Reporter: Revi Yohana, Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
Makanan khas Jepang seperti shabu-shabu kian diminati di Indonesia. Itu juga yang mendorong Shabu Auce menawarkan kemitraan dengan paket investasi Rp 2,5 miliar. Estimasi omzet mitra Rp 200 juta per bulan. Dengan laba 30%, mitra bisa balik modal dalam tiga setengah tahun.
Masakan khas Jepang semakin mendapat tempat di Indonesia. Salah satunya, shabu-shabu. Jadi jangan heran, kalau gerai makanan khas Jepang yang mengusung shabu-shabu sebagai menu utama kini semakin banyak.
Ambil contoh, Shabu Auce di Semarang, Jawa Tengah. Shabu Auce mulai beroperasi sejak 2009. Setahun berselang, gerai shabu-shabu ini menawarkan kemitraan.
Restoran ini menyediakan empat pilihan rasa kuah shabu-shabu, yakni chicken, beef, tomyam dan sukiyaki. "Sausnya juga ada empat pilihan rasa," kata Franchise Manager and Operation Auce Shabu, Budiyanto.
Asal tahu saja, shabu-shabu merupakan makanan yang terdiri dari irisan tipis daging sapi. Irisan daging itu dicelupkan ke dalam panci khusus berisi kuah yang ditaruh di atas meja makan.
Di dalam panci biasanya juga dimasukkan sayur-sayuran, tahu, atau kuzukiri. Sebelum disantap, irisan daging ini diberi saus terlebih dahulu.
Budiyanto bilang, restorannya mengusung konsep all you can eat atau makan sepuasnya untuk sekali kedatangan. Tarif all you can eat-nya dibanderol Rp 80.850.
Selain shabu-shabu, pengunjung juga bisa menikmati menu lain, seperti camilan, es krim, buah, dan aneka minuman. Semuanya sudah termasuk paket all you can eat. "Sekali display, kami bisa menyajikan 100 menu termasuk minuman," kata Budiyanto.
Bila tidak habis, pengunjung tidak dikenakan charge seperti kebanyakan resstoran all you can eat lain. Kelebihan lain, kata Budiyanto, setiap orang akan mendapatkan satu kompor di atas meja. "Beda dengan yang lain yang biasanya satu meja satu kompor," ujarnya.
Dalam kemitraan ini, Shabu Auce menawarkan paket investasi senilai Rp 2,5 miliar untuk masa kerjasama selama lima tahun. Mitra akan mendapatkan seluruh perlengkapan, mulai dari interior restoran, furniture dan perlengkapan masak.
Selain menyiapkan duit Rp 2,5 miliar, mitra juga harus menyediakan tempat dengan luas minimal 200 meter persegi. Budiyanto menargetkan, perolehan omzet mitra mencapai Rp 200 juta per bulan, dengan laba bersih 30% .
Setelah dipotong royalty fee 8% dari omzet per bulan, mitra diperkirakan bisa balik modal dalam waktu tiga setengah tahun. Khoerussalim Ikhsan, pengamat waralaba dari Entrepreneur College menilai, peluang bisnis makanan Jepang masih lumayan menjanjikan di Indonesia. Pun begitu, peluang mengembangkan usaha lewat jalur waralaba.
Namun, paket investasi yang ditawarkan harus disesuaikan juga dengan brand produk yang dijual. Ia menilai, tawaran paket investasi Rp 2,5 miliar dari Shabu Auce terlampau mahal. "Investasi ini terlalu mahal untuk membeli produk yang brand-nya belum setenar McDonald's atau KFC," ujarnya.
Ia juga menganjurkan pemain yang brand-nya belum begitu kuat untuk membuka cabang di kota lain dengan menggunakan modal sendiri terlebih dahulu. Gerai percontohan ini penting sebagai acuan bagi calon mitra. Saat ini, gerai Shabu Auce sendiri baru ada satu di Semarang.
Shabu Acue Jln. Gajahmada No. 102-104 Semarang, Jawa Tengah (024) 3581472
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News