Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - SAMOSIR. Selain proses pengolahan yang memakan waktu panjang, kacang rondam juga harus menghadapi kendala minimnya bahan baku. Mayoritas produsen kacang rondam, baik yang sudah mendapat izin usaha ataupun yang masih skala kecil kesulitan mendapat pasokan bahan baku kacang tanah dari sekitar Samosir.
Ini pula yang membuat para produsen kacang rondam belum berani memasarkan produknya hingga luar Samosir secara masal.
Peryana boru Simbolon pemilik UD Sarima kacang rondam berharap, ada kelompok kacang rondam yang akan membina para petani sekitar dalam membudidayakan kacang. "Jadi petani diberdayakan dengan menggandeng kami agar tahu mana yang bagus bibitnya," ujar Peryana kepada KONTAN.
Baca Juga: KNTA: Jagung dan beras sebaiknya jangan impor
Bibit bagus akan menghasilkan kacang bagus. Jika semua petani bisa panen kacang dengan kualitas super maka kualitas kacang menjadi nomor satu.
Selama ini, ketiga produsen kacang rondam baik UD Sarima, UD Mars dan UD Lambok menjual kacang tanah hasil sortiran mereka yang tak dibuat rondam kepada para pedagang sate dan martabak manis.
"Bahan baku susah, ada tapi cukup buat permintaan sekitar saja. Kalau ada bantuan pemecah kulit kacang boleh, karena kami juga jual kacang kualitas dua dalam bentuk sudah kupas," imbuh Asini, produsen kacang.
Selain itu, mereka berharap ada koperasi yang menjadi wadah para petani kacang dan para produsen kacang rondam. Kendala lain, adalah permodalan yang diyakini dapat diatasi dengan adanya koperasi.
Baca Juga: Cegah kanker atau sakit jantung, kenali 3 lemak makanan ini
Tak hanya itu saja, sertifikat halal juga menjadi satu tantangan para produsen kacang rondam Samosir. Peryana menyebut, sertifikat halal akan memudahkan rondam menyasar ke seluruh Indonesia. Buru-buru ia menyebut, minimnya pasokan bahan baku harus ada solusinya.
Ia membandingkan, kacang sihobuk Tapanuli bisa masuk ke Samosir. Sebaliknya, kacang rondam masih kesulitan masuk supermarket. Selain karena belum bersertifikasi, masalah bahan baku jadi hadangan.
Peryana berharap ada bantuan pemerintah atas pembuatan sertifikasi halal. "Kalau kopi ada bantuan, kami tidak ada," ujar Peryana mengeluh.
Saat ini, ketiga produsen kacang rondam memilih memasarkan produksinya, di luar Samosir dengan Facebook. "Online Facebook jadi alat memasarkan. Tapi tak banyak
jumlahnya," ujarnya. Ia meyakini, pasar kacang rondam luas. Sebagai contoh di Samosir. "Saban pesta, selalu ada kacang rondam, baik acara pemerintah, kepolisian," ujar Enita boru Simbolon pemilik UD Mars.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News