Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi
Tak hanya pemilik biro perjalanan yang senang menjelang libur akhir tahun. Pengusaha oleh-oleh khas daerah pun turut girang karena omzet mereka lazimnya berlipat. Begitu halnya pengusaha oleh-oleh khas Yogyakarta, mereka berharap mendulang omzet besar usai letusan Gunung Merapi.
Sudah menjadi tradisi setiap kali bepergian ke luar kota, Anda akan membawa buah tangan untuk sanak keluarga atau pun teman. Dan, makanan khas daerah atau kota tujuan bisa menjadi satu pilihan oleh-oleh yang tak terlupakan.
Menjelang liburan akhir tahun seperti saat ini, para pengusaha oleh-oleh pun bersiap untuk kebanjiran pelanggan. Maklum, arus wisatawan lokal atau domestik akan meningkat pesat di masa liburan.
Andre Laksono, pemilik cemilan.com, bilang, ia biasa menikmati lonjakan omzet sekitar 20% pada saat libur sekolah, hari raya, dan tahun baru. Tiap bulan, Andre, yang menjual aneka oleh-oleh khas Yogyakarta sejak delapan tahun lalu, rutin mengantongi omzet Rp 20 juta.
Di gerai online miliknya, produk unggulan yang paling diminati konsumen adalah, keripik ceker, keripik belut, keripik paru, dan serundeng. Ia mendapatkan pelbagai camilan yang bisa bertahan tiga hingga empat bulan ini dari para perajin lokal.
Andre juga memasok produknya ke toko-toko oleh-oleh di Yogyakarta. Sekitar 90% pembelinya adalah reseller. Sisanya, merupakan pembeli end user.
Produk-produk tersebut dijual dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 25.000. Dari situ, Andre memperoleh margin hingga 10%.
Lain halnya dengan Bakpia Pathuk 75 yang tokonya berada di kawasan Pathuk, Yogyakarta. Seperti namanya, mereka punya spesialisasi sebagai pembuat sekaligus penjual bakpia. Namun, mereka juga menjual makanan khas Yogyakarta lainnya, semisal yangko, geplak, dan getuk.
Meski begitu, pembelian terbanyak bakpia isi kacang hijau. Dengan isi 20 buah, harga bakpia ini Rp 25.000 per boks. Bakpia Pathuk 75 juga sudah tersebar di puluhan agen dan toko oleh-oleh di sejumlah daerah, tak hanya Yogyakarta.
Menurut Tisa, karyawan Bakpia Pathuk 75, per hari terjual sekitar 300 hingga 500 kotak bakpia. Omzetnya, berkisar Rp 12 juta. Pada musim liburan panjang seperti akhi tahun, jumlah penjualan bisa meningkat hingga 1.000 kotak.
Hidup matinya bisnis oleh-oleh memang sangat bergantung pada wisatawan. Oleh karena itu, bencana letusan Gunung Merapi beberapa waktu lalu sangat memukul industri ini.
Andre mengatakan, omzetnya waktu itu merosot hingga 60%. "Jumlah wisata-wan menurun drastis. Makanya, banyak toko yang biasa mengambil produk ke saya mengurangi jumlah, takut basi," ujarnya.
Sementara, Tisa mengungkapkan, omzet gerainya turun 20%. "Maklum, mayoritas pembeli di sini turis lokal," kata dia.
Namun, Bakpia Pathuk 75 cukup beruntung dengan keberadaan agen yang tersebar di pelbagai kota. Agen inilah yang menjadi penopang penjualan sehingga omzet tak terlalu ambruk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News