Reporter: Hendra Gunawan, Rizki Caturini, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Melukis dengan teknik bordir kini kembali jadi tren. Selain menghasilkan gambar yang lebih indah, lukisan bordir juga memiliki nilai jual tinggi. Lantaran proses pembuatannya butuh waktu sangat lama, setiap perajin bordir hanya bisa memproduksi dalam jumlah terbatas.
Tren sentuhan bordir pada produk tekstil terus meningkat. Saat ini, hampir semua produk tekstil tak luput dari hiasan bordir. Mulai dari kebaya, kemeja, rok, kain, seprai, sarung bantal, tas, hingga sepatu, memiliki motif hiasan bordir. Maklum, dengan sentuhan bordir, produk tekstil dan nontekstil terlihat lebih indah dan artistik. Sehingga, bisa mengangkat nilai jual produk tersebut.
Euis Mulyani, pemilik Alieska Bordir di Jakarta, menyatakan, lantaran harga produk berbodir mempunyai harga lebih tinggi, pemakaiannya terus meluas. "Dari awalnya yang hanya digunakan pada kebaya, sekarang semua tekstil ingin pakai bordir karena terlihat lebih menawan," katanya.
Di gerainya, Euis menawarkan 10 jenis produk tektil yang berhiaskan motif-motif bordir. Mulai dari mukena, bantal, seprai, hingga tas. Euis juga membuat lukisan yang gambarnya dirajut dengan teknik bordir atau kerap disebut lukisan bordir.
Tak seperti bordir lainnya, pembuatan lukisan bordir membutuhkan waktu lebih lama. Proses pembuatannya pun harus ekstrahati-hati. Pasalnya, salah sedikit saja bisa mengakibatkan hasil lukisan bordir cacat. Untuk meminimalisir kesalahan, maka pembuatan lukisan bordir melalui beberapa tahapan.
Awalnya, pembordir harus membuat sketsa lukisan di kertas. Kemudian, sketsa tersebut dijiplak menggunakan karbon di atas kain. Setelah sketsa di atas kain sempurna, pembuatan bordir pun dimulai. "Untuk mengerjakan satu lukisan butuh waktu paling cepat sekitar 15 hari," kata Euis.
Proses pembuatan lukisan bordir ini bisa memakan waktu lebih lama jika kanvas yang digunakan berukuran lebih besar. Misalnya, lukisan bordir karya Euis yang berwujud burung merak. Karena ukurannya hampir satu meter persegi, maka proses pengerjaannya membutuhkan waktu hingga dua pekan.
Meski begitu, harga jual lukisannya terbilang cukup murah. "Lukisan bordir burung merak itu saya jual cuma Rp 3,5 juta," kata Euis.
Harga jual produk bordirnya masih tergolong murah, imbuh Euis, lantaran seni lukis dari bordir belum banyak dikenal masyarakat di negeri ini. Tak heran jika pembelinya belum begitu banyak.
Euis pun mengaku hanya mampu menjual sekitar 10 lukisan bordir setiap bulannya. Harganya bervariasi mulai dari Rp175.000 hingga Rp 3,5 juta per helai.
Hal senada diungkapkan Hery Suhersono, perajin bordir dari Majalengka. Karena proses pembuatan lukis bordir cukup sulit, dia hanya mampu membuat sekitar tiga lukisan dalam satu bulan.
Itu sebabnya, Hery yang juga merupakan maestro di bidang lukisan ini, memerlukan bantuan para pegawainya untuk mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis. Misalnya, membuat pola di atas media yang akan digunakan untuk lukisan bordir. Sedangkan untuk proses penyelesaiannya, Hery sendiri yang melakukannya.
Selain menggunakan media kanvas, dia juga mengerjakan lukisan bordir di media lainnya. Seperti kulit binatang, triplek hingga kayu.
Lantaran proses pembuatan lukisan bordir rumit dan membutuhkan waktu cukup lama, harga jual lukisan bordir milik Hery relatif lebih tinggi. "Lukisan bisa saya jual mulai dari Rp 5 juta hingga ratusan juta," katanya.
Berbeda dengan Euis, dalam menentukan harga jual lukisan bordir Hery tidak berpatokan pada ukuran. Tapi pada tingkat kesulitan pembuatan lukisan dan seni artistiknya. "Kadang melukis itu tidak terbatas pada ukuran," imbuhnya.
Dalam melukis bordir, Hery mengaku tidak mempunyai teknik atau menganut aliran tertentu. Semua tema lukisan bisa dikerjakan. Mulai dari tema binatang, pemandangan dengan berbagai aliran lukisan seperti naturalis, realis, aliran ekspresionis dan lainnya. "Itu artinya meskipun dengan bordir, tetap bisa menciptakan berbagai aliran lukisan yang biasa diaplikasikan menggunakan cat," ujarnya.
Hery bercerita, ketika baru mulai memadukan antara lukisan dan bordir sekitar tahun 2000, banyak pihak yang menentang karya yang dihasilkannya itu termasuk ke dalam seni lukis. Namun, berkat perjuangannya yang terus melakukan pendekatan kepada berbagai pihak, termasuk mencari pendapat dari ahli seni berbagai universitas, akhirnya mereka menganggap bahwa lukisan bordir merupakan seni lukis.
Sebab, selain sama indahnya, semua jenis lukisan bisa dibuat menggunakan bordir
Selain untuk dipajang, lukisan bordir juga bisa menghiasi media lainnya yang berguna atau dipakai. Misalnya, sarung bantal. Bahkan, menurut Euis, sarung bantal lukis bordir merupakan salah satu produk terlaris di gerainya.
Dalam sebulan, penjualan sarung bantal lukis bordir ini mencapai 50 set. Euis menjual satu set sarung bantal yang terdiri dari empat hingga lima sarung bantal itu dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 500.000.
Tingkat kesulitan pembuatan sarung bantal lukis bordirsama dengan membuat lukisan untuk dipajang. Meskipun ukurannya lebih kecil atau hanya seukuran bantal, pembuatannya tetap saja membutuhkan waktu yang cukup lama.
Untuk menyelesaikan satu set sarung bantal, Euis mengaku bisa menghabiskan waktu hingga 24 jam. "Bordiran di sarung bantal itu sangat halus karena pakai alat yang betul-betul tradisional," imbuhnya.
Euis menambahkan, dalam sebulan dia mampu meraup pendapatan sekitar Rp 20 juta. Namun, di saat menjelang Hari Lebaran seperti saat ini, omzetnya bisa naik hingga empat kali lipat.
Peningkatan penjualan tersebut terutama didorong oleh penjualan produk mukena. Ia menjual produk mukenanya mulai dari harga Rp 125.000 hingga Rp 950.000. "Dalam sebulan saya mampu memproduksi hingga 700 kain mukena," katanya.
Seperti Euis, Eva Effendy juga bisa mengumpulkan omzet Rp 20 juta per bulan dari produk berbordir. Namun, berbeda dengan Euis maupun Hery, Eva lebih mengkhususkan usaha pembuatan bordirnya untuk berbagai perlengkapan rumahtangga.
Produk yang dibuat oleh Eva antara lain, taplak meja, sarung bantal, tempat tissue, penutup kulkas, tutup galon dan lain sebagainya. "Setiap bulan penjualannya bisa sekitar Rp 20 juta," kata dia.
Seperti produk pakaian, Eva juga menikmati kenaikan omzet yang cukup tajam menjelang Hari Lebaran. "Pada Lebaran, Natal, atau tahun baru, pesanan pasti akan berlimpah dari bulan-bulan biasa," katanya. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News