kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyambangi sentra buku legendaris, Kwitang (2)


Sabtu, 29 September 2018 / 06:15 WIB
Menyambangi sentra buku legendaris, Kwitang (2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski tak seramai dulu, sentra penjualan buku Kwitang, Senen, Jakarta Pusat tetap jadi andalan masyarakat di sekitar Jakarta untuk mencari buku. Harga buku-buku baru yang lebih murah jadi daya tariknya. Selain itu, buku-buku yang sudah tak dicetak, bahkan buku langka sekalipun bisa ditemukan di sentra ini. Termasuk majalah dan ensiklopedia.

Asril, salah satu pedagang mengatakan, kini sebagian besar pedagang pindah ke  beberapa lokasi seperti Atrium Senen, Tanah Abang, dan  Plaza Blok M. Sebab, ada penggusuran oleh  pemerintah kota pada 2007 lalu untuk menertibkan para pedagang yang sampai tumpah ke jalan. "Karena dulu di sini ada ratusan pedagang dan jualannya menutupi jalan raya. Sampahnya juga berserakan," jelas Asril.

Sebelum sebagian besar pedagang buku Kwitang dipindah, mereka diberi pilihan, ingin tetap berjualan di Kwitang tapi tidak boleh menutupi jalan atau pindah ke tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Asril pun mendapat tawaran pindah ke Tanah Abang, sebagai tempat relokasi pertama. "Katanya untuk sewa selama 6 bulan gratis. Nanti setelah 6 bulan baru bayar. Ternyata, saya dapat cerita dari pedagang yang pindah ke sana, di Tanah Abang sepi dan tidak laku. Meskipun gratis sewanya, kami juga butuh makan," katanya.

Kabar serupa juga diterima Apin, pedagang buku yang letak lapaknya bersebelahan dengan Asril. Ia juga mendapat banyak keluhan dari sejumlah pedagang yang pindah ke Tanah Abang, jika di sana sepi pembeli.

"Di sana sewa memang gratis, tapi sepi. Lalu mereka pindah lagi ke Blok M, di Blok M baru lumayan ramai," tuturnya.

Apin dan Asril adalah pedagang buku yang memanfaatkan trotoar sebagai lapak berjualan. Bermodalkan rak buku sederhana, mereka memajang buku-buku dagangannya. Beberapa orang yang melintas kadang mampir ke lapak mereka. Ada pula pengunjung yang sengaja mampir ke lapak mereka untuk mencari buku.

Ketika ada pembeli datang, dengan sigap Apin dan Asril mencari buku yang dimaksud. Keduanya langsung mencari buku yang dibutuhkan di deretan buku mereka. Kedua pedagang ini juga tidak segan menawarkan rekomendasi buku lain kepada pembeli.

Para pedagang tersebut tidak perlu bersusah payah meneliti deretan judul, buku yang dimaksud itu langsung bisa diperoleh. Mereka juga hafal ada berapa eksemplar buku dengan judul yang sama di kios masing-masing. Bahkan para pedagang sering juga memberikan rekomendasi beberapa buku dengan topik serupa, sesuai dengan pengarangnya.

Apabila judul yang diminta pembeli tidak dimiliki Apin maupun Asril. Apin langsung sigap berkeliling ke lapak pedagang lainnya. Yang penting, pembeli bisa cepat mendapatkan buku yang dimaksud. Sedangkan Asril tetap tinggal di lapak mereka, menjagaga lapak dan melayani pembeli yang datang.

"Di sini kami saling bantu, sama-sama cari makan. Jadi hari ini kami dapatnya berapa, kami bagi berdua," tandas Asril. Dan apabila buku yang dicari oleh pembeli tidak ada di Kwitang, Asril langsung merekomendasikan pembeli untuk mencari buku tersebut di Atrium Senen. Ia tak segan memberi petunjuk dan arahan letak penjualan buku di sana.                          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×