kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.220   8,00   0,05%
  • IDX 6.864   -14,20   -0,21%
  • KOMPAS100 999   -3,10   -0,31%
  • LQ45 763   -2,26   -0,29%
  • ISSI 226   -0,55   -0,24%
  • IDX30 393   -1,27   -0,32%
  • IDXHIDIV20 454   -1,69   -0,37%
  • IDX80 112   -0,33   -0,30%
  • IDXV30 114   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 127   -0,65   -0,51%

MENJARING PELANGGAN DARI PASAR CIPUTAT


Rabu, 31 Maret 2010 / 19:31 WIB
MENJARING PELANGGAN DARI PASAR CIPUTAT


Sumber: | Editor: Dikky Setiawan

PESATNYA pertumbuhan penduduk di Kota Jakarta, membuat kawasan di satelit Ibukota menjadi daerah pemukiman favorit bagi warga yang tidak kebagian lahan tempat tinggal di jantung kota.

Daerah perbatasan antara Kotamadya Jakarta Selatan dan Provinsi Banten adalah wilayah yang paling diincar. Wajar, jika kompleks perumahan banyak bermunculan di sekitar kawasan Ciputat, Bintaro, Pamulang, Sawangan, dan Serpong.

Seiring maraknya perumahan di kawasan itu, sentra penjualan alat-alat kebutuhan rumah tangga pun bermunculan. Salah satunya, sentra furnitur yang berada di Jalan Ciputat Raya, Tangerang.

Untuk mencapai daerah ini sebenarnya cukup mudah. Jika Anda menggunakan kendaraan dari arah Pondok Indah atau Jl.TB Simatupang, Jakarta Selatan, arahkan kendaraan Anda ke terminal Lebak Bulus. Dari Lebak Bulus, Anda tinggal lurus saja melewati jalan underpass yang berada setelah terminal menuju arah ke Ciputat.

Setelah melewati underpass tadi, arahkan kendaraan Anda ke pasar Ciputat. Nah, sentra perabotan ini letaknya persis di sisi jalan layang Ciputat. Di sini, berjejer sekitar 20 toko mebel.

Salah satu toko mebel yang ada di sentra ini adalah Alex Furniture. Toko ini sudah ada sejak 21 tahun lalu dan menjadi toko yang paling lama berdiri. Suyanto, Kepala Cabang Alex Furniture, berkisah, awalnya toko tersebut bernama Arinda Furniture. Ini sebelum terjadi pergantian pemilik.

Meski mengaku baru bertugas selama enam tahun di toko tersebut, Suyanto cukup fasih menceritakan sejarah sentra mebel di kawasan tersebut.

Menurut Yanto, kawasan Ciputat sudah dijamuri oleh toko-toko mebel sejak dekade 1980-an. Awalnya, kata dia, Pasar Ciputat hanyalah sebuah pasar tradisional biasa. Tapi banyak orang yang membaca peluang bisnis di sini.

Para pemilik toko menilai, selain berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari, para pengunjung pasar juga perlu membeli perabotan rumahtangga.

Alasan inilah yang membuat banyak toko mebel bermunculan. "Pelanggan toko kami rata-rata berdomisili di daerah Ciputat dan sekitarnya," kata Suyanto.

Toko mebel lainnya adalah Murah Jaya 2. Dedy, pemilik toko mebel Murah Jaya, mengatakan, tokonya telah berdiri sejak 15 tahun lalu. Sementara toko Murah Jaya 1 yang terletak di seberang toko keduanya, sudah berdiri selama 20 tahun.

Di tokonya, Dedy menjual beraneka mebel, seperti lemari, rak, kursi dan lain-lain. Sesuai dengan namanya, toko Murah Jaya menyasar kalangan menengah ke bawah. "Pelanggan kami justru kebanyakan warga yang bertempat tinggal bukan di perumahan," kata Dedy.

Meski toko mebel di bilangan Ciputat ini sudah cukup rapat, masih saja ada pendatang baru yang mencoba peruntungan serupa di sana. Salah satunya, Mossel Furni Source yang baru beroperasi selama tujuh bulan. Mossel yang bergaya lebih m-odern ini mendapat pasokan berbagai merek mebel ternama, yang labelnya terpampang di bagian muka toko tersebut.

Menurut Uminah, staf marketing Mossel, meski usia toko tersebut masih muda, sejauh ini sambutan dari konsumen cukup baik.

Gelar Ciputat Fair agar Bisnis Tetap Bergulir

Pembangunan memang seperti pisau bermata dua. Pertumbuhan perumahan membuat bisnis mebel meningkat. Namun pembangunan juga merugikan usaha.

Suyanto mengatakan, kehadiran flyover Ciputat membuat toko Alex Furniture mengalami penurunan pengunjung maupun omzet. Sang kepala toko ini bilang, sebelum ada flyover, omzet tokonya bisa lebih dari Rp 200 juta per bulan. Tapi kini, omzet tokonya hanya berkisar Rp 190 juta sebulan.

Dedy, pemilik dua toko Murah Jaya, juga menuturkan, dua tahun terakhir ini penjualan di kedua tokonya turun. Tapi dia tak tergoda berganti usaha lantaran dirinya sudah lama menggeluti bisnis di lokasi ini.

Suyanto menimpali, berjualan di kawasan sentra mebel itu tergolong enak, karena mudah mencari pangsa pasar. Meski tidak ada asosiasi yang mengatur para pedagang mebel di kawasan ini, namun persaingan usaha mereka tergolong sehat.

Suyanto dan Dedy pun merasa tidak ada kendala serius dalam menjalankan usaha mereka sehari-hari. Meskipun terkadang ada preman atau pengamen, namun menurut mereka hal itu lazim mengingat lokasi mereka yang dekat pasar.

Sedikit berbeda, para penjual mebel antik mengatakan bisnis mereka terkendala berkurangnya pasokan kayu jati yang menjadi bahan dasar produk mereka. Masalah lainnya adalah sulitnya mempromosikan barang dagangan. Untuk kedua hal ini mereka banyak mengharapkan dukungan dari pemerintah.

Budi Santosa, pemilik Budi Galeri dan Ciputat Art Gallery mengatakan, banyak orang asing yang menguasai pabrik-pabrik di Jepara. Mereka mempekerjakan perajin Jepara untuk memproduksi mebel-mebel kayu. Namun, bahan dasarnya bukan kayu jati lagi, melainkan kayu-kayu jenis lain yang lebih mudah ditemukan.

Budi juga mengeluhkan mahalnya biaya bagi perajin mebel yang ingin mengikuti pameran-pameran. Di sisi lain, para perajin dan sekaligus penjual mebel ini juga kesulitan bekerjasama dengan bank. "Jangankan untuk mendapatkan pinjaman, untuk meminta mesin pembaca kartu kredit saja sulit karena frekuensi transaksi yang tergolong sepi," kata Budi.

Budi juga mempertanyakan alasan Pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak mempromosikan daerah Ciputat sebagai ikon perabotan antik dan ukiran Jepara.

Untuk mengantisipasi sepinya pembeli, Budi mengadakan Ciputat Fair. Selama sebulan, para pedagang mebel kayu ini akan memberikan diskon hingga 70% dalam upaya menarik para pembeli. Ajang Ciputat Fair ini akan berlangsung 28 Maret 2010 nanti.

Sementara Kun Kamari dari Galeri 59 mengatakan, kini mereka hanya bisa mengandalkan pelanggan reguler untuk menutupi biaya operasional rutin per bulan. Selain itu, mereka kadang juga menyewakan mebel untuk keperluan dekorasi pada acara-acara semacam peluncuran produk.

Galeri 59 juga menyiasati keadaaan dengan mengurangi produksi mebel baru, kecuali untuk pesananpesanan khusus. Karena, persediaan yang harus mereka habiskan juga masih banyak. Apalagi mebel juga tidak akan busuk bila disimpan dalam waktu lama.

Meski tipe mebel yang mereka jual berbeda, Suyanto mengatakan hal yang serupa,"Enaknya berjualan furniture adalah barangnya tidak akan busuk bila disimpan," katanya.

Dia membenarkan bahwa tren mebel itu setiap tiga bulan berubah. Namun pangsa pasar menengah ke bawah yang mereka bidik tidak terlalu mementingkan model, yang penting fungsional dan harganya terjangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×