CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mengukir laba dari topeng-topeng unik


Senin, 28 Oktober 2013 / 15:12 WIB
Mengukir laba dari topeng-topeng unik
ILUSTRASI. Ketahui 4 Cara Menghilangkan Kerutan di Leher dengan Tepat


Reporter: Revi Yohana, Pratama Guitarra, Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Di Indonesia, topeng merupakan produk budaya yang sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Hingga saat ini pun pamor topeng masih bersinar.  Jika dulu topeng banyak digunakan sebagai simbol khusus dalam kegiatan upacara ataupun kesenian adat, kini topeng banyak digunakan untuk kebutuhan lain, seperti aksesori drama sampai sekedar pajangan.

Tak heran, bisnis pembuatan topeng cukup menarik untuk digeluti. Salah satu perajin topeng adalah Abdul Rohman, pemilik usaha Honggolono Art asal Ponorogo, Jawa Timur.

Di Ponorogo, Honggolono Art dikenal sebagai produsen topeng untuk pertunjukan seni Reog Ponorogo.  Keahlian Abdul memproduksi topeng didapat turun temurun dari kakek dan ayahnya yang juga memproduksi topeng Ponorogo.

Sang kakek sudah memulai usaha tersebut sejak 1990, sementara Abdul baru menekuni usaha ini sejak akhir tahun 2009. “Bagi saya, ini bukan sekedar bisnis tapi juga upaya melestarikan budaya, khususnya Reog Ponorogo,” ujar Abdul.

Ia mengaku bisa membuat aneka topeng yang menjadi watak dalam pentas Reog Ponorogo, seperti Bujang Ganong, Jatilan dan Klana Sewandana. Proses produksi satu buah topeng Reog Ponorogo butuh waktu satu hingga dua minggu. Ukurannya 23 centimeter (cm) x 19 cm, di luar ukuran rambut.

Topeng Ponorogo memang selalu menggunakan rambut. Nah, rambut ini tidak menggunakan bahan sintetis karena hasilnya bisa jelek. Bahan rambut yang biasa digunakan adalah ekor sapi atau kuda.

Harga jual topeng reog buatannya bervariasi. Untuk topeng dengan rambut ekor sapi harganya lebih murah, yakni Rp 500.000. Sementara rambut ekor kuda berwarna hitam dihargai Rp 1 juta dan ekor kuda berwarna putih sebesar Rp 1,2 juta.

Selain topeng reog, Abdul juga memproduksi topeng untuk pajangan atau keperluan lain, seperti pentas drama. Khusus topeng pajangan ukurannya lebih kecil, yakni 20 cm x 18 cm. Harganya bervariasi mulai Rp 50.000 - Rp 75.000 per buah. “Ada yang beli buat pajangan, oleh-oleh sampai kado nikah,” jelas Abdul.

Seluruh topeng buatannya menggunakan kayu dadap yang tergolong kuat, ulet namun ringan ketika dipakai. Abdul mengaku, memasarkan topeng buatannya ke sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Kalimantan.

Dari keahliannya membuat topeng untuk reog, Abdul mampu menghidupi keluarganya hingga saat ini. Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan omzet Rp 30 juta. Namun, jika lagi ramai bisa mencapai Rp 50 juta. Ada pun volume produksinya mencapai 500 - 700 topeng pajangan dan sekitar 10 topeng kesenian per bulan.

Perajin topeng lainnya adalah Dwi Henry Setiawan pemilik usaha Topeng Malang di Malang, Jawa Timur. "Kami baru menjual topeng sekitar tahun 2010," kata pria yang akrab disapa Dwi.

Pria kelahiran Malang 1976 ini menuturkan, pembuatan topeng Malang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Yakni, topeng yang dibuat merupakan perwujudan tokoh-tokoh yang ada di Malang.

Beberapa tokoh yang dijadikan topeng yaitu Dewi Sekartaji, Bapang Joyo Sentiko, Dewi Ragil Kuning, Panji Asmoro Bangun dan Raden Gunung Sari. Topeng Malang ini dibuat menggunakan bahan baku kayu sengon. "Proses pembuatannya empat hingga tujuh hari," ungkap Dwi.

Jika menginginkan hasil yang lebih bagus dan tahan lama, pembuatan topeng dilakukan dengan menggunakan kayu keras atau biasa disebut dengan kayu kembang. Pembuatan topeng dengan menggunakan kayu kembangan bisa dua kali lebih lama dibanding menggunakan kayu sengon.

Ada pula kayu super, pekerjaannya sangat detail dan halus dan cocok untuk tari topeng. Dwi membandrol topeng dengan harga bervariasi mulai Rp 150.000 - Rp 700.000 per buah. "Kalau untuk yang murah pakai cat kayu biasa, tapi yang agak mahal pakai pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, lalu yang paling mahal tanpa mengunakan bahan pewarna sesuai warna kayu, proses pengerjaannya lebih lama," ujarnya.

Selain bertujuan bisnis, Dwi juga  juga memberi kesempatan bagi siapapun yang ingin mempelajari seni ukir topeng Malang dan praktik secara langsung. "Bagi siapapun yang mau belajar gratis," tuturnya.

Dalam sebulan Topeng Malang bisa mengerjakan sekitar puluhan topeng. Dari usaha ini, Dwi mengaku, bisa meraup omzet sebesar Rp 10 juta - Rp 20 juta per bulan.

Buat koleksi

Selain digunakan untuk kesenian, topeng juga dicari oleh orang yang ingin sekedar mengoleksi. Pasar inilah yang diambil oleh Doni Rober Chaniago dengan mendirikan Urbanmask pada 2011 lalu di Jakarta. Urbanmask fokus mengerjakan topeng custom pesanan pelanggan.
"Urbanmask baru membuat topeng jika ada pesanan," kata pria yang akrab disapa Doni ini.

Topeng-topeng produksi Urbanmask kebanyakan mengambil karakter kartun dan tokoh dalam film seperti Ironman. “Jadi kebanyakan pelanggan dari Urbanmask dari kalangan pehobi. Mereka membuat rekaan topeng dari karakter kesayangan mereka,” kata Doni.

Harga jualnya dibanderol mulai Rp 300.000 sampai Rp 8 juta per topeng. Harga tersebut tergantung bahan dan tingkat kerumitan pengerjaan. Untuk bahan paling murah, Doni biasa menggunakan busa hati. Sedangkan yang paling mahal menggunakan resin kualitas impor.

Pengerjaan satu topeng paling tidak membutuhkan waktu 1,5 bulan hingga tiga bulan. Proses kreatif seorang pembuat topeng, kata Doni, berawal dari pembuatan konsep topeng yang diinginkan pelanggan.

Jika keinginan pelanggan memang bisa dikerjakan, maka  akan dibuatkan cetakannya dari bahan resin lilin yang fleksibel mengikuti tekstur muka dan ukuran kepala si konsumen.

Cetakan tersebut dibentuk dengan teknik pemotongan kemudian dilapisi menggunakan resin lateks. Setelah itu, topeng dijemur, kemudian dimasukkan ke oven. Setelah itu baru memasuki tahap terakhir, yakni dicat sesuai dengan warna yang dinginkan. Jadi, dalam pembuatan satu topeng terdapat tiga bahan utama yaitu busa hati, lateks dan resin.

Doni belajar membuat topeng secara otodidak. Sejak SMA, ia memang gemar terhadap dunia action figure dan kesenian. Kebetulan Doni juga banyak bertemu orang-orang  sesama penikmat hobi action figure yang bisa membuat topeng. “Saya pertama kali membuat topeng sendiri itu waktu SMA,” kata pria 26 tahun tersebut.

Doni kini mempekerjakan tiga karyawan yang membantunya dalam proses pembuatan topeng. Selain sebagai produsen topeng, ia juga memiliki kesibukan lain sebagai engineer musik.

Dalam sebulan, Doni bisa mencetak omzet paling tidak Rp 5 juta hingga Rp 20 juta. Kata Doni, ia memang tidak ingin menerima semua tawaran membuat topeng. Ia lebih mengedepankan topeng kualitas baik ketimbang kebanjiran pemesanan. Sebulan ia membatasi pesanan empat topeng.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×