sekali panen, Andy bisa meraup omzet Rp 100 juta.
Pembudidaya pachira lainnya adalah Jaka Heri di Bogor, Jawa Barat. Jaka membudidayakan pachira sejak 2012. Ia biasa menjual pohon pachira saat usia tanam tiga bulan dengan ukuran tinggi sekitar 20 cm.
Dalam sebulan, Jaka bisa menjual 10-15 pohon pachira.Harganya dibandrol sesuai kepangan batang. Pohon Pachira kepang tiga dibandrol Rp 60.000, kepang empat Rp 120.000, dan kepang lima Rp 300.000 per pohon.
Sebagian besar pelanggan Jaka berasal dari Jakarta, Depok, Bogor, Batam, dan Kalimantan. Dari hasil menjual pohon pachira, Jaka bisa meraup omzet Rp 1 juta-Rp 2 juta per bulan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News