Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri
Akhir tahun 2014 menjadi momen kelam bagi para pedagang kain batik maupun pedagang berbagai jenis pakaian lainnya di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Betapa tidak, ketika banyak orang dengan sukacita menyongsong pergantian tahun baru 2015, para pedagang di sini harus menerima kenyataan seluruh dagangan mereka habis terlalap api.
Kebakaran yang terjadi pada malam hari tanggal 27 Desember 2014 lalu tersebut berhasil meluluhlantakkan pasar tekstil terbesar di Solo itu. Saat KONTAN menyambangi Pasar Klewer akhir minggu lalu, masih terlihat sejumlah Satpol PP berjaga-jaga di sekitar pasar. Di sejumlah bagian pasar juga masih dibatasi dengan garis polisi.
Bahkan, sebagian Jalan Dr. Radjiman masih diberi pembatas besi agar masyarakat tidak mendekati lokasi kebakaran di pasar yang menjadi pusat wisata Kota Solo ini. Api menghanguskan sekitar 1.600 kios di sisi barat pasar. Total kerugian akibat kebaran ini ditaksir hampir mencapai Rp 10 triliun.
Lokasi berjualan para pedagang Pasar Klewer kini sementara dipindahkan ke pasar darurat yang berlokasi di Alun-alun utara dan selatan Keraton Surakarta. Alun-alun utara merupakan tempat parkir Keraton. Sebagian pedagang juga menempati beberapa lokasi lainnya seperti Coyudan Plaza, dan juga di area Benteng Vastenburg.
Siti Muchtarom, pedagang celana jins yang sudah berdagang 30 tahun di Pasar Klewer, mengaku kehilangan lima kios dalam kebakaran tersebut. Semua persediaan barang dagangan yang disimpan di dalam kios habis terlalap si jago merah. "Saya mengalami kerugian hingga Rp 2 miliar karena tidak ada barang yang tersisa," ujarnya.
Saat ini Siti menempati pasar darurat di Coyudan Plaza. Lokasi ini sekitar 100 meter (m) di belakang Pasar Klewer. Sudah hampir tiga minggu berlalu sejak kebakaran terjadi, hingga kini dia mengaku belum mendapatkan bantuan apapun baik dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ataupun dari DPRD.
Dia juga mengeluhkan jika berjualan di Coyudan Plaza tidak seramai berjualan di Pasar Klewer. "Padahal dulu kalau di Pasar Klewer, saya menghasilkan omzet sebesar Rp 50 juta sampai 70 juta sebulan," kata Siti.
Adapun Kastono, pedagang kain dan pakaian batik yang berjualan di Pasar Klewer sejak puluhan tahun silam ini juga mengaku mengalami kerugian hingga Rp 300 juta. Saat KONTAN temui di pasar darurat di Alun-alun Utara Keraton, Kastono bercerita sejauh ini dia tidak dimintai uang sewa oleh Pemkot.
Kastono hanya harus membayar uang keamanan dan kebersihan saja. Kastono bilang, ada beberapa pedagang yang tidak mendapat tempat lantas berjualan langsung di mobil pikap mereka.
Sementara, para pedagang yang menempati Pasar Klewer sisi timur yang tidak terbakar, tenyata juga mengalami dampaknya. Aliyah Nuraini, pedagang pakaian bayi ini berjualan tanpa ada penerangan di kiosnya lantaran aliran listrik masih terputus. Sehingga, dia hanya berjualan sampai jam 4 sore.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News