Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bisnis kuliner tak pernah ada matinya. begitu kata banyak orang. Jumlahnya banyak dan jenisnya beraneka ragam. Bahkan, beberapa pengusaha menjalankan berbagai merek dagang kuliner dalam waktu yang bersamaan. Salah satunya Citarasa Selera Nusantara (CSN) Group.
CSN Group didirikan oleh Andri Anis dan Yasmar pada 2002. Ia mengawali bisnis kulinernya lewat berjualan serabi di Jalan Setiabudi, Bandung. Mendapat respon positif, Andri Anis dan Yasmar memutuskan membuka gerai baru dengan kuliner berbeda.
Kini, CSN Group telah bermarkas di Jakarta dan memiliki sembilan merek dagang yaitu, Batagor Ihsan, Soerabi Bandung Enhaii, Bubur Ayam Barito, Kawa Kopitiam, Bakso Rusuk, Ayam Penyet Jakarta, Soto Betawi Haji Amir, Bebek Goreng Pasundan dan Bakso Malang Enggal. Masing-masing merek menawarkan makanan seharga Rp 18.000 hingga Rp 22.000 per porsi.
Menurut Dian Badroen, Manajer Operasional CSN Group, seluruh merek tersebut telah terdaftar resmi sebagai merek dagang. Pada 2011, CSN Group menawarkan kemitraan dengan investasi untuk masing-masing gerai sebesar Rp 500 juta. Tak heran, jaringan CSN semakin meluas.
Kini CSN Group memiliki 25 gerai dari sembilan merek tersebut yang tersebar di Padang, Palembang, Jambi Medan, Pangkal Pinang dan sebagainya. “10 gerai punya CSN Group sendiri, 15 sisanya bermitra dengan investor. Semua dengan sistem titip kelola,” ujar Dian.
Melihat bisnisnya yang makin berkembang, CSN Group tidak lagi menawarkan kemitraan per gerai. Dalam beberapa bulan terakhir, CSN Group membuka konsep kemitraan baru yakni satu gerai terdapat empat merek dagang CSN Group sekaligus (4 in 1 outlet). Konsekuensinya mitra harus merogoh kocek lebih dalam yaitu senilai Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar per gerai.
Meski masih baru, CSN Group telah memiliki lima gerai dengan konsep 4 in 1 tadi yang berlokasi di Jakarta, Palembang, Jambi, Lampung dan Depok.
Sistem bagi hasil
Satu gerai 4 in 1 dipatok bisa menghasilkan omzet hingga Rp 700 juta per bulan dengan keuntungan bersih sekitar Rp 50%. Nah, dari keuntungan bersih ini, mitra bakal mendapat bagian 65% dan sisanya buat pusat. Mitra diharapkan bisa balik modal paling tidak dalam waktu dua tahun.
Levita Supit, Ketua Himpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), mengatakan kemitraan model tersebut sedang trend bagi pengusaha kuliner lokal. “Asalkan rasanya oke untuk lidah masyarakat, saya rasa aman-aman saja,” ujarnya.
Apalagi, CSN Group menyasar kalangan menengah maka bisnis mereka berpotensi membesar jika bisa menggaet lebih banyak investor. “Bisnis kuliner lokal, mayoritas tidak bergantung pada bahan baku impor,” ujar Levita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News