kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengupas bisnis kacang kacang rondam, usaha warisan turun temurun di Samosir (2)


Sabtu, 16 November 2019 / 10:15 WIB
Mengupas bisnis kacang kacang rondam, usaha warisan turun temurun di Samosir (2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - SAMOSIR. Renyah dan manis saat mengunyah kacang rondam khas Samosir diperoleh dari proses nan panjang. Dari kualitas kacang hingga proses pemasakan bahkan pasca pemasakan dalam jalur panjang hingga menghasilkan kacang renyah dan garing.

Jika dilihat, aarna kacang rondam memang tak seputih kacang garing yang diproses pabrikan. Hanya untuk rasa kacang ini tak bisa diremehkan. Periyana Simbolon pemilik UD Sarima yang berlokasi di kecamatan Pangururan Samosir menjelaskan, kunci kerenyahan kacang pada proses perendaman.

Kacang UD Sarima diklaim lebih lama dibanding pengusaha kacang lainnya. Periyana menjelaskan,  ia biasa merendam 10 jam  sampai 12 jam kacang sehari. Itu artinya dalam waktu sehari ia hanya bisa memproduksi 2-3 kali saja.

"Masak kacang bisa 3-4 jam lebih,  tergantung tebal kulit kacang.  Kacang satu dengan lain juga berbeda, tergantung kualitas tebal kulit dan lainnya," ujar Periyana kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Sehari, ia biasa memasak 45 kilogram kacang.

Baca Juga: Ini tips gaya hidup sehat untuk mencegah risiko terserang stroke

Teknik lainnya: pasca penyangraian. Periyana menyebut, UD Sarima tak sembarangan dalam mendinginkan kacang usai disangrai. Penggunaan karung goni sebagai wadah pendinginan kacang sebelum juga kunci agar kacang awet renyahnya.

Pengusaha kacang lainnya di lokasi yang sama adalah Enita Simbolon dengan nama usaha UD Mars. Jika Periyana memilih waktu minimal 10 jam merendam kacang di air, Enita hanya memilih 3 jam untuk merendam lalu proses lainnya sama dengan produsen rondam lainnya.

Ia menuturkan kacangnya bisa tahan karena bungkus yang ia gunakan dua lapis. Pertama kacang di bungkus koran, kedua dibungkus lagi dengan plastik. "Kami diminta gunakan plastik, tapi khusus UD Mars memilih membungkus dua lapis koran dan plastik selain agar kacang awet renyah," ujarnya. Selain juga memunculkan nostalgia yang dulu memang dibungkus koran.

UD Mars biasa memproduksi kacang tiap seminggu dua kali dengan kapasitas produksi sekali sangrai 30 kilogram kacang atau enam kaleng.

UD Lambok milik Asini Rohana Pakpahan memiliki teknik berbeda dalam proses sangrai kacang. Ia biasa menyangrai kacang minimal 4 jam, dengan kapasitas produksi tiga karung goni sehari.

Baca Juga: EWINDO targetkan produksi benih kacang hijau sebanyak 1.800 ton di tahun 2023

Ukuran satu karung goni sama dengan kacang 6-7 kaleng, yakni  satu kaleng berukuran 5 kilogram. Alhasil, satu karung goni kacang yang diproduksi pengrajin berkisar 30 kilogram-35 kilogram.

Ketiga produsen kacang rondam di Kecamatan Pangururan tersebut memiliki produk dengan ukuran kemasan kecil, sedang dan kaleng. Mayoritas konsumen warga atau wisatawan banyak yang membeli dalam ukuran kaleng. Harga satu kaleng kacang rondam sendiri sekitar Rp 350.000 dan ukuran kemasan kecil Rp 15.000.

Pemasaran ketiganya masih dengan cara konvensional yaitu di toko pribadi dan menyetor di beberapa kedai atau toko oleh-oleh. Mengenai bahan baku, ketiganya sepakat jika hanya untuk memenuhi permintaan di Samosir dan sekitarnya. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×