kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,41   -13,08   -1.42%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang cuan kreatif dari sampah kertas daur ulang


Minggu, 23 September 2018 / 07:10 WIB
Menimbang cuan kreatif dari sampah kertas daur ulang


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Selain limbah plastik, masyarakat Indonesia juga banyak memproduksi limbah kertas. Banyaknya kegiatan yang menggunakan kertas meningkatkan jumlah limbah kertas tiap tahunnya. Dan limbah kertas biasanya dibiarkan menumpuk begitu saja di sudut ruangan kerja atau rumah Anda.

Namun lewat tangan kreatif Juni Setiawan, limbah kertas dapat diolah menjadi beberapa produk menarik yang punya nilai jual. Pemuda asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut merintis bisnis olahan limbah kertas bernama Haimuna Packaging sejak tahun 2007 lalu.

"Awalnya kami hanya iseng saja memulai usaha ini. Karena sering lihat sampah kertas yang banyak. Paling hanya dijual ke tukang loak barang bekas," jelas Juni. Kebetulan, dia punya sepupu yang bertangan kreatif juga.

Limbah kertas, mulai dari koran bekas sampai kertas bekas diolah Juni dan sepupunya menjadi beragam produk, seperti box kado (packaging), sampul notebook, dan notebook dengan berbagai desain dan ukuran.

Harga jual produk Haimuna Packaging mulai Rp 5.000 sampai Rp 50.000 per buah.
"Produk kami yang paling murah itu kertas daur ulang. Kami jual kertas daur ulang dengan berbagai warna, biasanya banyak terjual ke anak sekolah untuk kerajinan tangan," ujar Juni. Ia mengatakan, harga jual yang dibanderol berdasarkan ukuran dan desainnya.

Haimuna Packaging juga melayani pemesanan dalam bentuk partai untuk suvenir. Itulah sebabnya Juni membanderol produknya dengan harga terjangkau. Ribuan produk bisa terjual dalam sebulan, kebanyakan dari pesanan box dan suvenir. Ia mengaku, bisa mengantongi omzet sekitar Rp 10 juta-Rp 15 juta sebulan.

Awal-awal, mereka hanya menggarap produk daur ulang. Namun, kini, mereka memadukannya dengan kertas non daur ulang lantaran pesanan terus berdatangan, sementera membuat kertas daur ulang butuh waktu lama.

Juni bilang, saat merintis, ia dan sepupunya kesulitan dalam mengedukasi pasar seputar produk daur ulang. Ia mengungkapkan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sering menganggap murah produk daur ulang. "Ya banyak dulu yang bilang kalau produk kami murahan, sampah ngapain harus dijual," tandasnya.

Maka dari itu, Juni tak hanya berdiam diri dengan kondisi tersebut. Selain memproduksi aneka olahan limbah kertas, ia dan sepupunya juga aktif memberikan pelatihan soal olahan limbah kertas ke berbagai forum. Mulai dari sekolah, kampus, lembaga pemerintah sampai beberapa perusahaan swasta.

"Kami memberikan pelatihan mengolah limbah kertas kemana saja. Kebanyakan kerjasama dengan perusahaan, biasanya untuk CSR dan lembaga pemerintah daerah," pungkas Juni. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×