kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik tawaran bisnis kuliner Jepang


Selasa, 03 September 2013 / 14:24 WIB
ILUSTRASI. Obat diabetes.


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Belakangan ini, ragam kuliner Asia kian akrab di lidah masyarakat Indonesia. Salah satunya ialah masakan dari Jepang. Ini terbukti dari menjamurnya gerai yang menawarkan kuliner Jepang, mulai dari warung kaki lima hingga skala restoran.

Salah satu pelaku usaha yang menjajal peruntungan di bisnis kuliner Jepang adalah Memet Salpana. Ia mendirikan usaha bertajuk Tokio Kios di Bekasi, Jawa Barat sejak tahun lalu.

Gerai yang berbentuk bistro ini menyajikan aneka menu khas Jepang, berupa sushi, aneka pasta, olahan nasi seperti don buri, dan bento. Satu porsi menu dibanderol Rp 5.000-Rp 40.000. Ada pula minuman ocha, aneka minuman ringan, dan jus, dengan kisaran harga Rp 5.000-Rp 25.000.  

Mulai pertengahan tahun ini, Memet membuka kemitraan. Meski belum memiliki mitra, ia mengaku, ada satu resto di Jakarta yang mengadopsi menu yang disajikan Tokio Kios.

Model kemitraan yang ditawarkan Memet berupa business opportunity. Jika, berminat, calon mitra wajib menyiapkan modal sekitar Rp 300 juta - Rp 500 juta. Modal ini digunakan untuk renovasi tempat, furnitur, perlengkapan masak, bahan baku awal, peralatan makan, dan pelatihan karyawan.

Tokio Kios mengutip biaya tambahan penggunaan merek usaha senilai Rp 25 juta per tahun. "Kami mewajibkan mitra untuk menjalin kerja sama selama minimal tiga tahun," papar Memet.

Balik modal setahun

Kata Memet, omzet mitra akan bergantung pada kapasitas ruangan. Dengan besaran modal Rp 300 juta - Rp 500 juta bisa memenuhi 50 hingga 100 seating capacity. Jika berlokasi di dalam food court mal dibutuhkan tempat seluas 50 meter persegi (m2). Sementara untuk lokasi di ruko dibutuhkan seluas 100 m2.

Proyeksinya, mitra bisa mengantongi omzet Rp 2,5 juta-Rp 5 juta per hari. Mitra ditargetkan bisa mengantongi laba bersih 10%-5% dari omzet. Angka ini sudah dikurangi sharing revenue sebesar 10% dari omzet. Pasalnya, pengelolaan resto dibantu manajemen pusat.

Jika sesuai target, mitra bisa balik modal dalam waktu setahun. Memet tidak mewajibkan mitra membeli semua bahan baku dari pusat. Namun, ada 12 saus yang wajib dibeli dari pusat.

Memet berharap, bisa bekerja sama dengan mitra yang memiliki passion dalam bisnis kuliner. Ia meyakinkan, menu Tokio Kios unggul dari segi rasa dan harga terjangkau. Varian saus yang disajikan menjadi salah satu keunggulan bistro ini.

Ia pun menargetkan menambah 8 gerai sendiri dalam lima tahun ke depan.

Konsultan waralaba, Khoerusasalin Ikhsan menilai, Tokio Kios terlalu optimistis mematok target. Apalagi, bisnis ini baru berjalan setahun. Menurutnya, calon mitra butuh pembuktian bahwa bisnis ini bisa konsisten. "Setidaknya 3 tahun-5 tahun, sehingga bisa melihat perkembangan usaha kuliner ini," bebernya.

Ia menilai, pasar kuliner  Jepang terbuka lebar, namun persaingannya juga sudah sangat ketat. Maka, calon mitra perlu lebih cermat mempelajari tawaran ini.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×