kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggenggam fulus dengan sentuhan teknik hias decoupage


Minggu, 22 Juli 2018 / 16:05 WIB
Menggenggam fulus dengan sentuhan teknik hias decoupage


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bicara soal tren fesyen memang tak ada habisnya. Ibarat roda, tren fesyen selalu dan akan terus berputar. Bagi pecinta kegiatan kreatif (crafter), seni decoupage rasanya tidak asing lagi. Seni asal negeri Menara Eiffel ini sempat booming, khususnya di kalangan crafter sejak tiga tahun lalu.

Decoupage sendiri merupakan seni menghias sebuah benda dengan menempelkan tisu bergambar. Saat awal dikenal di Indonesia, decoupage kebanyakan diaplikasikan pada perkakas rumah tangga atau benda-benda dekorasi rumah, seperti rak atau almari.

Namun, setahun belakangan, decoupage mulai diaplikasikan pada berbagai jenis tas. Mulai dari clutch, tote bag, tas selempang sampai tas jinjing. Sejumlah pelaku usaha kreatif pun melirik peluang ini. Tas etnik decoupage tak luput dari buruan para pecinta fesyen. "Karena tren tas anyaman rotan kayaknya sudah mulai menurun. Jadi saya kembangkan dengan kombinasi decoupage. Ternyata banyak juga yang suka," kata Erni Utami, pemilik Griya Etnik asal Bali.

Ia melihat tas anyaman rotan dan bambu nampak monoton dan khawatir jika konsumen jadi bosan karena kurangnya inovasi. Didorong oleh keinginan untuk berinovasi, Erni menempelkan aneka motif tisu decoupage untuk mempercantik tas anyaman rotan buatannya. Ia menjualnya dengan harga mulai Rp 175.000 sampai Rp 220.000 per buah.

"Ternyata setelah ditempel decoupage, banyak pelanggan yang cari juga. Sebulan rata-rata saya bisa jual 100 - 150 tas rotan decoupage," ujar Erni. Konsumen tas rotan decoupage buatan Griya Etnik berasal dari berbagai kota seperti Bali, Jakarta, Bandung, Jogja, Palembang, Medan, Makassar dan Surabaya.

Percikan laba dari hasil kreasi tas decoupage juga dirasakan oleh Heny Turniawati, pemilik Heny Craft asal Pekalongan, Jawa Tengah. Bisnis decoupage ditekuninya sejak tahun 2013 lalu mulai merambah ke tas sejak tahun 2015. "Awalnya saya hanya tempel untuk rak atau wadah dari kayu, seperti tempat tisu. Lalu lihat ada peluang untuk tas, jadi saya kembangkan juga," tuturnya pada KONTAN, Selasa (18/7).

Aneka kreasi tas decoupage mulai dari dompet, clutch sampai tas jinjing wanita dari anyaman daun pandan maupun kulit, dibanderol mulai dari harga Rp 90.000 hingga Rp 500.000 per buah. Heny mengaku saban bulannya dirinya bisa menjual sampai 50 buah tas jinjing dan 40-an buah dompet atau clutch.

"Pelanggan dari banyak kota, kebanyakan masih dari sekitar Jawa Tengah, seperti Semarang, Solo, Pekalongan, Demak. Banyak juga yang pesan dari Bali. Selebihnya ada yang dari Aceh, Jakarta, Surabaya sampai Kendari," papar Heny. Ia pun mengatakan jika wisatawan asing dari Amerika dan Eropa juga kerap membeli beberapa tas decoupage buatannya.     

Motif bunga warna cerah jadi favorit pelanggan tas decoupage

Ada beberapa motif tisu yang menjadi favorit konsumen tas decoupage.  Heny Turniawati, pemilik Heny Craft asal Pekalongan, Jawa Tengah yang menjual aneka jenis tas decoupage mengatakan, motif bunga dengan warna mencolok, seperti merah, kuning, dan ungu paling laris dibanding dengan warna kalem.  

Heny melanjutkan, selain motif bunga, ada motif lain yang juga digemari konsumen. Misalnya motif sejumlah jenis binatang dan tumbuhan.

Motif binatang yang banyak digemari konsumennya seperti burung, kupu-kupu dan serangga. Sedangkan motif tumbuhan lain yang juga banyak penggemarnya adalah ilalang atau motif daun. "Hampir 70% konsumen saya sukanya motif bunga. Jadi kebanyakan produk tas decoupage saya ya motif itu. Baru sisanya ada motif-motif lain," ujarnya.

Motif bunga ternyata juga disukai oleh konsumen Erni Utami, pemilik Griya Etnik asal Bali. Ia mengaku memilih motif bunga sejak awal mengaplikasikan decoupage pada tas rotan buatannya. Dan ternyata direspon sangat baik oleh pelanggannya.

"Karena menurut saya, motif yang cocok ya aneka bunga itu. Pernah dua kali coba motif kupu-kupu, tapi ternyata kurang laku di pasaran. Kalau di tempat saya, yang paling favorit motif bunga matahari dan mawar," ujar Erni. Dirinya sengaja menggunakan motif bunga berukuran besar agar nampak jika dari kejauhan.

Erni biasanya mengaplikasikan tisu decoupage di sepanjang pinggir tas (melingkar) atau pada bagian tengahnya. Ia menyatakan,  penempatan motif ini juga penting karena jika salah menempatkan motif, tas bukan menjadi makin indah, malah makin aneh.

"Harus pilih salah satu, kalau bagian pinggir ya pinggir saja, melingkar gitu. Kalau tengah ya tengah saja. Jangan semua tempat di tempel karena kalau terlalu ramai motif juga kurang indah," ungkapnya.

Lain cerita soal bahan tas, Heny mengatakan, tak hanya motif yang berpengaruh pada minat konsumen. Bahan tas juga ikut dipertimbangkan. Ia mengaku kerap berkreasi dengan beberapa bahan tas untuk mengaplikasikan decoupage ini. Jika biasanya tas decoupage dipadukan dengan tas berbahan anyaman pandan, Heny mengembangkan lebih dari itu.

Menurut dia, paling banyak memang tas anyaman pandan. Sebab awalnya decoupage memang untuk tas berbahan itu. "Lalu, saya coba kreasikan dengan kombinasi kulit, ternyata bagus dan masuk juga. Ada juga saya coba tas kombinasi kulit dan jins lalu diaplikasikan dengan motif decoupage," jelas Heny.

Ia sengaja membuat aneka kombinasi tersebut agar konsumen tidak cepat bosan. Ia bilang kombinasi bahan yang digunakan untuk kreasi tas decoupage terbilang masih jarang. Kebanyakan perajin tas decoupage main aman dengan menggunakan tas anyaman pandan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×