kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjahit untung dari buku mainan buat si kecil


Senin, 18 Juli 2016 / 16:12 WIB
Menjahit untung dari buku mainan buat si kecil


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: S.S. Kurniawan

Kemajuan zaman yang pesat ikut memengaruhi perkembangan anak. Konon paparan gawai dan media elektronik turut memperlambat perkembangan motorik dan daya kreativitas anak.

Sebagian anak menjadi kurang responsif, telat bicara, dan sederet permasalahan tumbuh kembang lainnya. Tentu para orangtua tidak mengharapkan kondisi buah hati yang demikian.

Kesadaran orangtua untuk memberikan mainan anak yang edukatif semakin membaik di tengah banyaknya jenis dan ragam mainan anak. Nah, kebutuhan ini mendorong penggunaan mainan edukatif, antara lain busy book.

Sesuai sebutannya, buku ini kabarnya bisa membuat anak-anak tetap sibuk dan tidak rewel. Dengan begitu orangtua tetap leluasa beraktivitas bersama sang anak.

Pada umumnya, busy book berisi mainan stimulasi. Misalnya, mencocokkan bentuk segitiga, belajar mengikat sepatu, atau memasang kancing baju.

Untuk anak perempuan, busy book biasanya berisi latihan menjahit. Cara memainkannya, dalam halaman buku yang berbahan kain flanel terdapat beberapa lubang, anak-anak bisa memasukkan benang atau tali ke lubang tersebut.

Model busy book lainnya, berisi simulasi memberi makan satwa. Bentuk muka satwa ini di bagian mulutnya diberi resleting. Nantinya, anak bisa masukkan kain flanel sebagai makanannya.

Di jagat maya, produk busy book atau quite book sudah lama diperkenalkan. Sejumlah e-commerce luar negeri banyak yang menjajakan produk serupa.

Di Amazon.com, ambil contoh, ada beberapa penjual yang menawarkan busy book. Meski demikian, masih terbilang sulit menemukan produk sejenis di pasar Indonesia kala itu.

Peluang inilah yang kemudian ditangkap Dwi Asih Andarwati. Dia memproduksi busy book berbahan dasar kain flanel.

Asih, begitu panggilannya, adalah produsen kerajinan tangan berbahan flanel sejak 2012. Sebelum membuat busy book, Asih fokus menggarap sampul toples, bungkus kotak tisu, dan tas anak-anak.

Lewat label usaha Hayyu Flanel, Asih memperkenalkan busy book pada Oktober 2015. “Quite book dari bahan kain sudah lama ada di luar negeri. Biasanya untuk anak usia enam bulan sampai 12 bulan. Tapi harganya lumayan mahal bisa US$15 per lembar. Padahal desainnya sangat simpel,” kata Asih.

Oleh sebab itu dia merancang busy book untuk anak-anak usia 3 tahun–6 tahun. Berbekal riset sederhana dengan saudaranya yang kebetulan berprofesi sebagai guru Taman Kanak-Kanak (TK), Asih menyusun beberapa materi kreativitas anak ke dalam 10 halaman busy book buatannya.

Ternyata, respon pasar cukup baik. Produk busy book Hayyu Flanel diminati pasar. Berawal dari ikut bazar di sekolah-sekolah daerah asalnya, Batu Malang, Jawa Timur, produknya makin dikenal luas.

Meski cepat dikenal, bukan berarti gampang menjual busy book. Asih bilang, harga menentukan tingkat penjualan buku ini.

Makanya, meski membuat satu buah busy book ini butuh waktu sekitar empat sampai lima hari, Asih tak bisa mematok harga tinggi-tinggi. “Harga Rp 175.000 sudah dianggap mahal untuk sebagian orang. Suatu waktu saya ikut bazar, ada anak yang mau tapi orangtuanya enggak membelikan karena dianggap mahal,” keluhnya.

Setali tiga uang dengan Desti Annisa, pemilik usaha Ailani Busy Book terpaksa menurunkan harga dari Rp 200.000 menjadi Rp 135.000. Desti, berujar, awalnya mematok harga tinggi lantaran proses pembuatan sebuah busy book memakan waktu hingga dua pekan.

Kemudian, dengan perbaikan sistem produksi, Desti bisa memangkas harga. “Di harga Rp 135.000 ini jadi lebih banyak yang pesan,” akunya.

Desti yang menjual produk berlabel Ailani Busy Book sejak enam bulan lalu ini, sekarang mampu memproduksi sekitar 30 busy book–50 busy book per bulan.

Bahkan dengan harga segitu, dia bisa menerima pesanan reseller sekitar 20 buku–30 buku saban bulan. “Kami sudah punya reseller di Australia dan Singapura,” sebutnya.

Modal kreativitas

Tak bisa dipungkiri, modal untuk membuat usaha ini terbilang sangat kecil. Biaya produksi busy book berbahan dasar kain flanel hanya berkisar Rp 35.000–Rp 45.000. Padahal, rata-rata produsen menjual produknya di harga ratusan ribu.

Kenapa bisa mahal? Itu tidak terlepas dari nilai kreativitas produsen menjadi modal utama dalam usaha tersebut.

Untuk itu, Asih tak pernah membuat busy book dengan motif dan desain yang sama. Agar pasar tak jenuh dengan produknya, Asih membuat banyak varian.

Selain membedakan desain untuk anak lelaki dan perempuan, modelnya dibuat berbeda. Misalnya, mainan puzzle. “Untuk anak laki-laki, bisa mobil atau saya ganti dengan pesawat,” katanya.

Selain memproduksi busy book standar untuk usia 3–6 tahun, Asih juga menerima pesanan sesuai permintaan konsumen. Beberapa waktu lalu, dia menerima pesanan untuk anak lumpuh yang perlu latihan motorik saban hari.

Desain dan aktivitas dalam setiap lembar buku pun diatur sesuai kebutuhannya. Asih mematok harga per lembar Rp 17.500 hingga Rp 20.000 untuk produk pesanan khusus ini, tergantung tingkat kerumitan permainannya.

Begitu juga dengan Desti, mengingat persaingan usaha busy book makin riuh, dan sifat produk mudah diduplikasi, dia mengakalinya dengan menerima pesanan sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen.

Produk bikinan Desti berisi delapan jenis permainan. Tapi, Desti menyediakan sebanyak 20 jenis permainan dan konsumen bebas memilih.

Selain kreativitas, produsen busy book harus memperhatikan ketahanan produk dan pemilihan material. Busy book dirancang untuk anak-anak yang masih hobi menarik, menyobek atau melempar benda.

Misalnya, pemilihan bahan kain flanel dari kualitas satu sampai kualitas tiga. Biasanya kualitas satu memiliki ketebalan yang baik dan tak mudah rusak jika ditarik anak-anak. Selain pemilihan bahan, proses produksi pun menjadi hal penting agar produk lebih kuat.

Jika Anda tertarik terjun ke usaha ini, ada dua cara membuat busy book.

Pertama, memproduksi busy book dengan metode jahit secara utuh.

Kedua, campuran dengan metode tempel menggunakan lem.

Tentu saja masing-masing ada plus minusnya. Dengan sistem jahit, produk akan lebih kuat dan kokoh tapi waktu produksi lebih lama.

Sedangkan teknik lem bisa memangkas waktu pengerjaan sehingga produk yang dibuat lebih banyak. Tapi kelemahan metode lem ini adalah ketahanannya yang rendah.

Makanya, busy book produksi Hayyu Flanel lebih awet karena pembuatannya dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit dan sebagian manual tangan. Cuma, kapasitas produksi menjadi terbatas sehingga dalam sebulan Asih hanya bisa memenuhi pesanan sebanyak 10–15  busy book.

Berbeda dengan Desti yang mengombinasikan sistem jahit dan lem. Ia mampu melayani pesanan lebih banyak yakni 30–50 busy book dalam sebulan. 

Sejatinya booming permainan busy book ini tak hanya dinikmati Desti dan Asih yang mengandalkan bahan kain flanel. Dua sekawan Olivia Nathania dan Tresita Pattinasarany juga kebanjiran pesanan sejak tahun lalu.

Nia memperkenalkan produk dengan nama Ilokids pada Maret 2015. Pemesan awal datang dari kenalan dan relasi mereka berdua. Sambil berjalan, dua sekawan ini mendapat masukan dari pembeli.

Lain dengan produk milik Asih dan Desti, Nia dan Tresita menggunakan bahan art carton. Sayangnya, bahan ini mudah rusak jika terkena air.

Tak ayal, selama tiga sampai enam bulan, Nia dan Cita, panggilan Tresita memutar otak mencari cara agar produknya tahan air.  Akhirnya lembar per lembar busy book dilaminating sehingga tidak mudah basah.

Menggunakan karton sebagai bahan baku utama, memungkinkan Ilokids memproduksi busy book secara massal di percetakan. Biar begitu, Nia masih memberikan sentuhan craft menggunakan kain flanel dengan unsur kreativitas dan permainan di dalam bukunya.

Nia menyebutkan, bersama tiga orang tenaga penjahit, setiap bulan bisa melayani pesanan sebanyak 200 sampai 300 busy book. Dengan harga Rp 290.000 per buku, setidaknya dua sekawan ini sekarang bisa mengantongi omzet Rp 58 juta–Rp 87 juta per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×