Reporter: J. Ani Kristanti, Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi
f; fitto reflexology
Sebagai bagian dari relaksasi tubuh, pijat menjadi pilihan sebagian besar orang saat ini. Mereka meya-kini, pijat mampu melancarkan aliran darah, sehingga tubuh bisa kembali segar, fit, dan stres pun berkurang.
Kecenderungan itu yang menjadikan bisnis rumah pijat tidak pernah sepi. Bahkan, di akhir pekan, rumah pijat kerap menolak konsumen lantaran jumlah tamu bisa meningkat hingga dua kali lipat. Jumlah pemain bisnis ini juga bertambah. Tengok saja, di kawasan perumahan baru, pasti ada saja pemain yang menawarkan layanan pijat ini.
Melihat potensi bisnis pijat keluarga yang kian cerah, Yuwono mendirikan Fitto Reflexology pada 2009 silam. Saat itu, dia melihat bisnis pijat keluarga sedang tumbuh. “Masyarakat yang merasa lelah oleh ru-tinitas harian atau usai bepergian, mulai mencari tempat pijat keluarga untuk relaksasi. Tapi, mereka tidak mau sembarangan pijat dan mementingkan kualitas,” terang dia.
Sebelum membuka Fitto Reflexology, Yuwono adalah seorang pemijat tradisional. Namun, setelah bekerja di hotel, dia bertemu master pijat dari Jepang yang mengajari dia teknik pijat ala Jepang, seperti reflexology, shiatsu dan yumeiso. Lantas, dia menjadi instruktur pijat bagi orang-orang yang ingin membuka usaha pijat. “Karena berbagai pengalaman itu, saya jadi banyak tahu tentang bagaimana mempersiapkan dan merancang tempat pijat yang nyaman dan sehat,” tutur Yuwono.
Bukan cuma satu, pada 2009 itu, dengan menggandeng mitra, Fitto Reflexology membuka empat gerai sekaligus. Masing-masing di Jakarta, Tangerang, Padang dan Banjarmasin. Kini, jumlah gerai yang menjadi mi-tra Yuwono sudah mencapai puluhan di seluruh Indonesia.
Fitto Reflexologi menawarkan jasa pemijatan dengan berbagai teknik. Namun, Yuwono bilang, pijat sehat yang banyak diminati adalah reflexology dan shiatsu. “Pijatan Jepang ini favorit karena bisa dilakukan tanpa minyak dan konsumen merasakan manfaatnya,” kata dia. Proses pemijatan berlangsung mulai 30 menit hingga 90 menit dengan biaya berkisar
Rp 50.000 hingga Rp 200.000.
Dalam sehari, pengunjung yang datang mencapai 10 orang hingga 20 orang. Dari jasa pijat ini, Yuwono bisa mengantongi omzet berkisar Rp 20 juta–Rp 30 juta saban bulan. Profitnya berkisar 30%–50% dari income.
Tak jauh berbeda, pijat reflexology juga menjadi favorit pelanggan Massaji Massage & Reflexi di bilangan Bintaro. Yayuk, pemilik Massaji bilang, sekitar 65% tamu yang datang menginginkan jenis pijat ini.
Yayuk membuka Massaji sejak 2012. Dia terinspirasi dari usaha sejenis yang sudah dijalankan oleh salah satu sahabatnya di kawasan yang sama. Dalam dua tahun pertama, dia pun merasakan, bisnis Massaji meningkat dengan pesat.
Namun, saat ini, karena jumlah terapis berkurang, bisnis rumah pijatnya tidak bisa berlari sekencang dulu. Dia mengakui, dalam bisnis ini, terapis menjadi salah satu kunci sukses. “Sekarang, susah sekali mencari terapis, karena banyak pula tempat-tempat pijat baru yang buka,” jelas dia.
Massaji menyediakan beragam layanan pijat keluarga, mulai pijat tradisional, lulur, shiatsu dan reflexology. Karena mengincar kalangan menengah, Yayuk pun tidak memasang banderol harga yang mahal. Biaya pijat mulai Rp 50.000 untuk 90 menit.
Di hari-hari kerja, Yayuk bilang, pengunjung yang datang antara 10 orang hingga 15 orang. Sementara, pada akhir pekan jumlah tamu bisa mencapai 20 orang hingga 25 orang. Selain pijat di tempat, Massaji juga melayani bila ada konsumen yang menginginkan pijat di rumah mereka. Untuk jasa pijat panggilan ini, Massaji akan mengutip biaya transpor.
Yayuk mengakui, lantaran persaingan yang semakin ketat, keuntungan yang diperolehnya tipis. “Bagi saya, yang penting usaha ini tetap berjalan, tidak merugi dan bisa menciptakan lapangan kerja,” ujar dia.
Meski begitu, Yayuk bilang, peluang untuk membuka usaha pijat ini masih terbuka cukup lebar. Maklum, banyak orang yang lebih memilih pijat untuk melancarkan sirkulasi darah di tubuhnya, ketimbang berolahraga. “Waktu orang makin terbatas, pijat refleksi kan bisa dilakukan sepulang kantor dan tidak merepotkan,” ujar dia.
Buat terapis betah
Apakah Anda tertarik untuk membuka rumah pijat? Yang harus diingat, usaha ini termasuk bisnis jasa. Jadi, layanan menjadi perhatian utama.
Yayuk mengingatkan, konsumen akan dengan cepat mudah berpaling ke tempat lain, jika tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Layanan itu dimulai dari sikap operator menerima tamu. “Harus ramah, jangan sampai tamu yang datang merasa dicuekin, meski si resepsionis sedang melayani tamu lain,” ujar dia.
Selain itu, kebersihan dan kenyamanan juga tak boleh luput dari perhatian. Sebab, kebersihan menjadi salah satu penarik pengunjung untuk datang dan datang lagi. Apalagi, kalau Anda mengincar pasar menengah atas. Sedangkan kenyaman terkait dengan privasi saat dipijat. Dekorasi dan suasana di dalam ruang pijat juga bisa menciptakan rasa nyaman pengunjung.
Yuwono bilang, modal yang dibutuhkan untuk membangun usaha ini sekitar Rp 120 juta hingga Rp 200 juta, di luar sewa tempat. Modal sebesar ini untuk kapasitas lima orang konsumen pijat seluruh tubuh (matras) dan lima orang tamu yang ingin pijat refleksi (kursi).
Besarnya modal ini juga bergantung pada konsep yang diusung. Karena mengutamakan kenyamanan, Yuwono pun memilih menciptakan ruang pijat Fitto Reflexologi dengan standar hotel berbintang.
Untuk menciptakan ruang nyaman, Anda bisa menggunakan jasa desainer interior. Sedangkan untuk perlengkapan lainnya, seperti matras, Yuwono memilih untuk pesan langsung ke produsen. “Harus menggunakan matras khusus pijat, pilih yang awet untuk 4 tahun – 5 tahun,” ujar dia.
Di Fitto Reflexology pemijatan berlangsung di ruangan yang hanya dibatasi dengan korden, dengan matras dan perlengkapan pijat, seperti minyak, lotion dan handuk, untuk satu orang. Korden digunakan sebagai pembatas untuk menjauhkan dari kecurigaan karena konsep pijat ini adalah pijat keluarga.
Kemudian, pencahayaan dibuat tidak terlalu terang supaya tamu benar-benar merasakan ketenangan. Untuk menciptakan suasana relaksasi, Yuwono juga menambahkan aroma terapi dan alunan musik lembut.
Yang penting diingat, salah satu kendala dalam bisnis ini adalah sulitnya mencari terapis. Persaingan yang kian ketat mengakibatkan terapis dengan mudah mencari peluang baru di usaha sejenis lainnya. Selain itu, Yuwono bilang, susah mencari orang yang mau berlama-lama menjadi terapis.
Karena itu, Anda harus pintar-pintar mengelola terapis. Salah satu cara adalah menciptakan suasana kekeluargaan bagi terapis. sehingga mereka betah. Yuwono pun menyediakan mess untuk mereka.
Cara serupa juga Yayuk tempuh. Selain menciptakan suasana kekeluargaan, dia menyewa kontrakan untuk tempat tinggal para terapisnya. Supaya betah pula, dia juga menjaga sikap untuk tidak terlalu menuntut banyak hal pada terapis.
Khusus untuk terapis, Yayuk menerapkan sistem mitra. “Jadi, penghasilan terapis ini bagi hasil,” kata dia. Terapis mendapat bagian 30% dari setiap pembayaran tamu yang ia layani. Yayuk bilang, keuntungan dari sistem ini, terapis juga menjadi pengontrol kasir, karena mereka akan sama-sama menghitung jumlah layanan yang telah dilakukannya.
Namun di luar itu, terapis juga masih mendapatkan uang makan untuk setiap hari kedatangan. “Saya juga menyiapkan beras biar mereka hanya membeli lauk,” kata Yayuk. Di luar itu, pengelola juga menambahkan fasilitas kesehatan, yakni berobat ke klinik yang sudah ditunjuk jika mereka sakit.
Misi berat menjaga citra pijat keluarga
Bisnis pijat yang saat ini dirintis oleh Yuwono, meski berpotensi bagus, bukan berarti tanpa tantangan. Yuwono bercerita, tantangan yang kerap dihadapinya adalah menolak konsumen yang punya tujuan tertentu di tempat pijat. Padahal, Fitto Reflexology bukanlah tempat pijat yang seperti itu. “Kami bisa menolak lima pria setiap hari karena mereka minta dilayani terapis wanita,” jelas Yuwono, Pendiri Fitto Reflexology.
Yuwono pun bersikeras, untuk gerainya, pasien hanya bisa dilayani oleh terapis sesama jenis kelamin. Pada awalnya, dia mengakui berat menolak karakter konsumen seperti itu. Namun, nyatanya integritas tersebut membuahkan hasil karena konsumen yang sebenarnya turut membawa istri anak atau orang tuanya untuk dipijat kembali. “Karena sudah percaya kalau Fitto benar-benar untuk pijat keluarga jadi satu orang bisa ajak orang lain ke sini,” terang Yuwono yang kini juga menawarkan program kemitraan Fitto Reflexologi.
Pengalaman Yuwono juga dialami oleh Yayuk, pemilik Massaji Massage & Refleksi. Pada awal berdiri, dia kerap menemui tamu-tamu yang ingin dipijat oleh terapis lawan jenis, meski sejak awal Yayuk sudah menetapkan aturan pemijatan hanya boleh dilakukan oleh sesama jenis. Yayuk pun menegaskan kepada para terapisnya untuk menolak jika ada tamu dengan permintaan seperti itu. “Yang penting, terapis dan saya harus tegas untuk menolak. Tidak mengapa, tamu tersebut tak jadi pijat di Massaji,” kata Yayuk. Sebab, adakalanya pemilik usaha ini melarang terapis untuk menolak pengunjung.
Demikian pula untuk permintaan pijit datang ke rumah. Aturan terapis tak boleh memijat konsumen lawan jenis tetap berlaku. Dia pun meminta pada motorist (pengantar terapis) untuk menunggu beberapa waktu di rumah konsumen, jika terjadi sesuatu dengan terapisnya. “Pokoknya tetap ditolak, biarpun itu di rumah konsumen,” cetus Yayuk.
Di luar itu, untuk mencegah tamu-tamu yang memang punya niat tertentu dalam pemijatan, Yayuk sengaja memberi label pijat keluarga pada papan nama yang tertempel di dinding. “Awal-awal memang terjadi seperti itu, tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya konsumen yang datang benar-benar orang yang ingin pijat. Seringkali, mereka juga mengajak keluarga jika berkunjung ke Massaji,” ujar dia.
Tertarik mencoba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News