kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyambangi sentra buku legendaris, Kwitang (3)


Sabtu, 29 September 2018 / 06:30 WIB
Menyambangi sentra buku legendaris, Kwitang (3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Siang itu, ketika KONTAN mengunjungi sentra penjualan buku di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, sejumlah lapak  pedagang nampak sepi. Padahal banyak kendaraan dan beberapa pejalan kaki berlalu lalang melintas di sepanjang Jalan Senen Raya dan Jalan Kwitang Raya. .

Namun, kondisi sentra buku lengendaris yang sepi ini tak menyurutkan semangat para pedagang. Mereka mengaku bisa bertahan dengan kondisi yang ada. Apalagi, pasokan buku tetap lancar.

Apin, salah satu pedagang menceritakan, dirinya kerap mendapat pasokan buku bekas dari beberapa mahasiswa, karyawan, maupun pengunjung lain. Bahkan, menurut pengakuannya, ada beberapa pengunjung yang mengendarai mobil, menjual sejumlah buku bekas kepadanya. Beberapa mahasiswa juga datang untuk menjual buku cetak beberapa mata kuliah padanya.

"Justru banyak orang bermobil, kadang mobilnya mobil mewah, jual bukunya di sini. Yang mereka jual biasanya kayak buku ensiklopedi dan buku-buku luar. Kebanyakan mereka jual murah, tapi ada juga yang diberikan gratis ke saya," tuturnya.

Aneka buku bekas berbahasa asing yang aslinya seharga di atas Rp 300.000 per buah, rata-rata dijual oleh para pedagang buku Kwitang mulai Rp 85.000 - Rp 250.000 per buah. Tergantung jenis buku, kondisnya dan harga aslinya. Sedangkan buku lokal atau buku terjemahan bekas rata-rata dibanderol mulai Rp 15.000 - Rp 125.000 per buku.

Demi bertahan hidup dari berbagai gempuran zaman, beberapa pedagang buku di Kwitang mulai melebarkan bisnis mereka. Beberapa kios buku ada yang mulai memiliki deferensiasi bisnis, seperti menggarap bisnis percetakan. Salma, adalah salah satu pedagang buku yang juga melayani jasa percetakan.

Ia bersama sang suami mulai merambah bisnis percetakan sejak dua tahun lalu. "Kami melihat kalau hanya berjualan buku saja tidak akan bisa menutup kebutuhan sehari-hari. Jadi kami mulai buka bisnis percetakan dan penjilidan," ungkapnya. Toko buku milik Salma kini tak hanya menjual buku, tapi juga melayani percetakan seperti percetakan panduan doa, buku yasin, undangan, dan sebagainya.

Lain cerita dengan Pai, pedagang buku Kwitang yang melebarkan promosinya lewat kanal digital. Ia tak hanya menjual buku di sebuah kios yang dihuni oleh beberapa pedagang, tapi juga memanfaatkan media sosial dan beberapa e-commerce, seperti OLX, Tokopedia, dan Bukalapak untuk menjual bukunya. Ia mengatakan, promosi digital sangat membantu dirinya untuk bertahan dalam arus zaman.

"Lumayanlah penjualan dari online, walaupun kadang ada pembeli yang minta buku aneh-aneh. Dengan pemasaran online, saya bisa jual buku sampai ke berbagai kota di Indonesia, Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi juga," tandasnya.                  

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×