kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjahit laba dari pesanan jilbab milik pedagang


Senin, 07 November 2011 / 13:54 WIB
Menjahit laba dari pesanan jilbab milik pedagang


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Semaraknya dagangan jilbab tak hanya mendatangkan berkah bagi pedagang jilbab. Pebisnis maklon atau pihak ketiga yang menerima pesanan jilbab juga kecipratan laba. Dari jasa menjahit jilbab itu saja, penyedia jasa maklon itu bisa beromzet ratusan juta rupiah.

Tingginya permintaan jilbab membuat pedagang kesulitan untuk menambah pasokan. Agar jilbab tetap tersedia, tak jarang pedagang berusaha memesan jilbab kepada pihak ketiga. Cara memesan kepada pihak ketiga itu inilah yang dikenal dengan bisnis maklon.

Kehadiran jasa maklon jilbab berkembang karena menawarkan kemudahan. Pedagang yang ingin membuat jilbab tak perlu repot mengurus produksi sendiri. "Pedagang cukup bawa contoh desain, setelah itu kami yang menjahit," kata Rahmat, salah satu pemilik maklon jilbab di Ciamis, Jawa Barat.

Dengan nama usaha Ciamis Busana, Rahmat sudah menawarkan jasa maklon jilbab sejak 1998. Ia menawarkan jasa maklon jilbab karena tertarik dengan potensi pasar jilbab di Tanah Air.

Dalam menjalankan bisnisnya, selain menerima jasa menjahit jilbab, Rahmat juga tak menampik bila ada yang ingin memasang aksesori jilbab seperti payet, renda, dan aksesori lain. "Pelanggan saya kebanyakan pedagang jilbab di Mangga Dua dan Tanah Abang," jelas Rahmat.

Tidak hanya pedagang yang menggunakan jasa maklon jilbab Rahmat. Ia mengaku juga memiliki pelanggan yang merupakan produsen pakaian muslimah ternama. Sayangnya, Rahmat enggan menyebut nama merek itu. "Mereka membawa desain sendiri, saya tinggal bikin," jelas Rahmat.

Tarif jasa maklon itu beragam. Untuk jasa menjahit jilbab tarifnya antara Rp 6.000 hingga Rp 12.000 per potong, tergantung desain. Untuk pemasangan payet dan aksesori, tarifnya Rp 20.000 hingga Rp 80.000 per potong. "Semakin banyak payet, semakin mahal tarifnya," terang Rahmat yang memiliki 50 karyawan itu.

Berkat bisnis maklon itu saban bulan Rahmat mampu mengantongi omzet Rp 170 juta. Omzet berasal dari pembuatan jilbab atau pemasangan payet sebanyak 40 kodi (20 potong) sampai 50 kodi per pekan.

Berbeda dengan Rahmat yang membanderol tarif jasa maklon per potong. Dewi Yuliana, pengusaha maklon jilbab dari Gresik, Jawa Timur, menawarkan jasa maklon dengan tarif per kodi. Tarif jasa mulai Rp 450.000 sampai Rp 700.000 per kodi. "Tergantung ukuran dan model," terang Dewi.

Ia memberi contoh, untuk tarif membuat jilbab ukuran panjang tarif jasanya Rp 600.000 per kodi. Untuk membuat jilbab aksen yang lebih rumit tarifnya Rp 650.000 per kodi. "Kalau pemasangan payet atau aksesori tarifnya Rp 450.000 per kodi," kata Dewi.

Dari usaha yang telah dimulai sejak 1980-an, dalam sebulan Dewi bisa meraup omzet hingga Rp 120 juta. Namun, Dewi hanya mau menerima pesanan jilbab minimal 10 kodi. Kebanyakan pelanggan Dewi datang dari Jawa saja. "Terbanyak pedagang di Pasar Turi, Surabaya," kata Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×