kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.495   39,00   0,25%
  • IDX 7.740   5,14   0,07%
  • KOMPAS100 1.202   0,02   0,00%
  • LQ45 959   0,20   0,02%
  • ISSI 233   0,05   0,02%
  • IDX30 493   0,53   0,11%
  • IDXHIDIV20 592   0,91   0,15%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,28   0,20%
  • IDXQ30 164   0,03   0,02%

Menu restoran, bawal bintang mahal di pasar (1)


Selasa, 04 Desember 2012 / 13:02 WIB
Menu restoran, bawal bintang mahal di pasar (1)
ILUSTRASI. SKD CPNS 2021 mulai dilaksanakan, berikut jadwal di berbagai kementerian


Sumber: Kontan 4/12/2012 | Editor: Havid Vebri

Bawal Bintang (Trachinotus blochii) merupakan salah satu jenis ikan bawal air laut yang saat ini tengah populer dan sangat diminati. Banyak restoran-restoran di kota besar menyajikan menu olahan bawal bintang.

Di restoran makanan Jepang, salah satu menu favorit olahan bawal bintang adalah sushi. Lantaran banyak peminatnya, budidaya bawal bintang menjanjikan peluang yang cukup menguntungkan.

Bawal bintang memiliki bentuk tubuh gepeng, agak membulat dengan ekor yang bercagak. Warnanya perak keabu-abuan sehingga kalau kena sinar matahari, ikan ini akan tampak berkilau. Sementara, sisiknya halus dan bertipe sisir atau ctenoid.

Budidaya bawal bintang merupakan hal yang baru di Indonesia. Upaya budidaya ikan asli Taiwan ini sudah dilakukan sejak 2002. Saat itu, Balai Budidaya Laut (BBL) Batam membeli benih bawal bintang buat diteliti dan dibudidayakan.

Setelah melalui penelitian yang cukup panjang, baru pada 2005, pembenihan ikan ini dilakukan di dalam negeri. Saat ini, sudah mulai banyak nelayan yang membudidayakan ikan dengan merek dagang Silver Pompano ini.

Salah satunya adalah Machsin (58) yang tinggal di Desa Pengawisan, Sekotong Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Machsin mulai membudidayakan bawal bintang sejak April lalu.

Awalnya, Machsin membeli 4.000 ekor benih bawal bintang dari BBL. Harga setiap ekor benih Rp 3.500 dengan ukuran 8 centimeter (cm) – 10 cm. Ia membudidayakan bawal bintang pada keramba yang terletak di laut, sekitar 800 meter (m) dari pinggir pantai Sekotong.

Ukuran keramba 16 meter persegi dengan mata jaring berukuran lima meter. Ikan ini baru bisa dipanen setelah enam bulan hingga tujuh bulan, dengan ukurannya mencapai 4 ons. “Kurang dari itu, tak ada yang mau beli,” kata Machsin saat ditemui KONTAN, November lalu.

Sekali panen, Machsin bisa meraup omzet Rp 45 juta. Ia menjual ikan itu pada pengepul di Lombok Barat. Oleh pengepul, ikan dijual ke restoran-restoran di Bali.

Pakan bawal bintang berupa pelet yang bisa dibeli seharga Rp 1.400 per kg. Selama empat bulan pertama budidaya, Machsin bisa menghabiskan 1 kuintal pakan. Namun, ketika usianya sudah empat bulan, 1 kuintal pakan ikan itu bisa habis dalam sehari.

Pembudidaya lainnya adalah Ibnu Hajar di Jakarta. Ia telah membudidayakan bawal bintang sejak 2008 di bawah bendera usaha CV Kaputi Lestari. Lokasi budidaya ada di Kepulauan Seribu, Jakarta.

Menurut Ibnu, budidaya ikan ini menguntungkan karena permintaannya tinggi. "Nilai jualnya juga lebih tinggi dari bawal lain," kata Ibnu yang mengantongi omzet Rp 300 juta per bulan.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×