kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengupas legenda kacang Sihobuk (bagian 3)


Sabtu, 24 Agustus 2019 / 09:30 WIB
Mengupas legenda kacang Sihobuk (bagian 3)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - TARUTUNG. Kacang sihobuk kini menjadi salah satu buah tangan favorit bagi para pendatang yang bertandang ke wilayah Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Rasa kacang yang renyah, guring, dan kering tersebut seolah menjadi perindu bagi para penikmat kacang tersebut.

Kacang ini kerap menjadi salah satu makanan wajib ada saat ada pesta. Terutama untuk warga suku Batak.

Tak heran jika kacang sihobuk ini, tersebar di banyak tempat. Terutama di Taruntung, Tapanuli Utara. Saat kita mendarat dari Bandara Silangit, sepanjang perjalanan hingga ke Tarutung, terhampar jajaran pedagang yang menjajakan kacang sihobuk. Kacang tersebut berbungkus plastik berwarna merah dan putih.

Para pengusaha kacang sihobuk mengakui bahwa  untuk pemasaran kacang khas tersebut di wilayah Desa Sihobuk, hingga seantero Tarutung, Tapanuli Utara, tidak mengalami kendala berarti. Nah, kendala baru terjadi saat para perajin kacang Sihobuk mulai menjual produk ke luar wilayah Tapanuli Utara.

Sabar Manalu, pemilik UD Marroan menyatakan, memang, kacang sihobuk ini mulai dikenal luas masyarakat. Ia menyebut ada juga penjualan hingga ke luar Tapanuli Utara. Semisal ke Palembang, hingga ke Jakarta. "Kondisinya saat ada yang pesan.  Untuk pemasaran di luar Tapanuli masih sedikit," katanya kepada KONTAN awal bulan ini.

UD Marroan sendiri mulai mencoba memperluas pasar. Salah satunya lewat pasar e-commerce. Pemasaran via  digital dikelola oleh anaknya sendiri. Meski sudah merambah penjualan online, tapi hasilnya masih kalah jauh dengan penjualan langsung di tokonya yang ada di Jalan Firman Simamora Tarutung atau di toko oleh-oleh sekitar Tapanuli Utara.

Produsen kacang sihobuk lainnya, yakni  Sihar Pakpahan. cuma menjajakan kacang hasil racikannya di warung kecil yang ada di depan desa.  Tak hanya itu, Pakpahan merasakan masih ada hambatan permodalan untuk membesarkan usahanya. Faktor ini pula yang membuat dirinya tidak sanggup melayani pasar digital.

Ia hanya mengandalkan para pelanggan setianya saja. "Modal utama. Kalau ada bantuan kredit usaha rakyat (KUR), kami senang," katanya yang merangkap kuli bangunan saat tidak membuat kacang sihobuk.

Beruntung, kawasan  Tarutung ini dekat dengan kawasan wisata Danau Toba yang menjadi salah satu dari 10 destinasi prioritas non Bali. Efek kedatangan para turis turut memberi efek pertumbuhan penjualan yang positif terhadap penjualan kacang sihobuk, meski tidak signifikan. Terlebih saat bandara Silangit sudah beroperasi. "Kalau rencana pemerintah lancar, ada rencana saya membeli mesin sangrai baru," kata Manulu.

Begitu pula dengan Pakpahan. yang optimistis pengembangan wisata Danau Toba bisa membuat bisnisnya semakin berkembang. Ia berharap ada bantuan modal untuk menambah kapasitas produksi, lantaran modal tipis membuat volume produksi kacang sihobuknya sangat terbatas.

Seharusnya para perajin kacang sihobuk bisa bersatu mengatasi kondisi itu. Sayang, keberadaan asosiasi yang menaungi perajin kacang sihobuk sudah lama bubar.                   

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×