kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Menggali potensi kerajinan fosil kayu di Lebak (1)


Kamis, 14 Januari 2016 / 16:16 WIB
Menggali potensi kerajinan fosil kayu di Lebak (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Tri Adi

Jika Anda pernah bertandang ke pameran kerajinan dan menemukan kerajinan kayu fosil dijual dengan harga mahal, bisa jadi berasal dari Kecamatan Sajira, Lebak. Tempat ini menjadi salah satu sentra kerajinan kayu fosil di Banten. Hasil kerajinan banyak dilirik para pengusaha kerajinan juga diekspor.  

Lebak merupakan kabupaten terluas di Provinsi Banten. Letaknya berbatasan dengan Kabupaten Serang, Tangerang, Bogor, dan Sukabumi. Tidak banyak yang tahu ternyata wilayah ini memiliki kekayaan alam berupa batu sempur alias kayu fosil yang berkualitas ekspor.

Fosil kayu ini berasal dari pohon yang telah tertimbun tanah selama beratus-ratus tahun hingga sudah berbentuk seperti batu. Fosil kayu ini tersebar di beberapa kecamatan Lebak, seperti Rangkasbitung. Nah, oleh warga sekitar, fosil kayu ini lantas banyak diolah menjadi kerajinan yang unik dan eksklusif.

Salah satu sentra produksi kerajinan fosil kayu ini bisa ditemukan di Kecamatan Sajira. Dari Rangkasbitung, kecamatan Sajira bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan menggunakan mobil. Kondisi jalan cukup halus, meski jalan ini sering dilalui truk untuk mengangkut hasil kebun kelapa sawit maupun kayu fosil yang banyak ditemukan di Lebak.  

Ada lebih dari 14 workshop berbentuk CV beroperasi di sentra ini dengan mempekerjakan ratusan perajin. Ketika memasuki daerah ini, Anda akan dengan mudah menemukan bongkahan-bongkahan fosil kayu di sepanjang jalan.

Asep Wahyudin, perajin sekaligus pemilik CV Cahaya Alam di sentra ini mengatakan, menjalankan usaha kerajinan batu sempur lantaran melanjutkan usaha ayahnya yang sudah lebih dari 30 tahun berdiri. Dia bercerita, Lebak memang menjadi tempat para perajin batu alam maupun batu sempur dari berbagai daerah untuk mengambil bahan baku batu. "Termasuk perajin batu akik juga. Kadang batu sempur ini juga bisa dibikin akik,” ungkapnya.

Dari bongkahan besar fosil kayu tersebut, Asep dan 26 karyawannya bisa menciptakan berbagai bentuk kerajinan sesuai pesanan konsumen. Umumnya permintaan yang datang untuk membuat peralatan rumah tangga, seperti meja, kursi panjang, kursi bulat, aksesori pajangan, asbak dan piring.

Harga jual kerajinan ini dihitung berdasarkan berat kayu dan tingkat kesulitan pembuatan. Rata-rata harga jual berkisar Rp 20.000 per kg. Untuk kerajinan yang tingkat kerumitannya tinggi, bisa dijual hingga Rp 100.000 per kg. Harga satu unit kerajinan bisa mencapai jutaan rupiah. Asep rata-rata bisa menjual 5 ton−7 ton kerajinan per bulan. Dari situ, omzetnya bisa mencapai Rp 140 juta per bulan.

Sementara Sapri, perajin kerajinan batu sempur di CV Surya Alam menyatakan, workshop-nya bisa menjual sekitar 2 ton kerajinan per bulan. Omzetnya sekitar
Rp 40 juta per bulan.

Hasil kerajinan ini dilirik oleh pengusaha kerajinan di kota-kota wisata seperti Bali dan Yogyakarta. Selain itu, kerajinan ini juga kerap di ekspor ke Korea dan Taiwan. Biasanya ada eksportir yang datang sebulan sekali ke sentra ini membeli menggunakan truk-truk untuk dikirim ke luar negeri.       n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×