kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukir kesabaran dari hasil kerajinan gorga


Sabtu, 04 Mei 2019 / 12:35 WIB
Mengukir kesabaran dari hasil kerajinan gorga


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk kerajinan tradisional kini sangat menggantungkan harapan kepada para perajin. Dari tangan merekalah, produk kerajinan khas terus dibuat. Termasuk ukiran khas Batak asal Samosir, yang disebut Gorga. Ukiran ini biasa ditempatkan di luar rumah adat Batak.

Ada beragam bentuk kerajinan Gorga. Semisal ukiran bernama Jaga Dompak sebagai lambang penjaga rumah. Kemudian ada lagi patung Panortor, yakni ukiran penari membawa semacam mangkok, hingga patung ukiran cicak yang melambangkan pembawa rejeki.

Beruntung, ukiran khas tersebut masih bisa panjang umur. Karena masih ada penerus perajin muda ukiran Batak. Salah satunya adalah Ines Siallagan. Sulung dari tiga bersaudara ini mulai belajar mengukir dari sang Ayah sejak kelas 5 SD.

Kini, ia bersama lima anak muda di tempat tinggalnya, Desa Siallagan, Samosir, Sumatra Utara, masih berkutat di kerajinan ukiran batak. Adapun mayoritas perajin adalah para orang tua. "Saya bersama adik melanjutkan usaha Ayah dan melestarikan ukiran khas Batak," katanya kepada KONTAN.

Bersama sang adik, Ines meneruskan usaha sang ayah tersebut. Adapun hasil kerajinan ukiran batak Ines dan keluarga juga ada yang dipajang di Indra Art Shop, Samosir. Ia pastikan seluruh hasil ukiran khas Samosir itu dibuat secara manual dengan tangan (hand made), dengan menggunakan pisau ukir. Ia masih belum memakai bor, lantaran dengan pisau ukir justru bisa menghasilkan ukiran yang lebih cantik dan alami. Begitu pula untuk proses pewarnaannya masih memakai bahan alami seperti buah dan daun Gambir.

Adapun bahan baku produk kerajinan tersebut adalah kayu humba, yang cuma ada di Samosir saja. Tekstur kayu ini lembut sehingga mudah diukir. Sayang, pasokan kayu humba mulai terbatas, Ia terkadang memakai bahan baku kayu yang lain. Salah satunya adalah kayu ingul.

Dalam seminggu, ia dan sang adik sanggup membuat 1.200 satuan gantungan ukiran kayu berbentuk rumah adat Batak dan 25 patung ukiran khas Batak. Dalam sebulan ia mengklaim bisa meraup pendapatan antara Rp 8 juta sampai Rp 9 juta per bulan.

Ines membanderol produk kerajinan mulai dari Rp 200.000 sampai Rp 3 juta per unit. Harga termahal adalah untuk ukiran patung. Ada juga yang murah, seperti gantungan kunci sebesar Rp 10.000 saja.

Kini, produk Ines sudah meluas, tak cuma di sekitar Samosir saja. Berkat teknologi digital, yakni penjualan online, ia kerap mengirim pesanan ke sejumlah daerah hingga Jakarta. Kebetulan, Indra Art Shop juga melayani pembelian online.

Melihat hasil tersebut, Ines bakal terus berupaya mengasah ketrampilan membuat produk kerajinan ukiran khas Batak tersebut. Salah satu hal yang tersulit dalam membuat produk kerajinan itu adalah membuat lubang dengan pisau ukir yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×