kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik peluang usaha alas kaki lokal ramah lingkungan, Node


Jumat, 18 Juni 2021 / 16:59 WIB
Menilik peluang usaha alas kaki lokal ramah lingkungan, Node
ILUSTRASI. Model sepatu Node


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kampanye Bangga Buatan Indonesia kini terus disuarakan oleh pemerintah. Brand-brand lokal nyatanya tak kalah jika dibandingkan dengan merek luar negeri.

Sepatu misalnya, ikut meramaikan kancah sepatu lokal, Node merupakan sepatu bio commponent asal Sukabumi yang mulai meluncur sejak 2019 lalu. Node sendiri didirikan sebagai sarana Learning by Earning join research dengan Balai besar Pascapanen Kementerian Pertanian untuk Biosilika.

Model terbaru Node yaitu Liz Series kini sudah 100% komponen nabati. Ada 13 komponen nabati yang digunakan sebagai bahan sepatu Node, seperti pigmen warna menggunakan tanaman, sekam padi, karet alam, getah pinus, minyak nabati, rami, goni, serat kenaf bahkan perekatnya menggunakan basis eucalyptus.

"Yang dimaksud 100% bio itu komponen kita pastikan nggak ada plastik dan logam berat," jelas Founder Node David Chrisnaldi kepada KONTAN.

Baca Juga: Menggali potensi Indonesia jadi produsen dan eksportir produk halal terbesar dunia

Node yang berarti No Deforestation diklaim memiliki ketahanan pemakaian hingga tiga tahun. Series awal Node, David menceritakan sampai saat ini masih layak digunakan.

"Kalau seberapa lama itu batesnya, tahan sobek bisa hampir setahun. Kita masukin bahan pengawet biar tetap elastis dan lembut, tapi pengawet ketika sudah 3 tahun ngga efektif dan akan lebih kaku. Setelah 3 tahun dia kaku dia biodegradable," jelasnya.

David mencoba memasukan sepatu buatannya dalam mesin khusus, untuk menguji berapa lama kemungkinan sepatu awet digunakan. Dari hasil percobaan diperoleh, baik insole dan outsole sepatu terlepas sendiri ketiga sudah tiga tahun.

"Kita coba dituakan [sepatunya] ada mesinnya, percobaan kita setting 3 tahun. Nah dia jadi lepas outsole insole dan gampang disobek gitu akan kehilangan elastisitasnya," ungkap David.

Untuk semua bahan baku David menyebut 100% dipasok dari dalam negeri. Bahan baku sepatu buatan David menggunakan tiga sumber, pertama komoditas berlebih, kedua komoditas dari lahan marjinal yaitu kenaf, dan terakhir pemanfaatan limbah tani seperti sekam padi.

Hampir dua tahun berjalan, kini total ada empat model produk Node yang terdiri dari sepatu dan sandal. Adapun produk Node dibandrol mulai dari Rp 428.000 hingga Rp 1,2 juta.

"Penjualan kita sejak pandemi stagnan rata-rata perbulan itu 100 pasang. Kita pemasaran lewat sosial media dan juga komunitas. Kalau pembeli dominasi dari Indonesia, ada sih yang dari luar tapi hanya satuan belum angka besar. Pernah ada pesanan dari Hongkong, Spanyol, Inggris," kata David.

Baca Juga: Pengeluaran jelang Lebaran naik, simak tips mengelola keuangan agar lebih efektif

Meski penjualan produk sepatu stagnan, namun David mengakui untuk penjualan komponen sepatu mengalami pertumbuhan positif. Asal tahu saja selain memproduksi sepatu jadi, Node juga memproduksi bio komponen sepatu ramah seperti insole, nabati foam dan outsole. Saat ini Node aktif mengirim komponen sepatu ke Selandia Baru.

"Yang komponen sepatu perusahaan Selandia Baru sekali pesan 3.000 pasang kalau di rata-rata sekitar 1.000an pasang komponen sepatu. Jadi saat ini yg jualan bagus komponen. Komponen kami sebulan kapasitas bisa 30.000 pasang, tapi kami sekarang masih produksi 1.000-2.000 pasang per bulan," ujarnya.

Melihat masyarakat mulai sadar terhadap keberlanjutan lingkungan, David menilai potensi produk Node ke depan sangat terbuka. Dimana pemain di sektor alas kaki bio komponen di dunia sangat sedikit. Terlebih lagi semua bahan nabati untuk membuat Node tersedia di Indonesia.

Dengan potensi tersebut David kini mantab menekuni produksi alas kaki bio component. Sebelumnya David berkecimpung pada industri alas kaki sintetik, namun dengan guyuran impor dari China membuat persaingan harga komponen sepatu sintetik di domestik jadi berat.

"Komponen sepatu sintetik kita masih tapi sekarang fokus ke bio. Kalau di sektor bio hampir nggak ada pesaingnya, pesaingnya setahu saya itu hanya dari Spanyol mereka basisnya minyak jagung, kalau minyak jagung itu solnya licin kaku," imbuhnya.

Baca Juga: Dukung konten kreator Indonesia, Laptop Predator lakukan terobosan & inovasi terbaru

Saat ini Node fokus untuk terus mengedukasi pasar terkait produknya. Selain itu untuk rencana bisnis, David akan kembali mengeluarkan model terbaru pada Agustus nanti.

Selain menyasar segmen konsumen dewasa, Node juga berencana meluncurkan produk sandal anak pada Oktober nanti. Tak hanya alas kaki, Node juga berencana memproduksi baju yang berbahan baku nabati.

"Ini sedang pengembangan kita mau pakai cotton tapi yang bagus dan bukan cotton dari perkebunan masive ya. Kita mau nanti kerjasamanya dengan perkebunan rakyat," tuturnya.

Ahli teknologi bio di Indonesia masih sangat sedikit, menjadi tantangan Node dalam sisi riset. Kemudian tantangan lainnya ialah industri serat alami yang masih sangat kecil, sehingga belum siap untuk pesanan skala besar.

Untuk produksi, pendanaan Node saat masih menggunakan kocek pribadi. David menyebut untuk penelitian memang dibantu oleh Kementerian Pertanian, namun karena ahli teknologi bio di Indonesia sedikit maka riset masih sangat terbatas.

"Kita lagi ada komunikasi dengan Selandia Baru karena di sana itu mulai banyak sounding tentang Node jadi ada beberapa investor yang kontak kami minat bikinin pabrik untuk Node, tapi masih tahap komunikasi," ungkapnya.

Selanjutnya: Sepatu kulit Cha Dear menembus pasar Malaysia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×