kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Menjaga kesehatan bisnis apotek


Minggu, 17 Agustus 2014 / 14:57 WIB
Menjaga kesehatan bisnis apotek
ILUSTRASI. Sopir berdiri di atas truk saat terjadi antrean kendaraan yang didominasi truk bermuatan batu bara di Jalan Lintas Sarolangun-Muara Tembesi, Batanghari, Jambi, Rabu (1/3/2023).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Primasyah Kristanto, Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Bisnis apotek masih menjadi peluang yang masih menjanjikan bagi setiap orang yang ingin yang membuka usaha di bidang farmasi. Sebab, setiap orang tetap membutuhkannya untuk menebus resep obat dari dokter, membeli obat untuk keluarga yang sakit ringan mendadak, atau sekadar mengisi persediaan kotak obat di rumah.

Namun, persaingan bisnis apotek memang sudah lumayan ketat. Kompetisi antar apotek biasanya masih berkisar harga jual dan pelayanan. Potensi pasar yang masih luas di bisnis apotek ini membuat para pelaku usaha di sektor ini banyak menambah mitra. Untuk mengetahui perkembangan usaha ini, kali KONTAN akan mengulas kembali beberapa kemitraan apotek yaitu Apotek K-24, Apotek Griya Farma, dan Apotek F21.

Apotek K-24

Usaha ini mulai berdiri Oktober 2002 di Yogyakarta dan mulai membuka tawaran waralaba pada tahun 2005. Saat KONTAN mengulas usaha ini pada April 2007, apotek dengan inisial K memiliki 24 gerai.

Apotek ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah menjalankan sistem waralaba. Saat in cabang Apotek K-24 tersebar di 87 kota di seluruh Indonesia dengan total 334 gerai, sebanyak  30 gerai diantaranya adalah milik pusat dan sisanya milik mitra.

Menurut Burhan Bariton, Manajer Marketing Apotek K-24, paket investasi yang ditawarkan saat ini telah naik dari yang tadinya Rp 600 juta kini menjadi Rp 800 juta.

Kenaikan ini dilakukan karena ada kenaikan biaya inventaris dan biaya kerjasama selama enam tahun. Selain itu harga bahan baku obat-obatan juga naik yang tadinya hanya Rp 150 juta menjadi Rp 180 juta juga turut mempengaruhi kenaikan biaya investasi awal.

Pengelola Apotek K-24 menyatakan bisnis apotek masih terbuka lebar karena jumlah apotek masih terbilang sedikit. "Kami memiliki ciri khas melayani konsumen selama 24 jam nonstop meski hari libur besar juga jadi faktor pengaruh," ujarnya.

Selama ini Burhan mengatakan, kendala utama yang dihadapi adalah mengontrol mitra secara berkesimabungan. Pusat harus terus memantau semua mitra agar terus menjalankan kesepakatan bermitra dengan baik.

Rencana mendatang, Apotek K-24 akan mengembangkan apotek online sehingga konsumen tidak harus datang ke apotek dan cukup via online. Cara ini lebih praktis dan langsung dikirim kepada konsumen. Konsumen dapat memesan obat melalui fasilitas aplikasi percakapan seperti BBM dan Whatsapp.

Apotek Griya Farma

Apotek ini berdiri sejak tahun 2006 di Bandung, Jawa Barat dan mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2012. Saat KONTAN sempat  mengulas kemitraan Apotek Griya Farma ini pada Juni 2013.  Pada saat ini gerainya sudah ada 10 yang tersebar di Bandung. Saat ini, jumlah gerai yang menjual obat-obatan dan produk kosmetik serta perawatan tubuh ini sudah bertambah menjadi 21 gerai yang tersebar di Bandung, Jakarta, Medan dan Brastagi. Empat diantaranya merupakan gerai pusat, sisanya kepunyaan mitra.

Rahman, Manager Franchise Apotek Griya Farma mengatakan, perkembangan mitra didukung oleh pemasaran dan promosi yang agresif baik lewat pameran waralaba, brosur, media cetak maupun lewat internet. "Website Griya Farma dikelola dengan baik sehingga orang semakin tahu dengan apotek ini," ungkap Rahman.

Selain itu, kata Rahman, perkembangan tersebut juga tak lepas dengan inovasi yang terus dilakukan manajemen terutama dari segi pelayanan. "Pelayanan di setiap gerai ditingkatkan dan kita juga menjalin kerjasama yang baik dengan mitra-mitra kita," kata dia.

Sebelumnya, Griya Farma menawarkan dua paket investasi yakni paket entrepreneur seharga Rp 250 juta. Paket ini tertuju untuk mitra yang ingin mengelola usaha sendiri dan paket investor seharga Rp 300 juta. Pihak pusat akan mengelola bisnisnya sehingga diterapkan sistem berbagi keuntungan antara mitra dan pusat sebesar 50:50.

Namun untuk saat ini Rahman menjelaskan, Apotek Griya Farma hanya menawarkan paket entrepreneur seharga Rp 375 juta untuk masa kontrak lima tahun. Biaya royalti yang dikenakan kepada mitra masih tetap sama yakni 1,5% dari omzet.

Ke depannya, Rahman mengatakan manajemen pusat akan terus melakukan berbagai inovasi baik dari pelayanan pada konsumen maupun untuk kemitraan yang ditawarkan. "Rencananya kita akan meluncurkan kartu anggota bagi konsumen apotek kami. "Nantinya lewat kartu ini, pelanggan akan berhak mendapatkan diskon untuk promo-promo tertentu," kata dia.

Kendati tidak menyebutkan target penambahan mitra, namun Rahman optimis apotek Griya Farma akan terus berkembang dengan inovasi-inovasi yang gencar mereka lakukan baik dari segi pemasaran maupun pelayanan.

Apotek F21

Apotek F21 berdiri awal tahun 2012 di Kediri, Jawa Timur dan mulai menawarkan kemitraan usaha pada September 2013. Sebelumnya, KONTAN pernah mengulas kemitraan Apotek F21 ini pada November 2013 lalu. Ketika itu gerai yang beroperasi masih ada satu yang berada di Penanggungan, Kediri yang juga berfungsi sebagai pusat.

Kini hampir berselang setahun, Apotek F21 baru memiliki satu mitra yang  masih berlokasi di Kediri tepatnya Jalan Mojo Raya Kediri. Menurut Lukman Haris, pemilik Apotek F21, untuk calon mitra yang berminat memang diseleksi ketat. Sebab berdasarkan pengamatannya, cukup banyak apotek di Jawa Timur yang terpaksa tutup meski baru sebentar beroperasi. Jadi ia benar-benar menyeleksi mitra usaha yang benar-benar serius menggeluti bisnis ini.

Soal nilai investasi, tidak ada perubahan sejak pertama kali menawarkan kemitraan. Lukman masih mematok biaya sebesar Rp 350 juta dan investasi tersebut sudah mencakup kerjasama selama 5 tahun, dukungan manajemen dan pendampingan, bantuan promosi, pelatihan karyawan, pasokan obat-obatan awal serta dekorasi dan furnitur apotek.

Untuk soal harga obat-obatan, Lukman berusaha mematok harga terjangkau dan tidak terlalu mengambil untung banyak agar pelanggan tetap banyak. "Harga obat disesuaikan saja, kan ada kalanya harga obat naik juga, " kata dia.

Mengenai inovasi, Apotek F21 ini tidak hanya sekadar menjual obat tapi juga membuka layanan tambahan seperti pengecekan kadar kolesterol, cek gula darah, asam urat, hemoglobin dengan harga yang lebih murah daripada di laboratorium atau rumah sakit. Selain itu ada juga cek tensi gratis. Dalam waktu dekat, Apotek F21 juga akan membuka layanan bekam. "Kita sudah kerjasama dengan Asosiasi Bekam Indonesia untuk mendapat tenaga ahli bekam," kata dia.

Lukman menargetkan akan menambah satu hingga dua mitra sampai dengan akhir tahun ini. Dia bilang, minimal setiap tahun harus ada penambahan satu mitra usaha.              

Konsultan Waralaba Proverb, Erwin Halim menilai, kesuksesan bisnis kemitraan apotek dipengaruhi dua faktor. Pertama, pengalaman mereka memulai bisnis dan kekuatan brand. Potensi pasar bisnis ini masih cukup besar meski banyak pemainnya. Bila ingin terus bertahan di tengah-tengah ketatnya persaingan, para pemilik waralaba harus banyak melakukan strategi promosi untuk menguatkan brand mereka.

Salah satu cara yang dapat dilakukan seperti memberikan pengobatan massal, uji laboratorium gratis, ikut dalam acara talkshow di radio dan lain-lain. Selain itu, kelengkapan fasilitas dan jenis obat yang dijual juga mempengaruhi perjalanan bisnis ini. Tapi yang terpenting adalah lokasi apotek, sebab hal ini sangat mempengaruhi jumlah konsumen yang datang.

Erwin mengatakan, risiko kegagalan berbisnis apotek memang sangat tinggi. Sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan oleh pemilik waralaba dan mitra. Kendala yang sering terjadi di bisnis ini adalah sulit mencari sumber daya manusia (SDM) yang menguasai bidang obat-obatan. "Saat ini sekolah menengah apoteker sedikit, padahal kebutuhan dunia industrinya masih sangat besar," katanya.

Untuk mitra yang tertarik dibisnis ini ada baiknya memperhatikan pengalaman bisnis dan kinerja pusat. Sedangkan, untuk pengusaha bisnis apotek yang akan membuka peluang kemitraan ada baiknya menyiapkan tim manajemen yang solid dan membuka tiga cabang sebagai percontohan. "Ada baiknya mereka baru menawarkan kemitraan saat sudah lima tahun," tandas Erwin.       

   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×