kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengulur peluang dari produk olahan jamur


Jumat, 14 Agustus 2015 / 10:35 WIB
Mengulur peluang dari produk olahan jamur


Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi

Sajian olahan jamur punya banyak penggemar. Tak heran, makanan olahan jamur pun terus berkembang. Bukan saja dibuat keripik, banyak orang juga meracik jamur, khususnya jamur tiram, menjadi nugget.  

Pertumbuhan budidaya jamur jelas membutuhkan tangan-tangan terampil untuk mengolahnya. Pasalnya, jamur segar tak tahan lama. Dengan mengolahnya, nilai jual jamur pun akan semakin tinggi.

Salah satu produsen nugget jamur ialah Hiratake Food di Jakarta. Alamsyah, CEO Hiratake Food, mengatakan bahwa semenjak 2011, ibu mertuanya memang suka membuat nugget jamur sebagai alternatif camilan di rumah. Apalagi, ayah mertuanya vegetarian.

Yang berbeda dari nugget jamur buatan sang ibu mertua ialah campuran keju. Dus, selain sehat, nugget jamur keju juga rasanya enak. Awalnya, ibu mertua tak pernah berniat mengomersialkan makanan buatannya. Namun, Alamsyah melihat peluang yang bagus untuk memasarkan produk nugget jamur keju tersebut.

Baru pada April tahun ini, Alamsyah dan sang istri, Gracia Puspita Suciono, memasarkan produk yang diberi nama Hiratake Cheese Nugget ini. Nugget dijual dalam kemasan beku. Dus, setelah beli, konsumen tinggal menggorengnya untuk menikmati nugget sehat ini.

Menurut Alamsyah, masyarakat semakin berpendidikan. Dampaknya, mereka lebih selektif pada makanan. “Kami berada dalam koridor yang tepat dengan gaya hidup sehat yang sekarang jadi tren, serta cocok untuk masyarakat yang vegetarian,” katanya.

Adapun produk makanan sehat identik dengan harga yang mahal, apalagi ada embel-embel organik. Berbeda dengan produk nugget jamur. “Ketika beli, rasa nugget jamur keju ini bisa diterima di lidah karena rasa jamurnya tak terlalu kentara dan ada tambahan rasa keju. Ini yang bikin produk ini cepat berkembang,” ujarnya.

Di sisi lain, sebenarnya nugget jamur bukan makanan baru di kalangan masyarakat. Bertahun-tahun lalu, produk nugget dalam kemasan sudah ramai di pasaran. Namun hingga sekarang, belum ada inovasi pada produk ini. Makanya, Alamsyah optimistis nugget jamur keju laku di pasaran.

Alamsyah juga menambahkan, anggapan masyarakat terhadap nugget cenderung negatif. Pasalnya, produk nugget biasanya dibuat dengan bahan pengawet. Sementara, ketika mendengar nugget jamur, citranya sudah berbeda. Ia juga meyakinkan dalam proses pembuatan, ia tidak menambahkan pengawet dan perasa buatan.

Pria berusia 27 tahun ini menjual Hiratake Cheese Nugget dalam kemasan 500 gram. Ia membanderol produknya seharga Rp 35.000 per bungkus untuk konsumen. Sementara, bagi distributor harga jual lebih murah, yakni Rp 28.000 per bungkus.

Saban bulan, Alamsyah bisa memproduksi hingga enam ton nugget jamur keju. Makanya, dari usaha ini, Alamsyah bisa mengantongi omzet Rp 100 juta per bulan. Alamsyah menargetkan, dalam enam bulan, ia sudah balik modal.

Adapun laba bersihnya diakui Alamsyah tidak terlalu besar, hanya 15%. “Kami berbagi keuntungan dengan distributor dan rekan bisnis yang lain. Yang penting produk ini berkembang dulu,” ucap dia.

Pengusaha olahan jamur lainnya adalah Nafi’atut Darajat, pemilik Dewi Jamur. Bermula dari usaha budidaya jamur yang dirintisnya pada 2004, Nafi’ juga beranjak menjadi pengolah jamur sejak tiga tahun terakhir. “Saya harus punya terobosan supaya tidak terbawa arus atau tutup karena petani jamur terus bertambah,” terang Nafi’.

Awalnya, Nafi’ membuat keripik jamur. Tak berselang lama, dia juga mengembangkan nugget jamur. Hanya, dia menuturkan, roda bisnis nugget jamur tak berputar kencang seperti keripik jamur. “Ada kendala dalam distribusi, karena nugget harus dikirim dalam kondisi frozen (beku) sehingga pemasarannya sangat terbatas,” kata Nafi’ yang memproduksi makanan olahan jamur ini dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Padahal, permintaan dari luar wilayahnya terus mengalir. Selain dari Jawa Timur, pesanan nugget jamur juga datang dari Jakarta, Bandung hingga kota-kota besar di luar Pulau Jawa. “Setelah dihitung, jatuhnya mahal pada ongkos kirim,” ujar Nafi’.  

Karena kendala distribusi ini, Nafi’ hanya memenuhi permintaan yang datang dari Kediri dan sekitarnya. Tak heran, produksinya sangat terbatas. Dia hanya memasarkan ratusan bungkus nugget saban bulan.  

Meski begitu, Nafi’ bilang, margin nugget jamur ini lumayan. Dengan harga jual Rp 14.000 per bungkus 250 gram, dia bisa mengantongi margin sekitar 40%.

Apakah Anda tertarik  menekuni usaha pembuatan nugget jamur ini?


Pakai distributor
Alamsyah bercerita, ketika merintis usaha pembuatan nugget jamur keju, ia merogoh kocek hingga Rp 100 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk menyewa tempat produksi, pembelian bahan baku, dan kemasan produk.

Tak butuh waktu lama untuk persiapan karena ia sudah menguasai sistem produksi. Namun, pada awalnya, ia harus mengurus beberapa perizinan, mulai mendaftarkan badan usaha, perizinan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, hingga sertifikasi halal.

Sementara Nafi’ menjelaskan, berbeda dengan keripik jamur yang bisa menggunakan izin P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), olahan jamur ini juga harus mendapatkan izin dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Karena ada kandungan ayam dan harus disimpan kondisi beku,” kata dia.

Adapun bahan baku utama untuk produk ini tentu saja jamur tiram. Suplai jamur tiram bisa diperoleh dari petani. Alamsyah mendapatkan pasokan jamur tiram dari empat petani di sekitar Jakarta. Sementara itu, dia menggunakan keju nabati yang juga didapatkan dari pemasok di dalam negeri.

Sementara, Nafi’ mendapatkan pasokan jamur dari hasil panennya sendiri. Selain itu, dia bekerjasama dengan petani untuk memasok jamur-jamur untuk usaha pangannya.

Untuk pembuatan nugget ini, Nafi’ benar-benar memilih kualitas jamur tiram. Selain jamur tiram, dia mencampur produk nugget jamurnya dengan bahan lain, seperti ayam, sayur bayam, wortel, seledri, dan daun bawang. “Ayamnya juga tidak sembarang. Saya benar-benar memilih bahan baku supaya nugget yang dihasilkan berkualitas baik,” kata Nafi’. Maklum, dalam produknya, dia tak memakai pengawet maupun penyedap rasa (MSG).

Bila belum punya resep andalan sendiri, seperti Alamsyah yang mendapatkan resep istimewa dari ibu mertua, Anda bisa menggali informasi soal resep pembuatan nugget jamur dari internet.

Selanjutnya, Anda bisa menambahkan bahan-bahan lainnya untuk penambah rasa atau menjadi pembeda dari produk lain. Siapa tahu, justru Anda menjadi pionir nugget jamur dengan rasa khusus?

Yang jelas, Anda harus mengukur rasa nugget tersebut di lidah masyarakat. Boleh jadi, Anda mengajak teman-teman atau kerabat untuk terlebih dulu mencicipi nugget buatan Anda sembari meminta masukan dari mereka.

Nafi’ bilang, selain rasa, yang juga menjadi perhatian adalah tingkat kekenyalan nugget. Maklum, seperti produk nugget lainnya, konsumen juga menyukai produk nugget jamur yang kenyal. Oleh karena itu, Nafi’ berusaha membuat takaran yang pas supaya produk nuggetnya kenyal dan punya tekstur lembut.

Nah, untuk memperoleh kekenyalan yang pas, Nafi’ memperhatikan kandungan air pada nugget. “Komposisi air juga harus diperhatikan karena jamur juga mengeluarkan air. Jadi, harus ditiriskan dulu biar nugget tidak lembek,” terang dia. Untuk nugget jamurnya, Nafi’ mempunyai takaran bahan baku, yakni 30% jamur, 30% ayam, 20% sayur, dan 20% tepung.  

Untuk kemasan, Alamsyah memilih kotak khusus makanan. Kotak ini juga bisa dimasukkan dalam microwave. Dus, selain membayar gaji karyawan dan membeli bahan baku, pengeluaran terbesar untuk usaha ini ialah membeli kemasan.

Biasanya, pengiriman produk beku ke luar kota bisa dilakukan dengan mobil-mobil yang lengkap dengan perangkat pendingin khusus (cooler box). Anda pun bisa menyewa jasa pihak ketiga yang khusus memberikan jasa ini.

Alamsyah mengatakan, untuk mempercepat jalur distribusi, ia bekerja sama dengan 45 distributor di berbagai kota di Indonesia. Bahkan, ia juga punya satu distributor di Singapura. Produk dengan kemasan beku tentu tak bisa tahan lama di luar kulkas. Dus, agar terjangkau konsumen di banyak lokasi, ia menyiasatinya dengan distributor.

Untuk jadi distributor Hiratake Food, modal awal yang harus dikeluarkan sebesar Rp 5 juta. Distributor akan mendapat satu buah freezer dan 100 bungkus nugget jamur keju. Target Alamsyah, dalam dua tahun ini, distributor Hiratake Food mencapai 100 orang.

Dengan demikian, Alamsyah memunculkan peluang usaha bagi para distributor. Pasalnya, ia mendapati bahwa banyak orang tak hanya ingin jadi konsumen produk ini, tapi jadi distributor. Alasannya berbeda-beda.

Menurut pengamatan Alamsyah ada dua alasan utama orang tertarik jadi distributor Hiratake Cheese Nugget. Yang pertama, tentu saja karena mereka melihat keuntungan yang lumayan bagus dari penjualan produk ini.

Kedua, mereka ingin terus mengonsumsi nugget jamur keju ini secara “gratis”. “Mereka berjualan, lalu keuntungannya digunakan untuk beli produk ini untuk dikonsumsi sendiri,” ungkapnya. Di samping itu, Alamsyah juga mengamati bahwa ada beberapa distributornya yang memang ingin ikut tren atau terlibat dalam perubahan gaya hidup

Di masa mendatang, Alamsyah sudah menyiapkan sistem kerja sama kemitraan. Yang pertama, Hiratake Goes to Mall. Bekerja sama dengan mitra, ia ingin membuka 50 booth Hiratake Food di mal. Selanjutnya, Hiratake Store yang merupakan pusat oleh-oleh. “Hingga pengujung tahun ini, target kami sudah ada 10 gerai Hiratake Store,” jelasnya.

Sementara untuk pemasaran nugget jamur produk Dewi Jamur, Nafi’ mengandalkan website yang dibuatnya tiga tahun lalu. “Semua permintaan datang melalui website tersebut,” kata Nafi’. Karena masih terkendala urusan distribusi, khusus untuk produk nugget jamur ini, dia belum menerima permintaan untuk menjadi reseller.

Apakah Anda ingin mengolah nugget berbahan jamur?     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×