Reporter: Noverius Laoli, Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
Aneka produk tas, dompet, dan tempat tisu yang terbuat dari bahan kain atau kulit mungkin sudah biasa. Tapi, tas, dompet, dan tempat tisu terbuat dari bungkus kopi sachet mungkin belum banyak ditemukan di pasaran.
Kendati terbuat dari sampah, produk yang dihasilkan tak kalah menarik. Bahkan, corak yang dihasilkan dari kemasan kopi menambah unik produk ini.
Salah seorang perajin tas, dompet, dan tempat tisu dari bungkus kopi adalah Nani Rohaeni. Wanita asal Bandung, Jawa Barat ini menggeluti usaha ini sejak dua tahun silam. "Awalnya iseng saja, tapi karena permintaan banyak akhirnya keterusan," kata Nani.
Tidak hanya dapat mengurangi limbah dan sampah, usaha yang ditekuninya ini juga menjanjikan keuntungan lumayan. Dalam sebulan, ia bisa memproduksi sekitar 100 buah tas, dompet, dan tempat tisu. Omzet yang Nani kantongi mencapai sekitar Rp 10 juta, dengan laba bersih 50%.
Harga jual produknya sendiri cukup bervariasi. Untuk produk tas dibanderol mulai Rp 100.000 - Rp 200.000 per buah. Sementara dompet dihargai Rp 25.000 - Rp 50.000, dan tempat tisu dijual mulai Rp 100.000 - Rp 150.000 per buah. "Motif tiap produk sangat menentukan harga," jelas Nani.
Aneka tas, dompet dan tempat tisu yang Nani buat sebagian besar terbuat dari bungkus kopi merek Kapal Api. Menurutnya, bungkus kopi Kapal Api cukup baik jika dijahit menjadi tas karena lebih gampang menyulamnya. Apalagi bungkus kopi lebih ringan dan tak perlu banyak tambahan corak lagi. "Sebab corak bungkus kopi sudah banyak dan bagus-bagus," jelasnya.
Menurut Nani, proses pembuatan tas dari bungkus kopi membutuhkan waktu sekitar satu hari. Pembuatannya dijahit dengan menggunakan benang yang kuat, sehingga tidak mudah putus. "Kami juga tidak butuh perekat lagi untuk menguatkan ikatan antarbungkus kopi," paparnya.
Perajin lain yang memanfaatkan limbah bungkus kopi adalah Yayah di Cililin, Bandung. Ibu dari tujuh orang anak ini awalnya melihat prakarya sang anak. "Waktu itu anak saya diminta membuat prakarya tas dari barang bekas," ujar Yayah.
Setelah prakarya itu selesai dibuat, banyak yang menyukai dan mau menggunakan tas tersebut. Akhirnya sejak 2011, ia pun mulai serius menekuni usaha pembuatan tas dari bungkus kopi.
Dalam sebulan, Yayah kini mampu memproduksi 30-50 tas berbahan dasar bungkus kopi. Produk tasnya dibanderol Rp 40.000. Selain tas, ia juga memproduksi dompet wanita dengan harga jual Rp 20.000 per buah. Dari usaha ini, omzetnya mencapai sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan.
Ke depan, Yayah berharap produk tasnya makin dikenal luas di pasaran. Ia juga ingin membesarkan usahanya ini. "Tetapi saat ini modalnya belum cukup," ujar Yayah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News