Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Budaya kongkow yang masih menjalar hingga kini, menjadi kesempatan emas bagi para pebisnis untuk mengoperasikan kedai atau kafe. Perkembangan kafe tergolong cepat, terutama di kota-kota besar.
Faktor inilah yang membuat Cremlin Perdana Kusuma asal Surabaya mendirikan Sky Port Cafe sejak 2009 lalu. Kemudian membuka peluang kemitraan sejak 2016.
Awalnya ia membuka gerai Sky Port Cafe di bandara Juanda. Saat ini sudah ada lima Sky Port yang ada di Surabaya, Sidoarjo, Malang dan Bali. "Dua gerai di Surabaya dan Sidoarjo milik saya, tiga gerai lain milik mitra," terang Cremlin.
Bila ada yang tertarik, ia menawarkan dua paket. Kebetulan ia berminat menambah satu mitra lagi, yakni paket kafe mini (khusus take away) Rp 75 juta dan paket resto Rp 150 juta. Paket tersebut belum termasuk biaya franchise Rp 45 juta per tiga tahun. Meski begitu ia mengklaim bila paket yang ditawarkan merupakan paket lengkap dan siap operasi.
Mitra pun wajib menyediakan tempat usaha yang bakal ia survei soal kelaikan lokasi usaha. Minimal 10 m² untuk paket mini dan minimal 40 m² di paket resto.
Untuk menu di paket resto jelas lebih lengkap dari paket mini. Menu yang ditawarkan pun laiknya menu kafe. Ada camilan, makanan, hingga aneka minuman kekinian.
Bila lancar, ia memperkirakan mitra bisa meraup omzet Rp 1,5 juta–Rp 2,5 juta per hari untuk paket mini dan Rp 5 juta–Rp 7 juta per hari di paket resto. Setelah dikenakan biaya royalti 2,5% dari omzet per bulan, serta pembelian wajib bahan baku seperti tepung, bubuk minuman dan bumbu di pusat, mitra ia klaim bisa balik modal antara 10–15 bulan. Atau kurang dari dua tahun.
Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), Levita Supit mengingatkan supaya Sky Port Cafe segera mempunyai ciri khas sebagai kafe, terutama di makanan atau minuman. Ia mengambil contoh JCo yang punya menu andalan donat. "Nah, Sky Port Cafe ini punya menu andalan apa," sahutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News