kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengincar profit dari bisnis pengembang aplikasi


Rabu, 10 April 2013 / 16:28 WIB
Mengincar profit dari bisnis pengembang aplikasi
ILUSTRASI. Mulai bekerja dari kantor, berikut persiapan yang wajib Anda lakukan TRIBUNNEWS/HERUDIN


Reporter: Andri Indradie | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Jumlah telepon pintar terus melejit setiap tahun. Strategy Analytics(SA), lembaga riset pasar di Amerika Serikat, menyebut, total jumlah smartphone di dunia akhir 2012 mencapai lebih dari 1,08 miliar! SA meramal jumlah itu bisa menggelembung menjadi dua miliar unit, dua tahun lagi.

Di Indonesia, ada 27 juta unit smartphone yang beredar, dengan berbagai variasi sistem operasi. Ada iOS,S, sistem operasi milik Apple. Lantas, ada juga Android, BlackBerry, dan sistem operasi Windows. Nah, kebutuhan aplikasi untuk ponsel pintar membuka peluang bisnis yang cukup menggiurkan.

Bentuk aplikasi smartphone bisa bermacam-macam. Mulai dari aplikasi untuk utilisasi, penopang produktivitas kantor, edukasi, sampai berbagai macam jenis game menarik. Agate Studio (www.agatestudio.com) merupakan contoh dari sekian banyak perusahaan yang menenggak untung dari bisnis pengembangan aplikasi ponsel.

Total omzet perusahaan berbasis di Bandung ini menyentuh Rp 400 juta–Rp 500 juta per bulan. Shieny Aprillia, Co-founder dan Chief Operating Officer (COO) Agate Studio, bercerita, perusahaannya fokus ke aplikasi-aplikasi game ponsel, game perambah, dan media sosial, serta menerima pesanan pembuatan game dari pihak ketiga. “Kebanyakan mereka juga para pengembang aplikasi game ponsel,” ujar dia.

Agate Studio sudah memproduksi lebih dari 120 judul game. Produk-produk tersebut diproduksi oleh 75 karyawannya. Harga satu game bervariasi antara Rp 100 juta–Rp 400 juta.

Setali tiga uang dengan Agate, Nightspade (www.nightspade.com), yang juga berlokasi di Bandung, fokus ke bisnis pembuatan aplikasi ponsel berbasis iOS,S, Android, dan Windows, bahkan Symbian maupun Meego. “Omzet cukuplah untuk menghidupi 20 karyawan dengan gaji di atas upah minimum,” tutur Garibaldy Wibowo Mukti, pendiri NightSpade.

Berdiri sejak 2011,Nightspade sudah memproduksi 10 jenis produk game. Kebanyakan game menyasar pangsa pasar pemegang ponsel di atas usia 25 tahun. “Sebab,b, di usia itulah mereka rata-rata sudah punya penghasilan dan memiliki smartphone,” jelas Gerry, panggilan akrab Garibaldy.

Tak butuh modal besar

Jalan untuk mencicip bisnis pengembangan aplikasi ponsel terbuka lebar. Paling tidak, mereka yang ingin berkiprah sebagai pembuat aplikasi tidak membutuhkan modal besar. Gerry bercerita, kali pertama memulai bisnis ini dia hanya bermodal laptop pemberian orangtua.

Awalnya, Gerry cuma asal jalan. Dia menggarap berbagai macam proyek yang berkaitan dengan pembuatan situs dan pekerjaan kreatif lain yang masih berhubungan dengan teknologi informasi. Hasil dari berbagai proyek itu dijadikan Gerry sebagai modal.

Jadi, pesan Gerry, untuk masuk ke bisnis ini tidak perlu menunggu modal besar atau mendirikan sebuah perusahaan. “Ini yang menarik. Tidak butuh perusahaan jika ingin masuk ke bisnis ini. Sendirian juga bisa,” tegas dia.

Yang Anda butuhkan hanya lisensi sebagai pengembang aplikasi. Lisensi ini bisa diperoleh dari situs-situs resmi vendor sebagai pemilik sistem operasi ponsel dan pasar aplikasi, contohnya Google sebagai pemilik sistem operasi Android atau Apple si pemilik sistem iOS.

Untuk memperoleh lisensi, Anda wajib mengisi formulir dan membayar biaya registrasi. Meskipun demikian, tetap saja ada untung ruginya jika Anda punya sebuah perusahaan. Sebagai contoh, form pajak untuk pemegang lisensi individual akan lebih rumit. “Ribet! Tapi jika mendaftar sebagai perusahaan, cukup memindai akta perusahaan saja,” imbuh Gerry.

Selain itu, jika mendaftar sebagai perusahaan, pemberi lisensi akan memberi akun yang cukup banyak. Sementara pendaftar lisensi individual hanya akan diberi satu akun doang.

Untuk mendapatkan lisensi, Anda wajib membayar biaya yang oleh masing-masing vendor sebagai pemilik sistem operasi ditetapkan bervariasi. Contoh saja Google menetapkan biaya US$ 25 seumur hidup. Sedangkan Apple membanderol US$ 99 per tahun.

Nah, setelah mendapatkan lisensi dan akun, Anda tinggal membuat aplikasi-aplikasi yang Anda inginkan. Gerry bilang, saat memulai usahanya, dia cuma butuh empat orang, yaitu programer, artis yang bertugas menggambar dan merancang desain, penanggungjawab audio, dan tenaga pemasar.

Setelah produk aplikasi selesai, Anda bisa langsung mengirim aplikasi kreasi Anda itu ke vendor-vendor tadi. Masing-masing vendor sebagai pemilik pasar aplikasi akan me-review produk Anda. Biasanya, prosesnya review memakan waktu antara satu minggu hingga dua minggu, tergantung vendor.

Apple terkenal sebagai vendor yang ketat dan melakukan review dalam waktu lama. Google tergolong lebih lunak dan cepat. Sedang Windows berada di tengah-tengah.

Beruntung bagi Gerry yang tak punya banyak modal, waktu itu Microsoft mempunyai semacam program bagi pengembang-pengembang aplikasi pemula. Gerry bilang, Microsoft menyediakan perangkat-perangkat lunak secara gratis dan berlisensi. Artinya, tak butuh biaya tambahan untuk membeli aneka perangkat lunak legal.


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 28  - XVII, 2013 Usaha Mikro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×