kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggulung cuan sate telur


Rabu, 19 April 2017 / 16:05 WIB
Menggulung cuan sate telur


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Johana K.

Bisnis camilan dengan menyasar para pelajar semakin variatif. Setiap saat ada saja varian camilan baru yang muncul dan digandrungi, baik di kalangan anak-anak usia sekolah maupun orang dewasa. Salah satunya yang lagi tren adalah telur gulung.  

Telur goreng yang melingkari tusuk sate ini biasa dicelupkan dengan saus sambal. Harganya pun terjangkau. Itulah mengapa kudapan ini ini digemari banyak orang.

Lantaran banyak diminati, pelaku usaha ini terus bermunculan. Salah satunya Silvina Agustina yang mengusung brand Sate Telur Gulung di Jember, Jawa Timur. Wanita yang akrab disapa Silvi ini merintis usaha sejak Desember 2015.

Lantaran pasarnya terbuka lebar, ia pun memutuskan untuk menawarkan kerjasama kemitraan pada akhir tahun 2016 lalu. Saat ini, sudah ada dua mitra yang bergabung di Jember dan Bojonegoro. Sementara pusat memiliki dua gerai di Jember.

Kemitraan ini mematok paket investasi senilai Rp 8 juta. Mitra akan mendapatkan peralatan, bahan baku hingga pelatihan karyawan. Selain itu, ada juga fasilitas bahan baku telur ayam dan bumbu.
"Tidak semua mitra bisa menjalankan usaha telur gulung. Jadi saya memastikan mitra dan pegawai mendapat pelatihan," ujar Silvi.

Kerjasama kemitraan ini  berlangsung selama satu tahun. Setelah itu, mitra cukup membayar Rp 500.000 untuk memperpanjang kemitraan. Mitra pun wajib memasok bahan baku dan bumbu-bumbu ke pusat.

Pusat sendiri tidak mengutip biaya royalti ke mitra, sehingga semua keuntungan sepenuhnya masuk ke kantong mitra.

Sate Telur Gulung buatan Silvi dijual dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per tusuk. Ada lima varian menu yang dijual, yaitu telur gulung sosis, keju, original, telur puyuh gulung dan cilok gulung ganaz. Mitra ditargetkan bisa menjual minimal 185 tusuk per hari.

Dengan begitu omzet yang diperoleh mencapai Rp 220.000 per hari atau Rp 6,6 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai dan biaya operasional lainnya, mitra dapat laba bersih sekitar 50% dari omzet. Dengan laba tersebut, mitra bisa balik modal selama lima bulan.

Agar target omzet tercapai, Silvi menyarankan mitra mencari lokasi di kampus, sekolah, atau depan minimarket dengan dibantu satu orang pegawai. Menurutnya, lokasi usaha ini sangat menentukan perolehan omzet.
"Berbeda dengan penjual telur gulung lain, menu dijajakan melalui booth, varian beragam dan bumbu saus yang khas," kata Silvi kepada KONTAN.

Ia optimistis bisnisnya terus berkembang karena kudapan ini sangat digemari di kalangan masyarakat. Ia pun menargetkan tahun ini bisa menggandeng hingga 100 mitra usaha sari berbagai daerah. Untuk mencapai target itu, ia gencar memasarkan kemitraan melalui media sosial.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×