kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengolah limbah kayu dan kulit kerang jadi liontin


Rabu, 29 November 2017 / 12:10 WIB
Mengolah limbah kayu dan kulit kerang jadi liontin


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Limbah industri tak selamanya terbuang sia-sia atau  hancur ditempat pembakaran. Ditangan orang-orang kreatif, limbah tersebut bisa disulap menjadi barang bernilai ekonomi tinggi yang laku dipasaran. 

Melihat banyaknya sisa kayu pabrik furnitur, membuat Ery Seprizal tergelitik untuk menciptakan barang upcycle. Dia mengubah kayu-kayu sisa tersebut menjadi sebuah liontin.  

Ery memulai usahanya ini sejak awal 2016 lalu di Yogyakarta. Mempunyai latarbelakang pendidikan seni, memudahkannya membuat barang-barang bernilai seni. 

Agar nampak menarik, dia menggunakan raisin untuk menghasilkan liontin dengan bentuk abstrak. Asal tahu saja, bahan bakunya tidak melulu dari sisa pabrikan tapi juga batang pohon yang dia temukan dijalanan. 

Uniknya, seluruh produknya mempunyai model yang berbeda-beda. " Ini karena disesuaikan dengan model patahan kayu serta kreasi," katanya pada KONTAN, Rabu (15/11). 

Dia mengandeng dua rekanan perajin untuk melakukan proses produksi. Sedangkan, dia fokus dalam desain produk dan manajemen. Dalam sebulan, total produksinya sekitar 1.000 unit. 

Selain membuat liontin, Ery juga memproduksi home decor dengan menggunakan bahan baku yang sama. Tak hanya kayu, dia juga memanfaatkan kulit kerang sebagai bahan produk kerajinannya. "Saya ingin fokus mengolah seluruh jenis limbah. Namun,  saat ini baru kayu dan kulit kerang," tambahnya. 

Menyasar konsumen kalangan menengah, Ery  memasang label harga pada produknya mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 350.000. Penjualannya pun masih didominasi oleh konsumen pasar lokal. Dalam sebulan, dia mampu menjual 300-400 unit liontin dan beberapa unit dekorasi rumah.  

Untuk memasarkan berbagai produknya, dia menggunakan sistem reseller dengan konsep bagi hasil. Melalui penjualan reseller ini, Ery ingin mempermudah konsumen untuk melihat produk secara langsung, lantaran tak tersedia bentuk yang sama. 

Sadar tidak mudah untuk memasarkan barang-barang upcycel, dia melakukan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai jalur seperti media sosial hingga pameran. 

Kedepan, Ery menargetkan untuk mengembangkan jenis bahan baku yang dia olah. Ia berharap bisa mengolah  seluruh limbah rumah tangga, serta 100% menggunakan limbah. Kini, dia masih dalam tahap trial and error untuk mewujudkan keinginanya tersebut. 

Tidak hanya itu, dia juga bakal memperkerjakan para narapida dalam tahap produksi. Tujuannya untuk memberikan ketrampilan. Saat ini, dia sudah dalam proses pembahasan dengan pihak Lembaga Pemasyarakatan Yogyakarta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×